KEBAHAGIAAN PENDUDUK DI PROVINSI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS KEBAHAGIAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA TENGAH TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA BARAT TAHUN 2017

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN RIAU TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN BANTEN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BALI TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROV BENGKULU TAHUN 2017 SEBESAR 70,61 PADA SKALA 0-100

INDEKS KEBAHAGIAAN PAPUA BARAT TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGAH TAHUN 2017 SEBESAR 71,92 PADA SKALA 0-100

INDEKS KEBAHAGIAAN INDONESIA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2017 SEBESAR 70,45 PADA SKALA 0-100

INDEKS KEBAHAGIAAN LAMPUNG TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

Indeks Kebahagiaan Papua Tahun 2014

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2014

Indeks Kebahagiaan Jawa Tengah 2014

Indeks Kebahagiaan Bengkulu Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Jawa Timur Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Kalimantan Tengah Tahun 2014

INDEKS KEBAHAGIAAN JAMBI TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

Indeks Kebahagiaan Kalimantan Barat Tahun 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2014

Indeks Kebahagiaan Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014

Indonesia - Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan 2014;

BAB I PENDAHULUAN. sosial, keamanan ekonomi dan keselamatan personal dan harapan hidup

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2017

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki kesimpulan sebagai berikut : c) Ada hubungan antara kebahagiaan dengan kepuasan hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

Abstrak. Kata kunci : subjective wellbeing, lansia, penyakit kronis. vii Universitas Kristen Maranatha

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

JOURNAL READING A. LATAR BELAKANG

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

SURVEI PELAYANAN PUBLIK RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

ANALSIS MANFAAT INSIDEN (BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS) PELAYANAN PUBLIK DI MALANG RAYA BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS OF PUBLIC SERVICES IN MALANG RAYA

Analisis Hasil Survei Kebutuhan Data 2016

BAB I PENDAHULUAN. ruang terbuka hijau (RTH) oleh Pemerintah Kota merupakan salah satu bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

Beberapa Isu-terkait Kemiskinan: Analisis Awal Data Survei Sosial Ekonomi Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

Abstrak. Kata-kata kunci: subjective well-being, kognitif, afektif, penghuni rumah susun

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi

PERBEDAAN KEBAHAGIAN PADA KELUARGA PRASEJAHTERA DAN SEJAHTERA DI DESA MOPUYA UTARA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2014

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA

PENERAPAN SISTEM PELAYANAN TELLER

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA. Population and Worker

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL

DESKRIPSI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DITINJAU BERDASARKAN PERBEDAAN GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

Studi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PADA BAGIAN KLAIM BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH DI PT. AJC MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KAMAR OBAT PUSKESMAS KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

5. The removed-treatment design with pretest & posttest Design: O 1 X O 2 O 3 X O 4 Problem: O 2 - O 3 not thesame with O 3 - O 4 construct validity o

Transkripsi:

KEBAHAGIAAN PENDUDUK DI PROVINSI JAWA BARAT Bambang Pamungkas 1 1 Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kota Depok Email: bp_pamungkas@bps.go.id Abstract Happiness is the main goal of every person in his life. Happy or happiness is subjective, so it will be interpreted differently by each individual related to their respective perceptions. The population of West Java in 2017 is happily happy, but it is still at a low level. The high numbers of macroeconomic indicators have still been the main goal in carrying out development. Even though high macroeconomic conditions may not be able to make people happy. Now it is time for local governments to involve their residents more actively from the development planning, so that the development carried out can be more targeted and make the citizens more happy. Keywords: Index of Happiness, life satisfaction, affect, eudaimonia. A. PENDAHULUAN Kebahagiaan merupakan suatu hal dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda-beda oleh setiap orang.kebahagiaan akan dimaknai berbeda oleh setiap individu terkait dengan persepsinya masing-masing. Penilaian kebahagiaan dari setiap individu akan terkait dengan apakah dirinya senang atau susah. Kesenangan atau kesusahan bergantung pada persepsi apakah dirinya mampu berfungsi dengan baik, bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat. Faktor penentu kebahagiaan seseorang bukanlah sekadar faktor material belaka. Faktor non material seperti keharmonisan dalam keluarga, hubungan dengan teman, tetangga, maupun masyarakat juga menjadi penentu kebahagiaan seseorang.kebahagiaan tidak bersifat statis, karena persepsi kebahagiaan bagi setiap orang dapat berubah menurut waktu sesuai dengan berbagai kejadian yang dialaminya. Kebahagiaan dapat berubah karena adanya perubahan aspirasi dalam diri seseorang. Aspirasi mencerminkan sesuatu yang ingin dicapai. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 188

