I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan di Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan menetapkan kebijakan serta melaksanakan beberapa program yang mana kegiatan pembangunan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan nasional maupun internasional. Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat yang berfokus pada kesejahteraan rakyat diperlukan suatu usaha yakni salah satunya peningkatan produktivitas budidaya perikanan. Pada tahun 2010, 33 provinsi di Indonesia mengalami peningkatan jumlah produksi perikanan berdasarkan jenis budidayanya sebesar 5,48 juta ton atau 101.86 %. Jenis budidaya beserta produksinya dapat dilihat pada gambar 1. Tahun 2011, Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan kontrak produksi dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kontrak produksi dilakukan agar tercapainya produksi yang ditetapkan sebesar 6,85 juta ton. Nilai yang disepakati berdasarkan potensi kemampuan daerah dalam meningkatkan produksi perikanan budidaya, untuk Provinsi Jawa Barat kontrak produksi yang ditetapkan sebesar 749,176 ton. Gambar 1. Grafik Persentase Volume Produksi Perikanan Budidaya menurut Jenis Budidaya Tahun 2010 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2010
Salah satu kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dengan tujuan tercapainya peningkatan produksi untuk 10 komoditas unggulan perikanan budidaya antara lain rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin, lele dan gurame. Komoditas air tawar unggulan budidaya mengalami kenaikan seiring dengan program peningkatan budidaya air tawar seperti halnya menggalakkan kembali budidaya minapadi yang sudah terbukti menguntungkan bagi para petani. Potensi produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor cukup tinggi, untuk seluruh jenis ikan yang dibudiyakan mencapai 36,007.71 ton per tahun pada tahun 2010. Jumlah jenis ikan air tawar yang dibudidayakan ada 10 jenis ikan antara lain mas, gurame, nila, lele, tawes, tambakan, mujair, patin dan bawal. Dari 10 jenis ikan yang dibudidayakan, ikan lele merupakan jenis yang produksinya paling tinggi (24.884,52 ton/tahun), diikuti dengan ikan mas (4.063,56 ton/tahun), ikan nila (2.073,36 ton/tahun) dan ikan gurame (2.057,61 ton/tahun), ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi (ton) di Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Jenis Ikan Produksi (Ton) 2009 2010 Persentase Pertumbuhan (%) 1 Lele 18.315,02 24.884,52 35,87 2 Mas 3.859,62 4.063,56 5,28 3 Gurame 1.946,43 2.057,61 5,71 4 Nila 1.842,17 2.073,36 12,55 5 Bawal 2.026,14 2.154,66 6,34 6 Patin 584,84 647,32 10,68 7 Tawes 75,76 76,13 0,49 8 Tambakan 33,67 21,10 (37,33) 9 Mujair 31,68 29,05 (8,30) 10 Nilem 2,10 - (100,00) 11 Lain-lain 25,30 0,40 (98,42) Jumlah 28.742,72 36.007,71 25,28 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010 2
Perikanan budidaya yang saat ini dikembangkan di Kabupaten Bogor ialah Budidaya Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) karena merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi perikanan budidaya komoditas unggulan untuk memenuhi permintaan pasar akan ikan gurame serta meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Sebagaimana tertera dalam gambar 1, budidaya ikan gurame dilakukan di kolam baik kolam tanah maupun kolam semen. Dari beberapa harga rata-rata komoditas ikan air tawar, ikan gurame memiliki harga paling tinggi sebesar Rp 35.208/kilogram, diikuti dengan belut sebesar Rp 30.333/kilogram, ikan mas sebesar Rp 19.083/kilogram, dan ikan nila sebesar Rp 15.458/kilogram, komoditas ikan air tawar lainnya harganya di bawah Rp 15.000/kilogram. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, pada tahun 2010 kebutuhan ikan gurame konsumsi di Kabupaten Bogor sebesar 5.466,76 ton. Dari Tabel 1, menunjukkan bahwa produksi ikan gurame sebesar 2.057,61 ton. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan ikan gurame konsumsi di Kabupaten Bogor, banyak didatangkan dari luar kabupaten sebesar 3.409,15 ton. Sehingga peluang membudidayakan gurame cukup besar untuk meningkatan produktivitas serta memenuhi kebutuhan konsumsi di Kabupaten Bogor. Pada Tabel 1. Dapat dijelaskan bahwa tahun 2009-2010 peningkatan produksi ikan gurame konsumsi dari 1.946,43 menjadi 2.057,61 ton dengan persentase 5,71 persen, nampaknya Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor optimis dan memberikan harapan berlangsungnya budidaya ikan gurame, dikarenakan, ikan gurame memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan, baik skala kecil maupun besar. Hal ini didukung oleh faktor-faktor berikut, antara lain; a. Harga jual gurame lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, seiring dengan permintaan pasar terhadap gurame cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. b. Lahan budidaya masih tersedia luas, dapat berupa kolam semen, empang, ataupun waduk. Petani gurame Jawa Barat lebih banyak menggunakan empang dan waduk, seperti waduk Saguling, Jatiluhur, dan Cirata. Selain 3
