dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

TINJAUAN PUSTAKA. A. Salak Pondoh. Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

TINJAUAN PUSTAKA II.

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

II. TINJAUAN PUSTAKA

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

PENGOMPOSAN JERAMI. Edisi Mei 2013 No.3508 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PENGOLAHAN SAMPAH SAYUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA SERTA PENGARUH EM4 DAN STATER DARI TEMPE PADA PROSES PEMATANGAN KOMPOS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Limbah dan Pemanfaatannya. Telco 1000guru dengan SMA Batik 1 Solo 23 Februari 2012

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

S U N A R D I A

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ampas Tebu. memiliki tinggi batangnya yang dapat mencapai 3-5 meter atau lebih. Termasuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompos 1. Pengertian pengomposan Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus atau kompos yang dapat bermanfaat untuk menyuburkan tanah atau tanaman tanpa merugikan lingkungan. Proses pengomposan melibatkan sejumlah organisme tanah termasuk bakteri, jamur, protozoa, actinomycetes, cacing tanah, dan serangga. 5,19 2. Pengertian kompos Pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang berinteraksi atau dirombak oleh mikrobia, sehingga pupuk tersebut dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air, kimia tanah dan biologi tanah biasa disebut dengan kompos. 20-22 Menurut Ginting, kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak atau fases, sisa makanan ternak dan sebagainnya. 23 3. Manfaat kompos Ada banyak manfaat kompos, yaitu : 24 a. Memperbaiki struktur tanah b. Memperbesar daya ikat tanah c. Menambah daya ikat air tanah d. Memperbaiki drainase dan aerasi tanah e. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara f. Mengandung unsur hara yang lengkap g. Membantu proses pelapukan bahan mineral 7

h. Memberikan bahan makanan bagi biota tanah i. Menurunkan aktifitas biota tanah yang dapat merusak tanam 4. Syarat bahan baku pembuatan kompos 25 Pada saat membuat kompos perlu diperhatikan syarat dari bahan bakunya. Syarat-syarat tersebut meliputi : a. Kadar air bahan baku Bahan baku yang akan dijadikan kompos sebaiknya bahan yang kadar airnya cukup, apabila bahan yang digunakan kering, maka dapat diberi air supaya agak sedikit lembab, sehingga mikroorganisme dapat dengan mudah menguraikannya. b. Rasio C/N Bahan baku yang baik untuk pembuatan kompos adalah bahan baku yang memiliki rasio C/N sekitar 30. 5. Parameter ideal kompos Ada beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai acuan kompos yang ideal, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1 Parameter ideal kompos Parameter Karakter layak Karakter ideal C/N rasio 20:1-40:1 25 35:1 Kandungan air 40-60% 45-46% Konsentrasi oksigen >5% >10% Ukuran partikel <12cm Variabel Kepadatan 500 Kg/m 3 500 Kg/m 3 ph 5,5-9,0 6,5-8,0 Suhu 43-66 0 C 54-60 0 C Sumber : 26 6. Kualitas atau mutu kompos yang baik Mutu kompos yang baik disebabkan karena adanya proses penguraian bahan organik oleh mikroba telah terjadi secara sempurna agar tidak memberikan pengaruh buruk terhadap tanaman, mutu kompos yang 8

baik dapat dilihat dari karakteristik fisik, antara lain : Berwana coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, tidak berbau, teksturnya apabila dipegang atau dikepal kompos akan menggumpal, sedangkan apabila ditekan dengan lunak gumpalan kompos akan hancur dengan mudah, kadar air sedikit. 27 Apabila kompos tidak memiliki beberapa karakteristik fisik seperti diatas, maka kompos tersebut dapat dikatakan kualitasnya kurang baik, sehingga apabila kompos diaplikasikan ke tanaman, maka tanaman dapat terganggu pertumbuhannya. Standar kualitas kompos yang baik dapat di lihat pada tabel 2.2 dibawah ini : Tabel 2.2 Standar Kualitas Kompos No Parameter Satuan Minimum Maksimum 1 Kadar air % - 50 2 Temperatur 0 C - Suhu air tanah 3 Warna - - Kehitaman 4 Bau - - Berbau tanah 5 Ukuran partikel Mm 0,55 25 6 Kemampuan ikat air % 58-7 ph % 6,80 7,49 8 Bahan organic % 27 58 9 Nitrogen % 0,40-10 C/N rasio - 10 20 11 Phospor % 0,10-12 Karbon % 9,80 32 Sumber : 28 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan Proses pengomposan dapat berjalan lancar apabila kita memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan. Faktor-faktor tersebut antara lain : 29,10,27,30 a. Komposisi bahan Pengomposan akan lebih cepat apabila komposisi bahan tepat. Biasanya yang digunakan untuk pembuatan kompos berasal dari bahan organik seperti tanaman maupun kotoran hewan. Bahan organik yang akan dijadikan kompos apabila ukurannya semakin kecil, maka proses pengomposan akan lebih cepat. 9

