BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fatik merupakan terjadinya kerusakan material akibat pembebanan yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. akibat beban berulang ini disebut patah lelah (fatigue failures) karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnnya poros, roda gigi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

II. TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

ANALISA KUAT LELAH KUNINGAN YELLOW BRASS C85700 PADA MESIN UJI ROTARY BENDING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. beberapa unsur, dengan unsur utama yaitu Besi / Ferous( Fe) dan unsur. mengenai pengaruh unsur paduan pada baja karbon:

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

II. TINJAUAN PUSTAKA. korosi yang baik, hantaran listrik yang baik dan sifat - sifat lainnya. Umumnya

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan, dimana logam besi adalah unsur dasarnya yang

PERANCANGAN MESIN UJI LELAH BAJA POROS DENGAN PEMBEBANAN PUNTIR DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705

Tujuan Pembelajaran:

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

Gambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

Volume 2 Nomor 1, Oktober 2016 DEWAN REDAKSI. Pelindung : Dr.Eng. Fritz Akhmad Nuzir, ST, MA (Dekan Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung)

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

KAJI EKSPERIMEN PENINGKATAN UMUR LELAH POROS BERALUR DENGAN PENAMBAHAN ALUR BANTU

KEKUATAN LELAH BAJA HQ 705 DAN BAJA THYRODUR 1730 DI LINGKUNGAN KELEMBABAN TINGGI

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta

BAB II LANDASAN TEORI

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

Kategori Sifat Material

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

PERANCANGAN ALAT UJI KEMAMPUKERASAN JOMINY TEST UNTUK LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. Taufiqur Rokhman 1)

Hasil Identifikasi Fractography

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL T3 Susilo Adi Widyanto

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

ESTIMASI UMUR FATIK MENGGUNAKAN PEMBEBANAN ROTATING BENDING PADA MATERIAL SS 304

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

BAB II TEORI DASAR. seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis,

KARAKTERISTIK LELAH BAJA POROS DIN 42CrMo4 BERTAKIK U DAN V AKIBAT BEBAN AMPLITUDO KONSTAN DAN BEBAN TIBA-TIBA

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL BAJA KONSTRUKSI DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

HUBUNGAN SIKLUS PUTARAN DAN BEBAN TERHADAP KEKUATAN BAHAN PADA UJI FATIK BENDING

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lelah (fatigue) Fatik merupakan terjadinya kerusakan material akibat pembebanan yang terus menerus. Dari pernyataan tersebut didapatkan bahwa apabila pada sebuah material diberikan tegangan secara terus menerus maka akan menyebabkan materia tersebut menjadi mengalami kerusakan karena tegangan yang lebih rendah dari pada tegangan yang diperlukan supaya mengakibatkan kerusakan pada berat statik. Kerusakan karena beban menerus atau terus menerus ini disebut keruskan lelah (fatigue failures) karena pada normalnya kerusakan material tersebut terjadi setelah kurun waktu penggunaan yang lumanyan lama. Cara kerja terjadinya kerusakan fatik dapat dibagi menjadi tiga katagori yakni : mula-mula retak (initiation crack), peroses retak (crack propagation), dan keruskan akhir (fracture failure). 2.1.1 Awal Retak (initiation crack) Awal keretakan dapat disebabkan oleh Cacat (defect) pada susunan. Menurut asal mula terbuatnya cacat pada struktur dapat diklasifikasikan langsung dua kumpulan antara lain a. Kekurangan yang terjadi padasaat waktu fabrikasi,yang diakibatkan oleh : 1. Kekurangan lateral yang langsung pada spesimen (material defect). 4

5 2. Kekurangan yang dikarenakan oleh runtutan perlakuaan material (manufacturing defect). Misalnya tidak runcing perlengkapan peralatan atau buruknya perlengkapan yang dipakai untuk pengerjaan bahan, panas yang terlalu berlebih yang diakibatkan karena pengelasan dan setrusnya. 3. Penentuan bahan bahan yang kliru atau runtutan treatment yang berupa pemberian panas pada bahan (poor choise of material or heat treatment). Contoh penentuan bahan yang kurang tepat misalnya seperti, bahan yang sewajibnya dipergunakan untuk fatigue namun ingin dipergunakan untuk corrosion cracking karena penentuan treatment panas yang kurang memahami komposisi treatment yang tepat. Pemberian suhu seperti carburizing padat kuat bagian terluar kurang sedikit senantiasa mengakibatkan berubahan pada permukaan bahan. 4. Rekayasa pembuatan dari bahan yang kliru (poor choise of production technique). 5. Perancangan bahab yang kliru (poor detail design). b. Kelainan yang terjadi pada waktu service susunan, antara lain diakibatkan pada saat : 1. Kelelahan susuanan, terjadi pada saat susunan mencapai usia kelelahan atau yang biasa di sebut limit kekuatan material.