Setiap orang mengharapkan kebahagiaan dalam kehidupannya. Aristoteles (dalam Bertens, 1993) menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia di dunia. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing orang, seperti belajar, bekerja, dan berkeluarga, pada dasarnya untuk mencapai satu tujuan, kebahagiaan. Indikator kebahagiaan dapat digunakan sebagai ukuran yang menggambarkan kesejahteraan karena kebahagiaan merupakan refleksi dari tingkat kesejahteraan yang telah dicapai oleh setiap individu (Kapteyn, Arie, Smith, James P. dan Soest, Arthur van, 2010). Indikator kebahagiaan akan menggambarkan tingkat kesejahteraan subjektif terkait beberapa aspek kehidupan yang dianggap esensial dan bermakna bagi sebagian besar penduduk dan masyarakat (Martin, 2013; OECD 2013). Berbagai penelitian terkait kebahagiaan penduduk akan berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan pembangunan dan perkembangan social di masyarakat (Forgeard dkk, 2011). Pengukuran tingkat kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang bersifat subyektif. Sehingga Kebahagiaan dalam penulisan ini bisa dikatakan sebagai penggambaran dari Indikator Kesejahteraan Subyektif yang digunakan untuk melengkapi Indikator Obyektif. Pada setiap domain kehidupan yang esensial akan diukur kondisi faktualnya secara objektif, kemudian diikuti oleh ukuran subjektif berupa penilaian tingkat kepuasan terkait kondisi objektif pada aspek kehidupan tersebut. Dengan kata lain, tingkat kebahagiaan merupakan gambaran umum tingkat kepuasan penduduk terhadap keseluruhan domain kehidupan manusia yang dianggap esensial dengan memperhitungkan perasaan dan makna hidup seseorang. Fakta yang terjadi pada saat ini, ukuran keberhasilan pembangunan masih sebatas dikaitkan dengan indikator ekonomi dengan pendekatan JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 189

berbasis uang (monetory-based indicator), seperti pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Padahal pada saat ini ukuran kemajuan sudah tidak tepat lagi jika hanya diukur dari materi yang dicapai saja. Boleh jadi kaya tapi tidak bahagia atau sebaliknya miskin tapi bahagia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mengarah kepada kepuasan masyarakatnya. Tetapi yang lebih penting untuk diperhatikan adalah pertumbuhan ekonomi yang bisa membahagiakan masyarakat. Untuk apa pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika ternyata menimbulkan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar. Kesenjangan yang melebar akan membuat berbagai masalah, salah satunya adalah memicu ketidakbahagiaan dalam masyarakat. Berdasarkan permasalahan yang terjadi tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan melihat bagaimana indeks kebahagiaan di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi kebahagiaan di Jawa Barat pada tahun 2017 berdasarkan dimensi kepuasan hidup, dimensi perasaan, dan dimensi makna hidup. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan deskriptif, dengan mengunakan data hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) tahun 2017 yang telah dipublikasikan oleh BPS RI dalam Buku Kebahagiaan 2017. Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan dilaksanakan pada tanggal 5 30 April 2017. Sebagai unit analisis adalah rumah tangga. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebahagiaan dibentuk dari 3 (tiga) dimensi dalam kehidupan, kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 190

(eudaimonia). Dimensi Kepuasan Hidup terdiri atas dua subdimensi yaitu Kepuasan Hidup Personal dan Kepuasan Hidup Sosial. Subdimensi Kepuasan Hidup Personal terdiri dari 6 (enam) indikator; pendidikan dan ketrampilan, pekerjaan/usaha/kegiatan utama, pendapatan rumah tangga, kesehatan, serta kondisi rumah dan fasilitas rumah. Sedangkan untuk subdimensi Kepuasan Hidup Sosial terdiri dari 5 (lima) indikator; keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, keadaan lingkungan, serta kondisi keamanan. Dimensi Perasaan diukur melalui 3 (tiga) indikator, yaitu perasaan senang/riang/gembira, perasaan tidak khawatir/cemas, dan perasaan tidak tertekan. Kemudian untuk dimensi Makna Hidup diukur atas dasar 6 (enam) indikator yang terdiri dari kemandirian, penguasaan lingkungan, pengembangan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, dan penerimaan diri. Penduduk Jawa Barat pada tahun 2017 lebih banyak yang tinggal di wilayah perkotaan (72,65 %). Proporsi penduduk Laki-laki dan perempuan yang tinggal di wilayah perkotaan hampir serupa, yaitu 72,74 % untuk lakilaki, dan 72,56 % untuk perempuan. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 191

