Mengulas Pesona Keindahan Lereng Anteng Selasa lalu (9/1/2018), saya bertolak ke Ciumbuleuit, tepatnya di Lereng Anteng. Lereng Anteng sendiri adalah destinasi wisata yang cukup terkenal di daerah Punclut ini karena tempatnya yang khas dan berbeda dari yang lain. Restoran yang beralamat di Kampung Pagermaneuh, RT. 02/04, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Pagerwangi, Lembang, Pagerwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat ini mengusung tema alam, namun yang membedakan Lereng Anteng dengan tempat-tempat wisata lain di daerah Punclut adalah tendatenda bening yang terbuat dari plastik yang menyerupai saung-saung khas Sunda.
Ketika pertama kali saya datang, saya langsung disambut dengan sebuah jalan yang cukup besar dengan berbagai macam warna lampion kotak yang digantung. Disamping kanan jalan tersebut tersedia kursi-kursi dan tak lupa juga disuguhi oleh mural bertemakan pemandangan yang semakin mendukung kesan alami walaupun sedikit tertutupi pepohonan yang ada di sana. Sedangkan di samping kiri jalan, terdapat restoran Pizza Cakrawala. Sebenarnya, Lereng Anteng ini adalah kumpulan dari beberapa restoran yang bertempat di tempat yang sangat berdekatan. Namun, yang paling terkenal ialah Lereng Anteng itu sendiri. Saat itu, saya sampai di Lereng Anteng sekitar pukul 11.00 WIB. Walaupun sudah siang, namun tempat ini masih sepi karena saat itu saya mengunjunginya pada hari kerja. Saya sengaja tidak memilih pada akhir pekan karena biasanya daerah Ciumbuleuit sangat macet di hari-hari libur. Sebelum memilih menu makanan, tentunya saya memilih tempat terlebih dahulu. Dan ternyata di Lereng Anteng ini terdapat dua tempat, yakni di daerah atas dan di daerah bawah. Dan foto di atas adalah di bagian atas dari Lereng Anteng. Di tempat ini, sejauh mata memandang, pengunjung disuguhkan oleh pemandangan pegunungan. Dan di bawahnya terdapat pepohonan. Tempat duduknya pun tidak diberi kursi, namun digantikan oleh semacam sofa bantal berbentuk bulat.
Dan untuk di bagian bawah, saya disuguhkan oleh pemandangan pegunungan secara langsung. Tempat makannya pun lebih beragam. Ada yang berupa tenda-tenda bening, ada yang berada di daerah mural, dan ada pula tempat yang mengambil konsep di bawah rumah pohon. Dan yang saya tempati adalah pilihan terakhir. Mengapa saya tidak mengambil tempat duduk di tenda-tenda bening sebagaimana Lereng Anteng dikenal? Karena menurut saya, tempat tersebut akan menjadi sedikit tidak nyaman apabila turun hujan. Namanya juga tenda. Setelah memilih tempat, kita beralih ke menu makanan. Menu-menu yang tersedia seperti yang ada pada gambar. Ada pula menu-menu roti bakar/kukus dan minumannya. Namun, saya lupa untuk memfotonya. Menu yang saya pilih saat itu adalah Nasi Goreng LA, Seblak LA, dan
untuk minumannya saya memilih Ice Lemon Tea. Sekadar informasi, LA disini bukan singkatan dari Los Angeles, melainkan Lereng Anteng. Menurut penilaian saya, menu makanan dan minuman yang ada disini terbilang cukup mahal, bila bercermin pada seblak yang dihargai Rp15.000,00 dan kue cubit yang berharga kisaran 16-30 ribuan yang notabe adalah jajanan kaki lima. Namun, setelah saya pikir kembali, harga tersebut kiranya sesuai dengan pemandangan yang disuguhkan. Apalagi pengunjung biasanya betah berlama-lama di Lereng Anteng ini hanya untuk berswafoto, namun hanya membeli sedikit makanan. Sesuai perkiraan, sekitar jam 12 siang, hujan pun mengguyur daerah Punclut. Untungnya, saya mengambil tempat duduk di bawah rumah pohon, sehingga tidak terciprat air hujan, namun tetap bisa melihat pemandangan yang ada di depan saya. Sayangnya, pengunjung lain yang berada di tenda bening menjadi sedikit tak nyaman karena terciprat oleh air hujan di sisisisi tenda.
sdfs Sebagai pengunjung, saya kagum dengan kebersihan dan pelayanan yang disuguhkan. Dari segi kebersihannya, Lereng Anteng terbilang sangat bersih, tidak ada sampah yang dapat saya temui. Dan untuk pelayanannya, terbilang cukup sigap. Para pelayannya pun ramah-ramah. Dan tak lupa menurut pengamatan saya, pihak Lereng Anteng sangat baik dari segi pembenahannya.tempat-tempat disana selalu dirawat, terbukti dengan salah satu pelayannya yang sedang mengecat tiang-tiang agar tetap terlihat kecoklatan. Dan saya juga melihat para pekerja yang sedang membangun kamar mandi di dekat kawasan bawah Lereng Anteng. Sayangnya saya tidak sempat memfoto para pekerja tersebut. Pada akhirnya, semakin sore, hujan semakin mereda. Semakin banyak pengunjung yang berdatangan, walaupun memang tidak seramai saat akhir pekan. Banyak yang asyik berswafoto sembari mengagumi visual yang disuguhkan oleh payung dan lampion yang berwarna-warni. Inilah akhir dari perjalanan saya di Lereng Anteng. (*Raissa Yulianti) Sumber foto: Dokumentasi pribadi