SUBSTITUSI DAUN RUMPUT GAJAH DENGAN KLOBOT JAGUNG DAN LIMBAH UBI JALAR DALAM RANSUM BENTUK PELLET TERHADAP PERFORMA KELINCI LOKAL JANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUBSTITUSI DAUN RUMPUT GAJAH DENGAN KELOBOT JAGUNG DAN LIMBAH TANAMAN UBI JALAR TERHADAP KECERNAAN RANSUM KOMPLIT PADA KELINCI LOKAL JANTAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

MATERI. Lokasi dan Waktu

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

MATERI DAN METODE. Metode

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Materi

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

SUBSTITUSI DAUN RUMPUT GAJAH DENGAN KLOBOT JAGUNG DAN LIMBAH UBI JALAR DALAM RANSUM BENTUK PELLET TERHADAP PERFORMA KELINCI LOKAL JANTAN SKRIPSI DIAH LESTARI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 viii

RINGKASAN DIAH LESTARI. D24080353. 2012. Substitusi Daun Rumput Gajah dengan Klobot Jagung dan Limbah Ubi Jalar dalam Ransum Bentuk Pellet terhadap Performa Kelinci Lokal Jantan. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Ir. Lidy Herawati, MS : Ir. Lilis Khotijah, MSi Peternak kelinci umumnya memberikan pakan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan berupa rumput yang diberikan pada ternak kelinci penggunaannya bersaing dengan ternak ruminansia, selain itu konsentrat yang dijual di pasaran harganya relatif mahal. Pakan dengan kandungan nutrisi yang tepat dan berkualitas dibutuhkan dalam menggantikan hijauan rumput yang umumnya diberikan untuk kelinci. Pakan komplit dengan kandungan nutrisi yang baik dan harga ekonomis sangat diperlukan. Pemberian pakan dalam bentuk pellet sebaiknya dilakukan agar tidak ada seleksi antara bahan baku yang berbeda, selain itu pemberian pakan dalam bentuk pellet memiliki palatabilitas yang tinggi sehingga menghasilkan performa yang baik pada ternak kelinci (Maertens, 2010). Ketersediaan klobot jagung dan limbah ubi jalar yang cukup banyak merupakan suatu potensi dalam menggantikan rumput. Klobot jagung dengan kandungan serat yang tinggi dapat dijadikan sebagai sumber serat, untuk memenuhi kebutuhan protein maka dikombinasikan dengan limbah ubi jalar. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan performa kelinci lokal jantan yang diberi pakan komplit bentuk pellet mengandung klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mensubstitusi daun rumput gajah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ternak yang digunakan 16 ekor kelinci lokal jantan persilangan berumur 4 bulan dengan bobot badan 1,1 ± 0,05 kg. Perlakuan yang diberikan terdiri dari R0 = 18% daun rumput gajah + 82 % konsentrat, R1 = 12% daun rumput gajah + 3% klobot jagung + 3% limbah ubi jalar + 82% konsentrat, R2 = 6% daun rumput gajah + 6% klobot jagung + 6% limbah ubi jalar + 82% konsentrat, R3 = 9% klobot jagung + 9% limbah ubi jalar + 82% konsentrat. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan maka dilakukan Uji Jarak Duncan agar dapat mengetahui perbedaan antar perlakuan (Steel and Torrie, 1993). Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering, kebutuhan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan nilai ekonomi. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering dan kebutuhan konsumsi bahan kering (P>0,05), namun berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan (P<0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah penggunaan kombinasi klobot jagung 9% dan limbah ubi jalar 9% dapat mensubstitusi daun rumput gajah dengan memberikan performa yang baik pada ternak kelinci. Kata kunci : Kelinci jantan, pellet, daun rumput gajah, klobot jagung, limbah ubi jalar. viii

ABSTRACT Substitution of Pennisetum purpureum Leaf with Corn Husk and Sweet Potato Waste as a Pellet Form in Performance Local Male Rabbit D.Lestari, L.Herawati and L. Khotijah The purpose of this study was to compared the performance of local male rabbits feed as a pellet form which were combined corn husk and sweet potato waste to substitute Pennisetum purpureum leaf. Completely randomize design was used with 4 treatments and 4 replications. The experiment were: R0 (18% Pennisetum purpureum leaf + 82% concentrate), R1 (12% Pennisetum purpureum leaf + 3% corn husk + 3% sweet potato waste + 82% concentrate), R2 (6% Pennisetum purpureum leaf + 6% corn husk + 6% sweet potato waste + 82% concentrate), R3 (9% corn husk + 9% sweet potato waste + 82% concentrate). Data were analysed by ANOVA (analysis of variance) and the differences among treatments were tested using Duncan Test (Steel and Torie. 1993). The parameters observed dry matter intake, intake need for dry matter, daily weight gain, feed efficiency and economic value. The results showed that the treatments significantly affected on daily weight gain and feed efficiency. Pellet R3 (9% corn husk + 9% sweet potato waste + 82% concentrate) could substitued Pennisetum purpureum leaf without decreased their performance. Key words : Local male rabbit, pellet, Pennisetum purpureum leaf, corn husk leaf, sweet potato waste. viii