Grafik 1 Penduduk Jawa Barat dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi Wilayah Tahun 2017 25,000,000 24,335,331 23,702,496 20,000,000 17,701,089 17,198,966 15,000,000 10,000,000 5,000,000 6,634,2426,503,530 Laki-Laki Perempuan 0 Perkotaan Pedesaan Total Tabel 1 Penduduk Jawa Barat dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin dan Klasifikasi Wilayah Tahun 2017 Klasifikasi Wilayah Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan 17.701.089 17.198.966 34.900.055 Pedesaan 6.634.242 6.503.530 13.137.772 Jawa Barat 24.335.331 23.702.496 48.037.827 Kebahagiaan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 sebesar 69,58. Jika diuraikan lebih lanjut menurut 3 (tiga) dimensi penyusunnya, maka besaran nilai dimensi Kepuasan Hidup sebesar 70,22, nilai dimensi Perasaan (Affect) sebesar 66,83, serta nilai dimensi Makna Hidup (Eudimonia) sebesar 71,43. Sedangkan besaran nilai indeks subdimensi penyusun dimensi Kepuasan Hidup adalah 65,48 untuk subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan 74,96 untuk subdimensi Kepuasan Hidup Sosial. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 192

Tabel 2 Kebahagiaan dan Dimensi Penyusun Kebahagiaan dirinci Berdasarkan Klasifikasi Wilayah di Jawa Barat Tahun 2017 Dimensi Penyusun Kebahagiaan Kepuasan Hidup Klasifikasi Wilayah Kebahagiaan Subdimensi Makna Total Perasaan Personal Sosial Hidup (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perkotaan 70,08 66,41 74,80 70,60 67,29 72,10 Pedesaan 68,23 63,01 75,37 69,19 65,50 69,65 Jawa Barat 69,58 65,48 74,96 70,22 66,83 71,43 Penduduk Jawa Barat yang tinggal di wilayah perkotaan merasa lebih berbahagia dibandingkan penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh lebih lengkapnya fasilitas serta sarana prasarana dalam segala hal di perkotaan dibandingkan di pedesaan. Untuk mengatasi ketimpangan kebahagiaan yang ada antara penduduk wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan, maka di wilayah pedesaan perlu ditingkatkan ketersediaan dan akses berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana khususnya yang berkaitan dengan bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Jangan sampai ada pendapat yang muncul bahwa hidup di kota lebih enak dibandingkan hidup di desa. Paradigma yang perlu dimunculkan, hidup di kota dan desa sama enaknya. Perbedaan jenis kelamin memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kebahagiaan yang dirasakan. Secara umum pada tahun 2017 Lakilaki di Jawa Barat merasa lebih berbahagia dibandingkan perempuan. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 193

Tabel 3 Kebahagiaan dan Dimensi Penyusun Kebahagiaan dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2017 Dimensi Penyusun Kebahagiaan Kepuasan Hidup Jenis Kelamin Kebahagiaan Subdimensi Makna Total Perasaan Personal Sosial Hidup (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Laki-laki 70,02 65,30 74,93 70,11 67,20 72,52 Perempuan 69,14 65,67 74,99 70,33 66,46 70,38 Jawa Barat 69,58 65,48 74,96 70,22 66,83 71,43 Gap kebahagiaan tertinggi terjadi pada dimensi makna hidup, dimana laki-laki merasa lebih bahagia dari perempuan, dengan selisih angka indeks sebesar 2,14 point. Ketimpangan ini muncul karena laki-laki cenderung mempunyai peran sosial yang lebih luas dibandingkan dengan perempuan. Dalam kehidupan sehari-hari di Jawa Barat masih terjadi bahwa laki-laki mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan pengetahuan serta pola pikirnya dibandingkan perempuan. Laki-laki juga cenderung bisa lebih terbuka terhadap berbagai hal baru sehingga membuat mereka merasa lebih optimis untuk menjalani kehidupannya. Pendidikan merupakan jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan yang baik akan diperoleh berbagai macam ilmu yang sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Ilmu yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat terhadap diri seseorang dalam memberikan respon terhadap apa yang dialami. Kemampuan memberikan respon positif terhadap segala hal yang dialami inilah yang mempunyai pengaruh terkuat terhadap kebahagiaan yang dirasakan. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 194