2. Fluktuasi tegangan pada saat permukaan yang sudah pada kondisi korosi pada saat mengalami tegangan. 6 2.1.2 Perambatan Retak (crack propagation ) Kegagalan fracture yang disebabkan oleh jumlah total siklus merupakan penambahan jumlah putaran yang mengakibatkan retakan permulaan dan fase merambatannya retakan tersebut. Initiation Crack ini tumbuh menjadi microcracks. Pembuatan atau penggabungan microcracks ini belakangan mengambarkan macrocracks yang akan berakhir pada failure. 2.1.3 Perpatahan akhir (fracture failure) Runtutan belakangan tidak cukup pada runtutan saat terjadi pemberatan, sehingga runtutan tersebut menjalani kerusakan disebut dengan Final fracture. Ketika terjadi melalui retak, pada permukaan tersebut akan kehilangan sampai pada kondisi disaat permukaan pada bagian tersebut tidak kuat lagi bertahan dari berat. Pada langkah ini pernyataan kerusakan terjadi lebih cepat sehingga runtutan akan di bagi menjadi dua. Pernyataan yang cepat itu di namakan dengan fast fracture. Fatik atau kelelahan adalah runtutan perubahan susunan tetap progressive localized pada keadaan yang mendapatkan fluktuasi tencion dan compresi dibawah batas ketahanan tarik dan pada bagian titik atau banyak titik dapat mengujung menjadi rusak (crack) atau

7 putus (fracture) aturan semua setelah fluktuasi pasti (Zulhanif, 2002). Proses fatik langsung berlaku selama jarak waktu tertentu atau jangka penggunaan, sejak spesimen atau susunan dipakai disebut dengan Progressive. Sedangkan Localized yaitu runtutan fatik berkerja pada luasan posisi yang memdapat tarikan dan tekan yang tinggi dikarenakan pengaruh berat dari luar, bergati geometri, perbedaan suhu, tegangan sisa dan ketidak sempurnaan diri. Crack adalah suatu mula - mula berlakunya kegagalan atau kerusakan fatik dimana crack menjalar karena terdapat berat menerus. Sedangkan bagian akhir dari runtutan fatigue dimana spesimen tidak dapat berthan dari tegangan dan regangan bekarja sehingga putus langsung berlaku dua bagian atau lebih banyak disebut dengan Fracture. Aturan wajar logam yang bergambaran kristalin adalah molekul - molekul yang diatur secara sistematis. Tidak sedikit susuanan logam yang bergambar poli kristalin tersebut terdiri dari sebanyak besar kristal-kristal yang diatur secara sendiri. Bagian - bagian butir kristal mempunyai watak mekanik yang khusus, tujuan kumpulan serta kumpulan bagian tujuan, diposisi sebagian butir dapat diorientasikan sebagai bagian-bagian yang gampang tergelincir atau melorot dalam tujuan tegangan geser maksimum. tergelincir yang dilakuakan pada baja - baja liat tersebut adalah dengan peralihan tempat dislokasi dengan jarak penampang kristalografi. Meluncur yang bekerja diakibatkan karena barat putaran monotonic.

8 Ketetapan fatik suatu material bergantung pada treatment penambang atau keadaan penampang dan suhu yang bekerja pada material. Perlakuan permukaan dapat mengubah keadaan penampang dan tarikan sisa di penampang. Treatment pernampang shoot peening mendapatkan hasil tarikan sisa tegangan yang mendapatkan ketetapan lelah yang naik ( Collins,1981). Sedangkan treatment penampang yang mendapatkan tegangan sisa tarik mereduksikan ketahanan fatigue-nya sehinggal mengalami patah. Keadaan ini terjadi akibat pada penampang terjadi pemusatan tekan atau tarik yang terbesar. Pada keadaan penampang sedang yang diberi tarik maka pada tegangan yang berlawanan arah akan mengmendapatkan tekan yang sangat besar. tarik tekan akan mengurangi berlakunya laju menjalarnya retak atau initial crack sehingga kekuatan lelah naik, dan akan berakibat lain apabila terjadi tegangan tarik pada penampang material. Pada awalnya kerusakan material pada fatik diawali dari berlakunya kerusakan pada penampang barang uji. keadaan tersebut menandakan bahwa watak-watak fatik sangat sensitif terhadap keadaan penampang, yang berpengaruh pada berbagai kadaan antaranya padat kuat penampang, menjadi watak-watak lain penampang dan Tarik sisa penampang ( Dieter, 1992). Pembarian data fatik perancangan memakai kurva S-N yaitu pembagian tarik (S) jumlah putaran sampai berakibat rusak (N). Grafik S-N ini terbaik memanfaatkan skala semi log seperti dilihat pada gambar 2.1