itu, Pakan untuk usaha pembenihan maupun pembesaran gurame tersedia sepanjang tahun. c. Data dan informasi tentang budi daya cukup memadai. d. Benih gurame banyak dihasilkan oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI) dan pembudidaya yang khusus menjual benih. e. Pengangkutan hasil panen gurame tergolong mudah, tetapi harus ditangani secara hati-hati. Pengembangan budidaya gurame di Kabupaten Bogor didukung oleh meningkatnya produksi benih gurame pada tahun 2009-2010 dan meningkatnya kebutuhan benih ikan gurame oleh petani pembesaran sebesar 2.817.000 ekor. Pada tahun 2009 produksi benih gurame sebesar 36.166,89 ekor, dan pada tahun 2010 produksi benih sebesar 37.779,60 ekor dengan pertumbuhan sebesar 4,46 persen. Produksi benih belum dapat mengimbangi kebutuhan benih sebesar 2.779.220 ekor. Sehingga peluang membudidayakan pembenihan ikan gurame cukup besar untuk memenuhi kebutuhan petani pembesaran. Produksi Ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Peningkatan Produksi Benih Ikan (ribu ekor) di Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Jenis Ikan Produksi (Ribu Ekor) 2009 2010 Persentase Pertumbuhan (%) 1 Mas 56.663,19 60.715,56 7,15 2 Nila 35.700,40 36.995,79 3,63 3Nilem - - - 4Mujair 693,06 746,85 7,76 5 Gurame 36.166,89 37.779,60 4,46 6 Tawes 5.510,48 5.765,92 4,64 7 Patin 26.358,49 32.047,38 21,58 8 Lele 62.020,27 81.063,79 30,71 9 Sepat Siam - - - 10 Tambakan 1.807,47 1.868,74 3,39 11 Bawal 622.191,81 671.321,25 7,90 Jumlah 847.112,06 928.304,89 9,58 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan, 2010 4
Tataniaga ikan gurame dibedakan menjadi dua jenis yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Tataniaga benih ikan gurame dilakukan karena adanya kegiatan pemasaran pada tiap pola produksinya. Benih ikan gurame juga banyak dibutuhkan oleh para petani pembesaran di berbagai daerah untuk meningkatkan produktivitas budidaya di daerahnya. Tataniaga ikan gurame konsumsi adalah proses pemasaran ikan gurame dari hasil pembesaran ikan gurame yang dilakukan oleh petani. Agar tataniaga ini berhasil maka petani harus memperhatikan teknik budidaya pembesaran sampai pola pendistribusian ikan untuk menjaga kualitas serta kesegaran produk ikan gurame dalam memenuhi permintaan pasar. Pada umumnya, tataniaga memiliki dua fungsi utama yaitu pengangkutan dan penyimpanan. Pengangkutan merupakan fungsi pertama yang perlu diperhatikan dalam tataniaga ikan gurame. Karena biasanya tempat pemeliharaan ikan terletak jauh dari daerah pemasaran, komoditi perikanan juga kurang tahan lama, oleh karena itu agar ikan dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan segar maka pengangkutan harus dilakukan secepatnya dan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai. Jika ikan tidak dapat langsung dipasarkan padahal ikan telah dipanen maka diperlukan tehnik penyimpanan yang baik agar dapat mempertahankan kondisi ikan. Dari penjelasan yang telah disebutkan, maka pengembangan komoditi ikan gurame di Kabupaten Bogor memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan dan dapat menguntungkan beberapa lembaga atau pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan komoditi ikan gurame. Berdasarkan rekomendasi dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, salah satu daerah yang memiliki potensi pengembangan ikan gurame ialah Desa Pabuaran Kecamatan Kemang dengan produksi 40 ton/tahun serta masyarakatnya cukup terbuka dan mudah diajak kerjasama. Dengan demikian maka perlu dilakukan penelitian sistem tataniaga ikan gurame untuk mengetahui aliran pemasaran yang ada, sehingga dapat meningkatkan produksi serta ketersediaan ikan gurame dengan harga terjangkau di pasar. 5
1.2 Perumusan Masalah Potensi pengembangan perikanan budidaya ikan gurame di desa Pabuaran sangat besar, karena petani memanfaatkan lahan mereka untuk melakukan beberapa kegiatan budidaya ikan gurame. Kegiatan budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi dilakukan petani dengan memanfaatkan luas lahan yang ada. Kegiatan budidaya yang dilakukan memiliki pola produksi. Di dalam pola produksi tersebut terdapat kegiatan usaha yang memiliki segmentasi pasar masing-masing. Adanya kegiatan usaha di tiap pola produksi budidaya ikan gurame menyebabkan adanya perbedaan saluran dan lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam memasarkan benih ikan gurame dari hasil pendederan dan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. Tingginya permintaan benih