Tabel 4 Kebahagiaan dan Dimensi Penyusun Kebahagiaan dirinci Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkandi Jawa Barat Tahun 2017 Dimensi Penyusun Kebahagiaan Pendidikan Kepuasan Hidup Tertinggi Kebahagiaan Subdimensi Makna yang Ditamatkan Total Perasaan Personal Sosial Hidup (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak Pernah Sekolah 65,58 58,94 74,73 68,83 64,31 65,45 Tidak Tamat SD/Sederajat 65,95 59,85 74,96 67,41 63,51 66,69 SD Sederajat 67,94 62,95 75,13 69,04 65,25 69,29 SMP Sederajat 69,56 65,80 74,68 70,24 66,22 71,91 SMA Sederajat 71,51 68,65 74,75 71,70 68,57 74,01 Diploma I, II, III 73,63 72,52 75,13 73,83 70,52 76,27 Diploma IV/S1 76,40 74,83 75,40 75,12 74,43 79,53 S2, S3 78,55 76,94 76,57 76,76 75,14 83,50 Jawa Barat 69,58 65,48 74,96 70,22 66,83 71,43 Pendidikan formal yang ditamatkan oleh penduduk ternyata berpengaruh kuat dan positif terhadap kebahagiaan yang dirasakan. Semakin tinggi jenjang pendidikan formal yang ditamatkan, semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan yang dirasakan. Kebahagiaan pada dimensi kepuasan hidup pada sub dimensi sosial tidak banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang ditamatkan. Namun pada sub dimensi personal, jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan sangat mempengaruhi kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan hidup personalnya. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Jawa Barat semakin sadar akan arti pentingnya berpendidikan formal yang tinggi. Pendidikan yang semakin tinggi memberikan rasa kepuasan yang memberikan menimbulkan perasaan tenang dan senang, serta membuat kehidupannya semakin bermakna. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 195

D. SIMPULAN Kebahagiaan penduduk Jawa Barat tahun 2017 berdasarkan karakteristik sosial demografi, yaitu penduduk yang hidup di wilayah perkotaan merasa lebih berbahagia dibandingkan penduduk yang ada di wilayah pedesaan, penduduk laki-laki merasa lebih bahagia dibandingkan penduduk perempuan, dan semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, maka akan semakin merasa bahagia. Secara umum penduduk Jawa Barat pada tahun 2017 merasa bahagia dalam kehidupannya. Dimensi perasaan memiliki tingkat kebahagiaan terendah, sedangkan dimensi makna hidup memili tingkat kebahagiaan tertinggi. Konstribusi dimensi Kepuasan Hidup terhadap indeks kebahagiaan sebesar 34,80 %, dimensi Perasaan sebesar 31,18 %, dan dimensi Makna Hidup sebesar 34,02 %. Angka Kebahagiaan Jawa Barat Tahun 2017 sebesar 69,58 tergolong rendah meskipun masih dalam kategori bahagia. Oleh karena itu sudah selayaknya semua pihak khususnya pemerintah Provinsi Jawa Barat memikirkan bahwa tujuan pembangunan yang dilakukan adalah untuk membahagiakan warganya. Supaya pembangunan lebih tepat sasaran dan bisa membahagiakan warganya, maka dalam perencanaan lebih melibatkan masyarakat agar bisa diketahui pembangunan seperti apakah yang diharapkan oleh masyarakat. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 196

DAFTAR PUSTAKA Andriyani, F. (2013). Kontribusi Rifka Annisa Women s Crisis Center Yogyakarta Dalam Penanganan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Skripsi Fakultas Syari ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. (2017). Kebahagiaan 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Bertens, K. (1993). Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Forgeard, M. J. C. dkk. (2011). Doing The right Thing: Measuring Well Being for Public Policy. International Journal of Wellbeing, 1(1), 79-106. Kapteyn, A., Smith, J. P. & Soest, A. V. (2010). Life Satisfaction. International Differences in Well-Being. New York: Oxford University Press. Martin, M. W. (2012). Happiness and The Good Life. New York: Oxford University Press. Martin, M. W. (2013). OECD Guidelines on Measuring Subjective Well-Being. Paris: OECD Publising. JISPO VOL. 9 No. 1 Edisi: Januari-Juni Tahun 2019 197