Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Abstrak. Kata kunci: Tenaga kerja, sektor Industri Pengolahan, PDRB Propinsi Jawa Timur. Abstract. Pendahuluan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

Analisis Perkembangan Industri

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009

Transkripsi:

Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan Investasi di Indonesia Tahun 2011-2015 (Lapangan Usaha Pertanian, Pertambangan dan Penggalian serta Industri Pengolahan) Pardomuan Robinson Sihombing, SST Statistisi Pertama Badan Pusat Statistik Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi suatu negara merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan amanat UUD 1945 di Indonesia dimana bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai salah satu indikator makro ekonomi dalam hal melihat output dan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu negara. Selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun dari tahun 2011 sebesar 6,17 persen dan tahun 2015 sebesar 4,79 persen. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pemerintah berupaya meningkatkan output produksi dalam negeri. Menurut teori ekonomi untuk menghasilkan output produksi dibutuhkan input. Input dalam faktor produksi dapat dibagi atas input alam (seperti tanah dan sumber daya alam), input sumber daya manusia (labor), input modal (capital) dan input kemampuan/manajeman dalam mengelola baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (skill dan goodwill). Sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi memegang peranan penting dalam peningkatan produksi karena tenaga kerja adalah subjek dari pada pembangunan. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang lebih baik. Di Indonesia pada bulan Agustus tahun 2015 jika dilihat berdasarkan pendidikannya sekitar 11 persen penduduk yang bekerja sudah menamatkan pendidikan minimal akademi/ diploma dan masih ada 16,84 persen penduduk yang bekerja belum menamatkan pendidikan sekolah dasar. Sedangkan persentasi jumlah yang bekerja dengan angkatan kerja sudah mencapai 93,82 persen.

Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Tahun 2015 2015 Agustus Angkatan Kerja (AK) Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK Tidak/belum pernah sekolah 4.387.904 55.554 4.443.458 98,75 Tidak/belum tamat SD 14.951.112 371.542 15.322.654 97,58 SD 31.487.578 1.004.961 32.492.539 96,91 SLTP 20.698.644 1.373.919 22.072.563 93,78 SLTA Umum/SMU 19.813.373 2.280.029 22.093.402 89,68 SLTA Kejuruan/SMK 10.837.249 1.569.690 12.406.939 87,35 Akademi/Diploma 3.086.444 251.541 3.337.985 92,46 Universitas 9.556.895 653.586 10.210.481 93,60 Tak Terjawab - - - - Total 114.819.199 7.560.822 122.380.021 93,82 Selain tenaga kerja faktor modal (investasi) juga dibutuhkan dalam peningkatan produksi. Dengan adanya investasi dapat dijadikan modal bagi suatu negara untuk meningkatkan pembangunan infrasuktur dalam hal sarana dan prasarana. Indonesia adalah salah satu tujuan investasi yang menjanjikan. Potensi-potensi yang menjadi kekuatan daya saing dengan negara lain yaitu sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja muda dan terampil, pasar domestik yang besar dan terus tumbuh, serta dukungan pemerintah meningkatkan iklim investasi dan peran Indonesia di tingkat internasional. Dengan stabilitas politik yang terjaga selama 17 tahun pemerintahan demokrasi, perekonomian Indonesia telah siap untuk lepas landas. Indonesia sebagai negara agraria dengan sumber daya alam yang melimpah baik yang biotik (sumberdaya alam pertanian, peternakan, perikanan) maupun yang abiotik (sumber daya mineral pertambangan dan penggalian) diharapkan mampu dikelolah dengan baik. Selain dibutuhkan sumber daya manusia yang terampil dibutuhkan juga investasi terutama pada bidang pertambangan dan penggalian yang membutuhkan modal yang cukup besar untuk menyangkut sumber daya mineral tersebut. Hasil-hasil sumber daya alam yang telah diambil dari alam perlu dikelolah lebih lanjut agar mendapat nilai tambah yang lebih tinggi maka diperlukannya Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang memanfaatkan input alam menjadi bernilai yang lebih tinggi. Indonesia dalam tahap menuju negara berkembang di bidang industri. Hal ini terlihat dari share Lapangan Usaha Industri Pengolahan merupakan lapangan usaha yang kontribusinya terbesar dalam PDB yaitu rata-rata di atas 20 persen per tahun. Lapangan Usaha Industri pengolahan juga membutuhkan investasi karena membutuhkan modal