SUBSTITUSI DAUN RUMPUT GAJAH DENGAN KLOBOT JAGUNG DAN LIMBAH UBI JALAR DALAM RANSUM BENTUK PELLET TERHADAP PERFORMA KELINCI LOKAL JANTAN DIAH LESTARI D24080353 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 viii

Judul : Substitusi Daun Rumput Gajah dengan Klobot Jagung dan Limbah Ubi Jalar dalam Ransum Bentuk Pellet terhadap Performa Kelinci Lokal Jantan Nama : Diah Lestari NIM : D24080353 Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, ( Ir. Lidy Herawati, MS) (Ir. Lilis Khotijah, MSi) NIP : 19620914 198703 2 009 NIP: 19660703 199203 2 003 Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.) NIP: 19670506 199103 1 001 Tanggal Ujian : 10 Agustus 2012 Tanggal Lulus: viii

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1990 di Pekalongan, Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suraji dan Ibu Taryumi. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2002 di SDN Makasar 01 Pagi, pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2005 di SMP N 150 Jakarta Timur dan Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMA N 67 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 dengan Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan melalui ujian masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) dan Teater Kandang. Tahun pertama dalam BEM-D, penulis menjadi Sekretaris Badan Olahraga dan Seni, sedangkan pada Teater Kandang sebagai anggota. Tahun 2012 penulis pernah melakukan magang di Japfa Comfeed Tbk. Bogor, Agustus 2012 Diah Lestari D24080353 viii

KATA PENGANTAR Bismilahirahmanirrahim, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Substitusi Daun Rumput Gajah dengan Klobot Jagung dan Limbah Ubi jalar dalam Ransum Bentuk Pellet terhadap Performa Kelinci Lokal Jantan merupakan salah satu syarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Peternakan pada Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Ketersediaan klobot jagung dan limbah ubi jalar merupakan suatu potensi dalam menggantikan hijauan yang umumnya diberikan oleh peternak pada kelincinya. Klobot jagung dengan kandungan serat yang tinggi dan limbah ubi jalar dengan kandungan protein yang tinggi diharapkan dapat menggantikan sumber hijauan yang umumnya diberikan yaitu rumput. Penelitian ini menggunakan klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mensubstitusi daun rumput gajah dalam ransum bentuk pellet dengan proporsi yang berbeda-beda. Pemberian pellet yang mengandung sumber hijauan berupa klobot jagung dan limbah ubi jalar diharapkan dapat menggantikan rumput, dapat memenuhi kebutuhan kelinci, selain itu dapat memberikan performa yang baik dan dapat menurunkan harga pakan Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, namun penulis berharap agar pembaca mendapatkan manfaat dari skripsi ini, selain itu semoga para peternak kelinci mendapatkan jawaban atas permasalahan yang dihadapi dengan adanya skripsi ini. Bogor, Agustus 2012 Penulis viii

DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv v vi vii ix x xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Kelinci... 3 Kebutuhan Zat Makanan... 4 Pakan Komplit Bentuk Pellet... 6 Rumput Gajah... 7 Limbah Ubi Jalar... 8 Klobot Jagung... 9 Konsumsi Bahan Kering... 10 Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering... 10 Pertambahan Bobot Badan... 11 Efisiensi Pakan... 12 MATERI DAN METODE... 13 Materi... 13 Ternak... 13 Kandang... 13 Obat-obatan... 14 Pakan... 14 Metode... 14 Pembuatan Tepung Hijauan... 14 Perlakuan... 18 Rancangan Percobaan... 18 vii

Analisis Data... 18 Peubah... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN... 20 Kandungan Nutrien Pellet Perlakuan... 20 Konsumsi Bahan Kering... 21 Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering... 22 Pertambahan Bobot Badan... 23 Efisiensi Pakan... 25 Nilai Ekonomi... 26 KESIMPULAN DAN SARAN... 28 Kesimpulan... 28 Saran... 28 UCAPAN TERIMA KASIH... 29 DAFTAR PUSTAKA... 30 LAMPIRAN... 33 viii

Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. KandunganNutrienDagingpada Beberapa Ternak... 3 2. KebutuhanNutrienKelinci... 4 3. Efek Pemberian Pakan pada Kelinci Periode Pertumbuhan... 6 4. Komposisi Nutrien Tanaman Ubi Jalar... 8 5. Proporsi danpalatabilitaslimbahjagung... 9 6. Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering Berdasarkan Periode Pemeliharaan... 11 7. Kandungan Nutrien Hijauan... 14 8. Komposisi Penggunaan Bahan pada Pellet Perlakuan... 17 9. Kandungan Nutrien Pellet Perlakuan Berdasarkan Perhitungan... 17 10. Kandungan Nutrien Pellet Perlakuan Berdasarkan Analisa... 20 11. Rataan Konsumsi dan Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering... 21 12. Rataan Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian... 23 13. Efisiensi Pakan Selama Penelitian... 25 14. Perhitungan Ekonomi Selama Pemeliharaam 5 Minggu... 27

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Rumput Gajah... 7 2. Daun, TangkaidanBatangUbiJalar... 8 3. KlobotJagung... 10 4. KelinciPenelitian... 13 5. PembuatanTepungHijauan... 15 6. PersiapanPembuatanTepungDaun Rumput Gajah... 15 7. PersiapanPembuatanTepungKlobotJagung... 16 8. PersiapanPembuatanTepungLimbahUbiJalar... 16 9. PakanKomplitBentukPellet... 20

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. AnovaKonsumsiBahanKering... 34 2. AnovaKebutuhanKonsumsiBahanKering... 34 3. AnovaPertambahanBobotBadan... 35 4. AnovaEfisiensiPakan... 35 5. HasilUjiLanjut Duncan PertambahanBobotBadan... 36 6. HasilUjiLanjut Duncan EfisiensiPakan... 36 7. Perhitungan Total Digestible Nutrient Pakan... 37

PENDAHULUAN Latar belakang Peternak kelinci pada umumnya memberikan pakan untuk kelincinya berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang umumnya diberikan berupa rumput, namun penggunaan rumput bersaing dengan ruminansia, selain itu konsentrat komersil yang umumnya dijual dipasaran harganya relatif mahal. Pakan dengan kandungan nutrisi yang tepat dan berkualitas dibutuhkan dalam menggantikan hijauan berupa rumput yang umumnya diberikan untuk kelinci. Pakan komplit bentuk pellet dengan kandungan nutrisi yang baik dan harga yang ekonomis sangat diperlukan. Pembuatan pakan bentuk pellet sebaiknya dilakukan agar tidak terjadi seleksi antar jenis bahan baku yang diberikan, meminimalkan jumlah pakan yang terbuang dan mengurangi debu. Pakan dalam bentuk pellet juga memiliki palatabilitas yang tinggi dibandingkan pakan dalam bentuk tepung sehingga performa kelinci yang dihasilkan lebih baik (Maertens, 2010). Ketersediaan klobot jagung dan limbah ubi jalar merupakan suatu potensi dalam menggantikan sumber hijauan untuk kelinci. Penggunaan jagung sebagai bahan pangan maupun bahan pakan terutama pakan unggas mempengaruhi banyaknya limbah jagung yang dihasilkan. Klobot jagung memiliki proporsi 10% bahan kering limbah tanaman jagung, selain itu klobot jagung memiliki palatabilitas yang tinggi dibandingkan bagian lain dari limbah tanaman jagung (Wilson et al., 2004). Total produksi ubi jalar di Indonesia sebanyak 2.192.242 ton dengan pusat produksi di Jawa Barat (BPS, 2011). Aregheore (2005) menyatakan bahwa bagian tanaman ubi jalar (daun, tangkai, batang) merupakan 64% dari total biomassa segar tanaman ubi jalar. Penelitian ini menggunakan kombinasi klobot jagung dan limbah ubi jalar (daun, tangkai, batang). Klobot jagung diharapkan dapat memenuhi sumber serat, sedangkan limbah ubi jalar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein pada ternak kelinci. Proporsi klobot jagung dan limbah ubi jalar tiap perlakuan berbedabeda dalam mensubstitusi daun rumput gajah secara bertahap. Penggunaan klobot jagung dan limbah ubi jalar diharapkan dapat menggantikan rumput, selain itu dapat memberikan performa yang baik dan dapat menurunkan harga pakan. 1

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah membandingkan performa kelinci lokal jantan dengan pakan komplit bentuk pellet yang merupakan kombinasi penggunaan klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mensubstitusi daun rumput gajah. 2