9 Untuk berbagai material teknis yang wajib. Gambar : 2.1. Grafik S-N Grafik tersebut didapatkan dari pembagian tarikan terhadap banyaknya putaran mencapai berakibat patah pada spesimen penelitian. Pada Grafik tersebut putaran memakai skala logaritma. Batas kekuatan fatik (endurance limit ) logam ditetapkan pada banyaknya putaran N>10 7 ( Dieter, 1992). Pada sewajarnya rumus Grafik S-N dapat dinamakan oleh persamaan (dowling,1991) S = B + C ln (Nf) Dengan : B dan C yakni konstanta empiris bahan Penelitian fatik dikerjakan secara bertahab dengan membumbuhi stress level akibatnya logam akan menglami keggalan dalam kembali kebentuk sellanjutnya atau terjadi patah pada putaran tertentu. Untuk menghasilkan Grafik S-N diperlukan 8-12 material uji (Dieter, 1992).

10 Rusak fatik umumnya diawali dari penampang dimana lentur dan torsi mengakibatkan langsung dilakukan tarikan-tarikan yang kuat atau di bagian-bagian yang tidak datar menyebabkan terjadinya pemusatan tegangan. Oleh karena itu, batas kekuatan (endurance limit) sangat bergantung pada kualitas hasil penampang (Van Vlack,1983) penelitian fatik dikerjakan dengan Alat Uji Rotary Bending. Apabila alat uji diputar dan diberi berat, maka akan bekrja sebuah momen lentur pada pembebanan pengujian. Momen lentur ini menghasilkan terjadinya berat lentur pada penampang spesimen uji dan besarnya dihitung perhitungkan dengan rumus (international for use of ONO S,- ) Dengan: σ = Tegangan lentur ( kg/cm 2 ) W = Berat lentur (kg) d = Diameter alat uji (cm) 2.2 Penyebab Yang Mengikuti Ketahanan Lelah Penyebab penyebab yang mebuat sifat atau cenderung mengubah keadaan kelelahan atau ketahanan lelah diantaranya adalah bentuk pemberatan, siklus, suhu lingkungan (korosi), pemusatan tegangan, temperatur, kelelahan

11 spesimen, pengabungan bahan kimia, tarikan tarikan sisa, dan tarikan combinasi. penyebab penyebab yang cenderung menjadikan ketahanan lelah pada penetian ini adalah suhu tempat (korosi) dan jenis pemberatan sedangkan siklus, temperatur, penggabungan kimia dan tarikan sisa adalah sebagai variabel yang tetap selama penelitian sehingga tidak berpengaruh yang signifikan pada kekuatan lelah. 2.2.1 Penyebab Suhu Tempat Penyebab suhu tempat sangat mempengaruhi ketahanan lelah yaitu pada kelembaban relatif 70 % sampai 80% sebagaimana yang telah diteliti (Haftirman, 1995). Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi dapat membentuk pit korosi dan retak pada permukaan spesimen yang menyebabkan terjadinya kegagalan lebih cepat. 2.2.2 Jenis Pemberatan Jenis pemberatan lebih ikut membentuk ketahanan lelah pada saat dalam penelitian (Ogawa, 1989) yang menyatakan bahwa baja S45S yang menyediakan jenis pemberatan lentur putar dan pemberatan aksial memiliki ketahanan lelah yang lebih lain, baja S45S dengan pemberatan aksial mempunyai ketahanan lelah sangat rendah dari pada baja yang mendapat pemberatan lentur putar. 2.2.3 Faktor Siklus Siklus antara 750 rpm hingga 1500 rpm memiliki ketahanan lelah yang mendekati sama namun siklus 50 rpm dapat mereduksikan ketahanan