dalam penggunaan bahan baku dan pembelian barang modal terutma pembelian teknologi dalam hal efisiensi. Berdasarkan permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa faktot tenaga kerja dan investasi(modal) memegang peranan penting dalam penciptaan output ekonomi suatu negara. Bertitik tolak dari gambaran tersebut maka pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian yang diajukan adalah: (1) Bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja dan Investasi Indonesia menurut Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015 (2) Seberapa besar elastistas tenaga kerja dan Investasi Indonesia menurut Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015 (3) Seberapa besar kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap perekonomian nasional tahun 2011-2015. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, dengan menggunakan data sekunder jumlah tenaga kerja, PDB, PMA, PMDN di Indonesia secara time series dari tahun 2011-2015 yang diperoleh dari instansi atau pihak yang mempunyai kaitan dan wewenang secara langsung. Antara lain data didapatkan dari website Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia. Kajian Teori 1. Produk Domestrik Bruto Untuk menghitung angka-angka PDB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : a. Menurut Pendekatan Produksi PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu triwulan atau satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 17 lapangan usaha (industri) dari Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air dan Pengolahan Limbah, Kontruksi, Perdagangan hingga jasa-jasa.

b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. c. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori,dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor). 2. Investasi/ penanaman modal Niilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut: a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya. c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional. 3. Tenaga Kerja Penduduk suatu negara dibagi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berada pada batas usia kerja. Tenaga kerja dibagi kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan umum, untuk sementara sedang tak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiun, penderita cacat). Angkatan kerja dapat dibagi lagi kedalam dua sub kelompok yaitu pekerja dan penganggur. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan

mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan pada saat disensus atau disurvei memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan tidak sedang bekerja. Metode Analisis Data 1. Untuk menganalisis jumlah tenaga kerja baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015 digunakan model rata-rata ukur sebagai pengukur pertumbuhan dengan rumus (Dajan, 1995:252): Keterangan: L 0 = besar laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja L t = jumlah tenaga kerja pada tahun t L t-1 = jumlah tenaga kerja pada tahun t-1 2. Untuk menganalisis jumlah investasi/penanaman modal baik asing (PMA) maupun domestik (PMDN) baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015 digunakan model rata-rata ukur sebagai pengukur pertumbuhan dengan rumus (Dajan, 1995:252): Keterangan: C 0 = besar laju pertumbuhan investasi C t = jumlah investasi PMA/PMDN pada tahun t C t-1 = jumlah investasi PMA/PMDN pada tahun t-1 3. Untuk menghitung laju pertumbuhan nilai produksi baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015 digunakan model rata-rata ukur dengan rumus (Dajan, 1995:252)

Keterangan: Q 0 = besar laju pertumbuhan ekonomi/produksi Q t = jumlah NTB ADHK pada tahun t Q t-1 = jumlah NTB ADHK pada tahun t-1 4. Untuk mengetahui besarnya penyerapan tenaga kerja baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015, menggunakan elastisitas kesempatan kerja. Dengan menggunakan rumus : 5. Untuk mengetahui besarnya penyerapan investasi (penanaman modal) baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015, menggunakan elastisitas investasi. Dengan menggunakan rumus : Keterangan: η L = Elastisitas Kesempatan kerja η c = Elastisitas Investasi L 0 = laju pertumbuhan tenaga kerja (%) C 0 = laju pertumbuhan investasi (%) Q 0 = laju pertumbuhan NTB ADHK (%) Kriteria : E = 1 Unitary Elasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap naik 1%, sebaliknya apabila nilai output turun 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap akan turun 1% E > 1 Elasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang terserap akan naik lebih dari 1%, sebaliknya apabila nilai output turun 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap akan naik 1% E < 1 Inelasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang terserap akan naik kurang dari 1%, sebaliknya apabila output turun sebesar 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang terserap akan turun kurang dari 1%

6. Untuk mengukur besarnya kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap PDB digunakan metode analisis proporsi (Djarwanto, 2001:155) dengan rumus: Keterangan: S = Nilai proporsi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap PDB X = Nilai produksi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Y = PDB Indonesia Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap variabel-variabel, maka perlu diberikan batasan definisi operasional sebagai berikut : Berikut ini adalah definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang rendah nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. 2. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja usia 15 tahun ke atas yang terserap selama periode 2011-2015 yang dinyatakan dalam orang atau jiwa per tahun; 3. PDB adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu lapangan usaha yang ditetapkan berdasarkan harga konstan tahun 2010 yang dinyatakan dalam satuan Rupiah pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 4. Investasi adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. a. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal) b. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan

menggunakan modal dalam negeri (Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal) Hasil dan Pembahasan 1.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 7,00 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 (0,50) - (1,00) (1,50) (2,00) (2,50) (3,00) (3,50) (4,00) (4,50) (5,00) (5,50) (6,00) 6,17 6,03 5,56 5,02 6,26 5,62 4,79 3,95 4,59 4,37 4,61 4,25 4,20 4,29 4,24 4,02 3,02 2,53 Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 0,72 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan (5,08) Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung menurun. Terlihat pada tahuh 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,17 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 4,79 persen. Hal ini sejalan dengan perkembnagan perkembangan kondisi global yang lesu. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung berfluktuatif. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangn dan Penggalian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2015 hingga terkontraksi sebesar 5,08 persen. Hal ini disebabkan penurunan harga komoditas seperti minyak bumi dan batubara, selain itu adanya kebijakan pengetatan ekspor hasil tambang turut andil dalam penurunan pertumbuhan lapangan usaha ini.

2.Perkembangan Pertumbuhan Tenaga Kerja Grafik 2. Pertumbuhan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - (2,00) (4,00) (6,00) (8,00) (10,00) (12,00) (14,00) 14,39 11,69 7,38 5,19 1,97 1,28 0,70 0,00 2011 2012 2013 (0,93) 2014(0,63) 2015 (4,20) (3,14) (5,80) (8,07) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (11,00) Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Grafik 2. Pertumbuhan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan tenaga kerja Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan tenaga kerja Indonesia mencapai 6,19 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 0,002 persen. Hal ini sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung berfluktuatif. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2013 terkontraksi hingga 11,00 persen dan tahun 2015 terkontraksi hingga 8,07 persen. Hal ini disebabkan penurunan harga komoditas seperti minyak bumi dan batubara selain itu adanya kebijakan pengetatan ekspor hasil tambang.

3.Perkembangan Pertumbuhan PMA Grafik 3. Pertumbuhan PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 105,00 95,00 103,45 85,00 75,00 73,35 65,00 64,47 55,00 45,00 51,67 35,00 34,74 26,14 20,10 32,73 40,51 25,00 16,50 15,00 17,58 (0,31) 2,62 5,00 13,18 (5,00) (1,32) (4,60) (9,65) (15,00) 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian (17,90) (25,00) (13,89) Industri Pengolahan Total (3,14) Grafik 3. Pertumbuhan PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan PMA Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMA Indonesia mencapai 20,10 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 2,62 persen. Hal ini menunjukkan belum banyaknya investasi yang masuk ke Indonesia, hal ini mengindikasikan masih kurangnya kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal senada juga dialami oleh Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang mengalami penurunan pertumbuhan investasi. Terutama Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang pada tahun 2014 dan 2015 mengalami kontraksi pertumbuhan. Hal ini mengindikasikan kurang tertariknya investor asing untuk menanamkan modalnya pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan di Indonesia.

4.Perkembangan Pertumbuhan PMDN Grafik 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 10 20-10 0-20 -30-40 -50-60 -70-80 -90-100 124,36 79,01 51,91 92,42 50,84 50,45 39,02 25,67 25,36 29,47 21,29 21,83 15,37 2,57 14,95-2,00 2011 6,30 2012 2013 2014 2015 2,71-29,68 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian -83,26 Industri Pengolahan Total Grafik 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan PMDN Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMDN Indonesia mencapai 25,36 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 14,95 persen. Hal ini menunjukkan belum banyaknya warga negara Indonesia yang mau menginvestasikan dananya untuk pembangunan. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung berfluktuatif. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian tahun 2014 dan 2015 mengalami kontraksi pertumbuhan. Hal ini mengindikasikan kurang tertariknya investor domestik untuk menanamkan modalnya pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian di Indonesia.

5. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Tabel 1. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Total PDB Tahun Growth PDB TK_Aug Elastisitas 2011 3,95 (5,80) (1,47) 2012 4,59 1,28 0,28 2013 4,20 (0,93) (0,22) 2014 4,24 (0,63) (0,15) 2015 4,02 (3,14) (0,78) 2011 4,29 14,39 3,35 2012 3,02 11,69 3,87 2013 2,53 (11,00) (4,35) 2014 0,72 0,70 0,97 2015 (5,08) (8,07) 1,59 2011 6,26 5,19 0,83 2012 5,62 7,38 1,31 2013 4,37 (4,20) (0,96) 2014 4,61 1,97 0,43 2015 4,25 0,00 0,00 2011 6,17 1,35 0,22 2012 6,03 2,58 0,43 2013 5,56 0,23 0,04 2014 5,02 1,66 0,33 2015 4,79 0,17 0,03 Ratarata -0,47 1,09 0,32 0,21 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan elastisitas penyerapan tenaga kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas kesempatan kerja yang variatif dimana kenaikkan tertinggi terjadi pada tahun 2012 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 0,28 persen artinya setiap nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja pertanian sebesar 0,28 %. Hal ini diakibatkan karena pada tahun tersebut hasil pendapatan mengalami perkembangan yang cukup baik dengan permintaan yang meningkat yang juga diikuti oleh perkembangan jumlah tenaga kerja yang terserap. Hal senada juga terjadi pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan secara nasional elastisitas tertinggi terjadi pada tahun 2012. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas tertinggi pada tahun 2011 sebesar 14,39 persen dimana pada saat itu harga komoditas pertambangan masih tinggi dan belum ketatnya pelarangan ekspor.

Secara rata-rata elastisitas penyerapan tenaga kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas kesempatan kerja yang variatif. Lapangan Usaha Pertanian mengalami in elastis tenaga kerja sebesar -0,47 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan turun dari 0,47%. Hal berarti Lapangan Usaha Pertanian kurang elastis terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal ini senada dengan hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (The Law of Diminishing Returns) yang dikemukakan oleh David Ricardo. dimana perluasan produksi yang dilakukan dalam suatu bidang produksi dibatasi input tenaga kerja. Pada dasarnya hukum ini menjelaskan bahwa di bidang pertanian, penambahan tenaga kerja pada sebidang tanah mula-mula akan memberikan tambahan hasil yang semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu pertambahan tenaga kerja lagi memberikan tambahan semakin berkurang. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas sebesar 1,09 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan naik dari 1,09%. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian masih menggunakan faktor produksi tenaga kerja yang banyak karena perannya cukup besar dilihat dari elastisitasnya. Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami in elastisitas sebesar 0,32 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan naik dari 0,32%. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Industri Pengolahan belum maksimal menggunakan faktor produksi tenaga kerja yang banyak karena perannya cukup besar dilihat dari elastisitasnya. Hal senada jga terlihat dari elastisitas nasional yang hanya sebesar 0.21 persen

5. Elastisitas Penyerapan Investasi PMA Tabel 2. Elastisitas Penyerapan Invetasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 Lapangan Usaha Tahun Growth PDB PMA Elastisitas Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Total 2011 3,95 51,67 13,08 2012 4,59 32,73 7,13 2013 4,20 (1,32) -0,31 2014 4,24 40,51 9,55 2015 4,02 (4,60) -1,14 2011 4,29 64,47 15,03 2012 3,02 17,58 5,82 2013 2,53 13,18 5,21 2014 0,72 (3,14) -4,36 2015 (5,08) (13,89) 2,73 2011 6,26 103,45 16,53 2012 5,62 73,35 13,05 2013 4,37 34,74 7,95 2014 4,61 (17,90) -3,88 2015 4,25 (9,65) -2,27 2011 6,17 20,10 3,26 2012 6,03 26,14 4,33 2013 5,56 16,50 2,97 2014 5,02 (0,31) -0,06 2015 4,79 2,62 0,55 Ratarata 5,66 4,89 6,27 2,21 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang variatif dimana kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2011 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 13,08 persen artinya setiap nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan investasi PMA pertanian sebesar 13,08 %. Hal senada juga terjadi pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan secara nasional elastisitas tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu masing masing sebesar 15,03 persen; 16,25 persen dan 16,53 persen.

Secara rata-rata elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang elastis (>1). Secara nasional elastisitas investasi PMA sebesar 2,21 persen. Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 6,27 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah penyerapan investasi PMA yang terserap akan naik dari 6,27%. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Industri Pengolahan memiliki daya tarik tersendiri untuk investor menanamkan modalnya. 6. Elastisitas Penyerapan Investasi PMDN Tabel 3. Elastisitas Penyerapan Invetasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 Lapangan Usaha Tahun Growth PMDN Elastisitas Rata-rata PDB 2011 3,95 6,30 1,60 2012 4,59 2,71 0,59 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2013 4,20-29,68-7,07 3,28 2014 4,24 92,42 21,80 2015 4,02-2,00-0,50 2011 4,29 124,36 28,99 2012 3,02 51,91 17,19 Pertambangan dan Penggalian 2013 2,53 79,01 31,23-8,66 2014 0,72-83,26-115,64 2015 (5,08) 25,67-5,05 2011 6,26 50,45 8,06 2012 5,62 29,47 5,24 Industri Pengolahan 2013 4,37 2,57 0,59 5,84 2014 4,61 15,37 3,33 2015 4,25 50,84 11,96 2011 6,17 25,36 4,11 2012 6,03 21,29 3,53 Total 2013 5,56 39,02 7,02 4,43 2014 5,02 21,83 4,35 2015 4,79 14,95 3,12