b. Temperatur atau suhu Ada 3 tahap proses pengomposan, yang dimana memiliki suhu yang berbeda-beda. Tahap pertama yaitu tahap mesofilik, suhu pada tahap ini berkisar 10 o C - 45 o C, tahap kedua, yaitu tahap thermofilik, yang dimana suhu pada tahap ini berkisar 45 o C - 60 o C, dan pada tahap ketiga yaitu tahap pematangan, yang dimana suhu pada tahap ini mengalami penurunan. c. Keasaman (ph) ph optimal untuk pengomposan berkisar 6,5-7,5. Apabila ph kurang dari 6,5 dapat dikatakan ph kurang optimal. d. Penggunaan aktivator Proses pengomposan akan lebih cepat apabila ada aktivator yang terlibat didalamnya, sehingga bahan-bahan organik dapat terurai lebih cepat bila dibandingkan dengan pengomposan yang tidak menggunakan aktivator. e. Rasio C/N Besarnya rasio C/N tergantung pada jenis bahan sampah yang akan dijadikan kompos. Rasio C/N sangat penting dalam proses pengomposan, karena dapat menentukan lama waktu serta kualitas kompos, apabila Nisbah C/N semakin menurun, maka semakin mendekati perbandingan C/N tanah. Nisbah C/N bahan kompos yang baik sekitar 5 dan 20. f. Kelembaban Kelembaban sangat penting dalam proses pengomposan, karena organisme pengurai dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut dalam air. Kelembaban optimal sekitar 40%-60%, apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan. Jika kelembaban lebih besar dari 60%, maka akibatnya volume udara berkurang dan aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerob. 10

g. Porositas Porositas merupakan suatu rongga atau celah yang berisi udara atau air diantara tumpukan bahan organik yang akan dijadikan kompos. Apabila celah terdapat air banyak, maka pasokan oksigen berkurang, sehingga pengomposan dapat terhambat. h. Aerasi Aerasi merupakan suatu teknik digunakan untuk pengomposan terbuka secara alami kontak langsung dengan udara melalui proses pembalikan bahan organik, sehingga seluruh bahan organik yang akan terdekomposisi teraliri oksigen secara merata, namun apabila aerasi terhambat, maka terjadi proses anaerob yang dapat menghasilkan ammonia dan bau yang tidak enak. 8. Tahapan pengomposan : 10 Kompos mengalami beberapa proses tahap pengomposan, yaitu : a. Tahap mesofilik Pada tahap ini disebut juga tahap penghangatan, yang dimana mikroorganisme mesofil masuk kedalam bahan organik secara cepat dan suhu meningkat. Mikroorganisme pada tahap ini bekerja untuk memperkecil ukuran bahan organik. b. Tahap thermofilik Pada tahap ini mikroorganisme thermofil masuk ke dalam bahan organik. Mikroorganisme thermofil bekerja untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein, sehingga bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat. c. Tahap pendinginan atau pematangan Pada Tahap ini jumlah mikroorganisme thermofil berkurang, hal ini mengakibatkan mikroorganisme muncul kembali, dan merombak selulosa dan hemiselulosa yang tersisa menjadi gula yang lebih sederhana sehingga bahan organik yang telah terdekomposisi menurun jumlahnya. 11

9. Pengomposan : Pada saat proses pengomposan, ada beberapa cara mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik, yaitu : 31 a. Pengomposan secara aerob Pengomposan secara aerob merupakan suatu proses yang dimana mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan memerlukan oksigen pada saat menguraikan bahan organik menjadi kompos, dengan kondisi wadah terbuka pada saat pengomposan, maka oksigen dapat masuk kedalam bahan organik, sehingga mikroorganisme dapat menyerap oksigen dengan baik. Pada proses pengomposan aerobik ini dapat menghasilkan CO 2, air, panas, humus dan unsur hara yang cukup. b. Pengomposan secara anaerob Pengomposan anaerob terjadi tanpa adanya oksigen, terjadi pada wadah yang tertutup. Bahan yang digunakan untuk pengomposan biasanya bahan organik yang kadar airnya tinggi. Pada pengomposan anaerob menghasilkan gas metana, CO 2, asam organik asetat, asam propionate, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat. 10. Ciri ciri kompos yang matang : 32 Kompos dapat digunakan apabila memiliki ciri-ciri kematangan seperti : a. Warna kompos terlihat coklat kehitaman cenderung ke arah gelap b. Bau kompos menyerupai tanah c. Tekstur atau struktur tanah remah d. Memiliki kandungan zat hara yang tinggi. 11. Waktu pengomposan Lama waktu pengomposan bervariasi, tergantung pada teknik serta dekomposer yang digunakan dalam pembuatan kompos. Proses pengomposan umumnya yaitu pada minggu pertama beberapa mikroba mulai berkembang biak dalam waktu relatif singkat, pada minggu kedua dan ketiga kelompok fisiologi berperan aktif dalam pengomposan dan 12