ikan gurame dan gurame ukuran konsumsi oleh petani pembesaran, konsumen antara dan rumah tangga menyebabkan pasokan benih ikan gurame dan gurame ukuran konsumsi tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Salah satu penyebabnya budidaya yang dilakukan tidak intensif sehingga tidak dapat mengimbangi permintaan pasar. Penerapan sistem budidaya berguna dalam menjaga kuantitas dan kualitas ikan gurame serta untuk memenuhi permintaan konsumen. Masalah yang sering dihadapi para petani untuk benih ikan gurame adalah tingginya tingkat kematian ikan gurame dari mulai larva hingga ukuran 8-11 cm dengan bobot 166 gram. Sedangkan untuk ikan gurame ukuran konsumsi seperti 500 gram dan 800 gram adalah bagaimana teknik budidaya yang baik serta teknik distribusi ikan gurame agar tepat waktu dan dalam keadaan segar tidak rusak sampai ke konsumen. Untuk itulah diperlukannya lembaga-lembaga tataniaga yang menerapkan fungsifungsi tataniaga dalam menyampaikan hasil produksi dari petani ikan sebagai produsen ke konsumen akhir melalui suatu sistem yaitu sistem tataniaga. Perkembangan harga pada ikan gurame lebih dominan dikendalikan pedagang pengumpul dikarenakan adanya penetapan harga ikan gurame dikalangan pedagang pengumpul yang dapat juga sebagai pedagang pengecer. Hal ini dikarenakan masuknya ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor sehingga para pedagang pengumpul melindungi harga ikan gurame konsumsi lokal. Petani dan 6
pedagang pengumpul sama-sama memiliki kekuatan dalam menentukan harga jual ikan gurame konsumsi walaupun tetap melakukan proses tawar-menawar, harga yang terbentuk merupakan kesepakatan antar kedua belah pihak. Perbedaan jarak antar lokasi produsen dengan kegiatan lembaga tataniaga menyebabkan harga di tiap lembaga tataniaga menjadi berbeda, membuat penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga tataniaga tidak merata, akibatnya harga yang diterima petani menjadi rendah sedangkan pedagang pengumpul dan pedagang pengecer harus membayar dengan harga yang cukup tinggi. Harga jual ikan gurame konsumsi, diidentifikasi dikalangan petani menjual kepada pedagang pengumpul sebesar Rp 22.500/kg Rp 23.000/kg, dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sebesar Rp 26.000/kg Rp 28.000/kg, Dari Pedagang pengecer ke konsumen akhir sebesar Rp 30.000/kg Rp 32.500/kg. Perbedaan harga beli dan harga jual antara petani dan pedagang pengumpul serta pedagang pengecer menunjukkan adanya perbedaan harga yang diterima antara petani dengan pedagang pengumpul maupun pedagang pengecer. Dengan adanya perbedaan harga ditingkat petani dan konsumen akhir yang cukup tinggi, sehingga dapat diidentifikasi Farmers s share pada tataniaga ikan gurame besar berkisar 70,00 85,00 persen. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar di karenakan pasokan ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor, ini mempengaruhi pendapatan pedagang pengumpul dan berdampak pada harga ikan gurame yang semakin menurun karena mengikuti perkembangan harga ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor, karena adanya persaingan maka harga ikan gurame menjadi Rp 27.500/kg di tingkat pedagang pengumpul. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalahnya ialah; 1. Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame? 2. Bagaimana struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame? 3. Bagaimana efisiensi saluran tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame berdasarkan marjin tataniaga, farmer s share, rasio keuntungan terhadap biaya? 7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan dalam latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah; 1. Menganalisis saluran tataniaga ikan gurame dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga pada budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame. 2. Menganalisis struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. 3. Menganalisis efisiensi tataniaga budidaya pembesaran dan pembenihan ikan gurame berdasarkan marjin tataniaga, farmer s share, rasio keuntungan terhadap biaya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain; 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi beberapa pihak dalam mengambil keputusan untuk berbudidaya ikan gurame. 2. Sebagai bahan informasi bagi pelaku pasar dalam memilih saluran pemasaran serta menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan tataniaga ikan gurame. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran, peneliti hanya mengambil contoh tataniaga benih ikan gurame ukuran 8-11 cm dengan bobot 166 gram guna dibesarkan kembali oleh petani pembesaran sampai ukuran konsumsi. Peneliti juga mengambil contoh untuk tataniaga ikan gurame konsumsi dengan berat 500 gram, dan 800 gram. 8