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN yang variatif. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 21,80 persen artinya setiap nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan investasi PMDN pertanian sebesar 21,80%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak investor yang meninvestasikan dananya ke Lapangan Usaha Pertanian. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami pertumbuhan elastisitas tertinggi pada tahun 2011 dimana tingkat produksi masih tinngi dan belum ketatnya pelarangan ekspor hasil pertambangan dan penggalian. Lapangan Usaha Industri Pengolahan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 50,84 persen hal ini mengindikasikan bahwa sektor sekunder semakin diminati oleh para investor. Secara rata-rata elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, dan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN yang elastis (>1). Secara Nasional elastisitas investasi PMA sebesar 4,43 persen. Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 4,43 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah penyerapan investasi PMDN yang terserap akan naik dari 4,43%. Sedankan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami in elastis sebesar -8,66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian belum menjadi daya tarik bagi investor domestik yang dikarenakan membutuhkan biaya investasi yang besar dan harga komoditas yang tidak stabil. 7. Kontribusi Lapangaan Usaha Tabel 4. Kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 956119 993857,3 1039441 1083142 1129053 1174457 Pertambangan dan Penggalian 718128,6 748956,3 771561,6 791054,4 796711,6 756239,2 Industri Pengolahan 1512761 1607452 1697787 1771962 1853688 1932457 PRODUK DOMESTIK BRUTO 6864133 7287635 7727083 8156498 8566271 8976932 Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,93 13,64 13,45 13,28 13,18 13,08 Kontribusi Pertambangan dan Penggalian 10,46 10,28 9,99 9,70 9,30 8,42 Kontribusi Industri 22,04 22,06 21,97 21,72 21,64 21,53

Pengolahan Pada tabel 4. Menunjukkan perkembangan kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 dimana terlihat perkembangan kontribusi Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan Lapangan Usaha Pertanian cenderung stabil/flat. Kontribusi tertinggi adalah Lapangan Usaha Industri Pengolahan secara rata-rata di atas 20 persen diikuti Lapangan Usaha Pertanian di atas 13 persen. Sementara Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 10,46 dan tahun 2015 sebesar 8,42 persen.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung menurun, tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,17 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 4,79 persen. 2. Pertumbuhan tenaga kerja Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2013 terkontraksi hingga 11,00 persen dan tahun 2015 terkontraksi hingga 8,07 persen. 3. Pertumbuhan PMA Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMA Indonesia mencapai 20,10 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 2,62 persen. 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMDN Indonesia mencapai 25,36 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 14,95 persen. 5. Lapangan Usaha Pertanian mengalami in elastis tenaga kerja sebesar -0,47 persen. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas sebesar 1,09 persen dan Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami in elastisitas sebesar 0,32 persen. 6. Elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang elastis (>1). Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 6,27 persen. 7. Elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, dan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN yang elastis (>1). Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 4,43 persen. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami in elastis sebesar -8,66 persen.

Saran 1. Peningkatan kualitas SDM sehingga mampu bersaing terutama dalam masa perdagangan bebas (MEA) dan pembukaan lapangan usaha yang padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. 2. Peningkatan investasi PMA dengan mempermudah birokrasi dan penciptaan kondisi politik-hukum yang stabil serta kondusif sehingga para investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia pembangunan infrastruktur. 3. Sosialisasi terkait PMDN terhadap masyarakat Indonesia sehingga pembangunan tidak hanya dibiayai oleh kekuatan asing tetapi juga kekuatan domestik. 4. Pemerintah serta dunia usaha bekerja secara sinergis dalam menciptakan harga komoditas yang baik sehingga terjadi keseimbangan pasar yang menguntungkan semua pihak.

Daftar Pustaka Dajan, A. 1995. Pengantar Statistik Jilid 1. Jakarta : LP3ES Djojohadikusumo, S. 1994. Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LP3ES. Sukirno Sadono. 1983. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP Universitas Indonesia. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal http://www.bkpm.go.id/id/investasi-di-indonesia/statistik http://www.bps.go.id/subjek/view/id/169#subjekviewtab3 accordion-daftar-subjek2