kelompok mikroorganisme mulai meningkat, pada minggu ketujuh dan setelah hari keempat belas terjadi penurunan mikroorganisme dan minggu keempat terjadi peningkatan kelompok mikroorganisme dan setelah itu bahan organik telah terdekomposisi menjadi kompos. 33 Pembuatan kompos secara manual atau tanpa adanya activator, biasanya lama waktu pengomposan sekitar 2-3 bulan bahkan ada yang memerlukan waktu 6-12 bulan, namun apabila dalam membuat kompos dengan ditambah activator maka dapat lebih cepat waktu pengomposan. 34 12. Strategi untuk mempercepat pengomposan 35 Ada berbagai macam strategi untuk mempercepat proses pengomposan, yaitu : a. Manipulasi kondisi atau faktor yang dapat mempengaruhi proses pengomposan b. Pemberian aktivator berupa mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan c. Penggabungan strategi pertama dan kedua. B. Sampah 1. Pengertian sampah Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi berupa zat organik dan anorganik yang bersifat dapat terurai dan tidak dapat terurai. 1 Menurut SK SNI T-13-1990-F, sampah merupakan limbah yang bersifat padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. 36 Sedangkan menurut Manik, sampah merupakan suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan dari kegiatan manusia. 37 13

2. Macam-macam sampah a. Sampah berdasarkan sifatnya, yaitu: 38 1). Sampah yang mudah membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya. 2). Sampah yang sulit membusuk, yang dapat didaur ulang untuk dimanfaatkannya kembali. 3). Sampah hasil pembakaran, seperti arang sekam padi 4). Sampah yang dapat menimbulkan potensi bahaya, seperti sampah industri, sampah medis b. Sampah berdasarkan letak kumpul, yaitu: 39 1). Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpulnya dari kota, seperti sampah dari kantor, restoran, mall. 2). Sampah luar kota, yaitu sampah yang terkumpulnya jauh dari kota, seperti sampah dari desa, pantai, dan pegungungan c. Sampah berdasarkan bahan aslinya, yaitu: 38 1). Sampah organik merupakan sampah yang mudah diuraikan oleh mikroba pengurai. Sampah organik dapat dibedakan dua jenis, yaitu: 40 a). Sampah organik basah Sampah organik basah merupakan sisa buangan yang memiliki kadar air yang cukup tinggi, contohnya sayuran, buah-buahan, dan sisa nasi b). Sampah organik kering Sampah organik kering merupakan hasil buangan yang memiliki kadar air relative sedikit, sehingga tidak basah apabila dipegang oleh tangan. contoh sampah ini adalah kertas, kayu, ranting pohon, serta daun jatuh yang kering. 2). Sampah anorganik merupakan sisa buangan yang sulit diuraikan oleh mikroba pengurai. 14

d. Sampah berdasarkan proses terjadinya : 40 1) Sampah alami, yaitu sampah yang terjadi tanpa adanya campur tangan oleh manusia, seperti : daun kering yang jatuh atau rontok ke tanah. 2) Sampah buatan atau non alami, yaitu sampah yang terjadi karena ada campur tangan manusia, seperti sampah pembungkus makanan, sampah sisa memasak. C. Limbah Air Cucian Beras 1. Pengertian limbah Sisa hasil buangan dari kegiatan manusia yang sudah tidak digunakan dan tidak memiliki nilai ekonomisnya lagi disebut limbah. 41 2. Limbah Cucian Beras Air limbah cucian beras merupakan buangan dari hasil proses kegiatan manusia setelah mencuci beras berbentuk cair yang dilakukan oleh setiap rumah tangga. 42 3. Kandungan dalam Limbah Cucian Beras Air leri atau air limbah cucian beras memiliki berbagai macam zat atau pun bakteri yang dapat bermanfaat untuk lingkungan, kandungan tersebut yaitu berupa pati sebesar 85-90 %, protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula, vitamin yang tinggi serta bakteri Lactobacillus dan Khamir, yang dimana bakteri ini dapat dijadikan sebagai pemicu pertumbuhan pada tanaman maupun mempercepat proses pengomposan. 12,43 4. Kemampuan kerja Lactobacillus dan Khamir 12,10 Mikroorganisme sangat dibutuhkan untuk proses pengomposan. Adanya mikroorganisme, bahan organik dapat terurai menjadi kompos. Mikroorganisme tersebut diantaranya Lactobacillus dan Khamir. 15