12 lelah yang jauh lebih banyak dari siklus 750 rpm dan 1500 rpm, sehingga siklus yang hadir diantara 750 rpm hingga 1500 rpm tidak mempengaruhi ketahanan lelah secara signifikan (Iwamoto, 1989) 2.2.4 Faktor Temperatur Temperatur lebih mempengaruhi ketahanan lelah dikarenakan temperatur dapat menaikkan konduktifitas elektrolit tempat sampai dapat mempercepat runtutan oksidasi. Untuk persyaratan pengujian normal pada temperatur, maka dilakukan pengujian pada temperatur kamar. Pada penelitian di temperatur 40 o C menghasilkan kerusakn yang memanjang pada benda uji dibandingkan pada penelitian di temperature 20 o C yang menghasilkan retakan yang halus, hal ini dikarenakan temperatur yang tinggi dapat mengakibatkan atom air yang terbuat menjadi kecil pada penampang baja sehingga dapat mempercepat terjadinya reaksi oksidasi dan membikin banyaknya pit korosi jauh lebih banyak, sehingga menghasilkan pit korosi menjadi cepat menyatu membikin kerusakan yang membujur. Secara normal ketahanan lelah baja akan reduksi pada saat bertambahnya temperatur di atas temperatur kamar kecuali baja lunak serta ketahanan lelah akan bertambah besar apabila temperatur reduksi (Dieter, 1986) 2.2.5 Penyebab tegangan sisa penyabab tegangan sisa kemungkinan dapat muncul pada saat pembuatan material yang diturunkan melalui cara pengurangan pahat

sehalus mungkin terhadap bahan uji sehingga pengurangan pahat tidak mengakibatkan tegangan sisa maupun tegangan lentur pada bahan uji. 13 2.2.6 Penyebab kandungan kimia Pengaruh penyabab kandungan kimia pada ketahanan lelah di ingikan sama untuk semua bahan uji dengan di pilih material uji yang dibuat dalam satu kali runtutan produsi, sehingga didapatkan keadaan penelitian yang terstandarisasi untuk semua bahan uji. 2.3 Pengujian Kelelahan (Fatigue) 2.3.1 Mesin Uji Fatique Ini adalah sketsa mesin uji fatik rotary bending Gambar : 2.2 sketsa alat uji fatique rotary bending ( Sastrawan, 2010) Komponen alat uji fatique : 1. Poros Menurut ( Sularso dan suga, 2002) Poros merupakan salah satu bagian mesin yang berguna sangat penting dalam penyusunan suatu

14 mesin. Kebanyakan motor listrik yang mereduksikan daya putar ke bagian mesin lain harus melewati suatu poros. sehingga poros memiliki manfaat untuk melanjutkan tenaga baik puntiran, torsi atau bending dari suatu part ke part yang lainnya. Berdasarkan klasifikasinya poros dibagi menjadi : a. Poros transmisi Poros ini bukan hanya sebagai support dari bagian mesin yang diputar, namun juga mendapat berat dan melanjutkan momen atau torsi. Berat yang didapat berupa berat puntir murni ataupun campuran berat puntir bending. Misalnya poros kopling, poros roda gigi dan seterusnya. b. Poros spindel Poros tipe ini yakni poros yang tidak pasti pendek, dan hanya mendapat puntir murni, walau seharusnya terdapat berat lentur, tetapi tidak pasti kecil dibandingkan berat puntirnya. Syarat yang harus diisi seluruhnya poros ini yakni perubahan wujudnya harus kecil dan bentuk serta dimensinya harus detail. c. Gandar Poros tipe ini merupakan poros yang tidak mendapat berat puntir. Dalam poros ini ada yang di gunakan aturan tetap pada membatunya, dan ada juga yang ikut berputar bersama-sama

dengan bagian mesin yang terpasang padanya. Dalam hal ini poros hanya mendapat berat lentur. 15 2. Motor listrik Motor listrik merupakan bagian perangkat elektromagnetis yang merubah energi listrik menjadi energi gerak. Perubahan ini terjadi dengan perubahan enegy listrik menjadi magnet yang disebut dengan elektromagnit. Diketahui bahwa, kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak menolak dan kutub-kutub yang tidak sama akan saling tarik menarik. Maka dari itu dapat diperoleh gerakan apabila dapat diperoleh sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu posisi yang tetap. Dengan cara inilah daya listrik dapat berubah menjadi energi gerak.

16 2.4 Standar Spesimen Uji ASTM E - 466 Gambar : 2.3 Standar ASTM E - 466 ASTM E - 466 menjelaskan uji lentur puntir logam seperti baja atau logam paduan. Tes ini menentukan sifat mekanik yang penting seperti kekuatan yield, kekuatan tarik utama, perpanjangan, dan pengurangan daerah. Tes tarik E8 menentukan daktilitas dan kekuatan dari berbagai logam ketika bahan menjalani tegangan tarik uniaksial. Informasi tersebut penting untuk pengembangan paduan, desain, kontrol kualitas, dan perbandingan set yang berbeda dari logam.