Khamir merupakan mikroorganisme uniseluler yang masuk dalam kingdom fungi, yang memiliki ciri-ciri: mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, reproduksi seksual dan aseksual, Beberapa ada yang berfilamen dengan dinding sel berselulosa/ khitin atau keduanya. Khamir menghasilkan sekresi berupa substrat. Substrat ini sangat dibutuhkan oleh bakteri Actinomycetes untuk meningkatkan mutu lingkungan tanah serta meningkatkan aktivitas mikroba tanah dalam merombak bahan organik melalui zat-zat anti mikroba yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Lactobacillus merupakan mikroba yang masuk kedalam kingdom bakteria. Ciri-ciri bakteri asam laktat atau Lactobacillus: berwarna putih mengkilat, ukuran koloni 0,5 2 mm, bentuk koloni bulat rata dan tidak berserat. Bakteri Lactobacillus memiliki kemampuan untuk mensterilisasi, sehingga dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, dapat menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta untuk meningkatkan percepatan dalam proses pengomposan. 5. Faktor yang mempengaruhi daya kerja Lactobacillus dan Khamir Faktor yang dapat mempengaruhi daya kerja mikroorganisme Lactobacillus dan Khamir, yaitu : 44,45 a. Jumlah bahan organik Jumlah bahan organik dapat menentukan daya kerja mikroorganisme, semakin banyak bahan organik, maka proses perkembangbiakan dan perombakan mikroorganisme meningkat, sehingga kandungan N-total yang dihasilkannya juga meningkat. b. Respirasi mikroorganisme Respirasi merupakan salah satu tanda adanya aktivitas mikroorganisme dalam melakukan perombakan bahan organik. Apabila respirasi mikroorganisme tidak baik atau terhambat, maka dapat 16

berpengaruh pada kemampuan mikroorganisme dalam perombakan bahan organik. D. Metode Lubang Resapan Biopori 1. Pengertian Biopori Biopori merupakan lubang yang dibuat dengan kedalaman 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah yang biasanya dapat digunakan sebagai resapan air dan proses pengomposan sampah organik. 46,47 Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.70/ Menhut-II/ 2008/ Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan, mendefinisikan lubang resapan biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. 48 Sedangkan menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan, Lubang Resapan Biopori adalah lubang yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah, dengan diameter antara 10 25 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. 49 2. Manfaat dan kelemahan biopori 50 a. Manfaat Lubang Resapan Biopori : 1) Mencegah banjir atau mengurangi genangan air 2) Sebagai tempat pembuangan sampah organik 3) Menyuburkan tanaman 4) Meningkatkan kualitas air tanah 5) Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah. 6) Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor. b. Kelemahan Lubang Resapan Biopori : 1) Lubang yang telah dibuat memerlukan perawatan serta pemantauan secara continyu supaya tetap awet dan sampah organik yang 17

didalamnya juga baik dan tetap terjaga mutu kompos yang dihasilkan. 2) Jika tidak ditutupi dengan sesuatu misalnya dengan triplek atau seng, maka akan banyak orang yang jatuh terperosok didalam lubang biopori. 3) Membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk membuat dan merawat biopori. 3. Syarat membuat lubang resapan biopori : 51 a. Tanah yang akan dijadikan lokasi pembuatan LRB harus mudah lolos air b. Pembuatan tidak boleh melebihi kedalaman permukaan air tanah c. Harus tepat dan sesuai dalam memilih lokasi yang akan digunakan untuk membuat LRB d. Kedalaman dinding pralon tidak perlu terlalu dalam e. Jarak antara lubang satu dengan lubang lain minimal 50cm 18

E. Kerangka Teori Komposisi bahan Jenis bahan organik Suhu ph Aktivator Pemberian aktivator Kemudahan perombakan Lama waktu pengomposan Metode LRB Pengomposan Rasio C/N Rasio C/N menurun Kelembaban Kelembaban optimum Porositas Celah udara besar Aerasi Dilakukan pembalikan atau pengadukan bahan organik Sumber : 29, 10, 27, 30, 46, 47, 51 Bagan 2.1 Kerangka Teori 19

F. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Frekuensi penyiraman air limbah cucian beras setiap 3 hari sekali dan 6 hari sekali Lama waktu pengomposan 1. Suhu * 2. ph * 3. Kelembaban * Variabel Pengganggu Bagan 2.2 Kerangka Konsep Keterangan : * = dilakukan pengukuran G. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh frekuensi penyiraman air limbah cucian beras terhadap lama waktu pengomposan dengan metode lubang resapan biopori. 20