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC, 1997). Terdapat beberapa ratus varietas kelinci di seluruh dunia, yang bervariasi dalam ukuran, warna, jenis rambut dan karakteristik lainnya (NRC, 1997). Kelinci diproduksi untuk daging, penelitian, penghasil wol, dan sebagai hewan peliharaan atau hobi (NRC, 1977). Kelinci memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi yaitu dapat tumbuh dan berkembang biak hanya dengan diberikan hijauan, limbah sayuran maupun limbah pakan yang selalu tersedia dan harganya murah seperti pada negara berkembang contohnya Indonesia (Raharjo, 2007). Kelinci memiliki sejumlah karakteristik, seperti ukuran tubuh kecil, interval generasi singkat, potensi reproduksi yang tinggi, tingkat pertumbuhan yang cepat dan keragaman genetik (Raharjo, 2007). Kelinci mampu untuk memanfaatkan hijauan dan produk sampingan sebagai komponen pakan utama sehingga cocok sebagai penghasil daging ternak kecil di negara berkembang (Raharjo, 2007). Daging kelinci baik dikonsumsi karena mengandung protein yang tinggi dan rendah lemak (Raharjo, 2007). Kandungan nutrien daging pada beberapa ternak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Nutrien Spesies Kelinci Ayam Babi Domba Sapi Protein (g) 21 19,5 15 15 15,5 Air (g) 70 67 54,5 53 49 Lemak (g) 8 12 29,5 31 35 Energi (kcal) 160 200 330 345 380 Kolesterol (mg) 53 105 63 74 58 Sumber : Raharjo (2007) 3

Kebutuhan Zat Makanan Kebutuhan zat makanan setiap hewan berbeda-beda tergantung pada status fisiologis hewan tersebut. Nutrien adalah elemen atau komponen kimia yang ada dalam pakan untuk mendukung pertumbuhan, reproduksi, laktasi dan proses dalam kehidupan seekor ternak (Damron, 2006). Kebutuhan nutrien pada kelinci berdasarkan tujuan pemeliharaan seperti breeding dan fattening tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Kelinci Nutrien Fase Produksi Breeding Fattening Serat kasar (%) 13,8-16,1 15-16,6 Protein kasar (%) 18,1-22,0 16,1-18,0 Lemak kasar (%) 6,1 Bebas Protein Tercerna (%) 12,6-15,4 11,3-12,5 Energi Tercerna (MJ) 11,1 10,5 Sumber : Cheeke (2005) Protein Kasar Protein terutama digunakan sebagai komponen jaringan daging, enzim, hormon (Damron, 2006). Kebutuhan protein tinggi pada ternak yang muda karena digunakan untuk pertumbuhan tubuhnya, jika mengkonsumsi protein lebih tinggi maka akan digunakan sebagai sumber energi (Damron, 2006). Soeparno (2005) menyatakan bahwa konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang cepat. Kebutuhan protein pada kelinci yang akan digemukkan yaitu 16,1%-18,0% (Cheeke, 2005). Kelinci mempunyai kebiasaan coprophagy yaitu memakan feses lunak langsung dari anus, yang dimulai saat berumur tiga minggu (Perez dan Martinez, 2007). Feses lunak menyumbang protein 15%-22% dari total konsumsi protein per hari, selain itu protein pada feses lunak mengandung asam amino essensial yang tinggi seperti lysine, threonine (Perez dan Martinez, 2007). Populasi protein mikroba yang terdapat dalam sekum kelinci dan dilakukannya coprophagy memberikan kesempatan agar dapat terpenuhi kebutuhan protein, energi dan vitamin (Perez dan Martinez, 2007). 4

Sunarwati (2001) menyatakan bahwa ransum dengan kandungan protein 21,96% menghasilkan performa kelinci yang lebih baik dibandingkan yang mengandung protein 21,93%. Ruiz et al. (2006) memberikan pakan kelinci yang mengandung bungkil bunga matahari dengan protein 19,4% dan pakan kelinci yang mengandung bungkil kedelai dengan protein 20,2%, dari kedua pakan tersebut ternyata pakan dengan kandungan protein 20,2% menghasilkan performa kelinci yang lebih baik. Pemberian pakan kelinci dengan kandungan protein yang tinggi juga dilakukan oleh Sadili (2003) dengan kandungan protein pakan sebesar 22,9% dan 24,2%, hasilnya tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, namun dengan kandungan protein 24,2% memberikan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Serat Kasar Kelinci merupakan pseudoruminant yaitu fisiologi pencernaannya beradaptasi terhadap tingginya konsumsi dinding sel tanaman, oleh karena itu serat merupakan komponen penting dalam pakan kelinci (Maertens, 2007). Serat berpengaruh terhadap laju pengosongan saluran pencernaan dan menjadi komponen utama dalam perkembangan mikroba (Chao dan Li, 2008). Asupan serat kasar yang tinggi akan membatasi asupan energi dan menurunkan penampilan ternak (Chao dan Li, 2008), sehingga akan menurunkan rataan berat badan harian dan laju konversi pakan (Blas dan Mateos, 2010). Asupan serat kasar yang tinggi dalam pakan yang diformulasikan juga dapat menyebabkan diare pada kelinci. Gidenne et al., 2010 menyatakan bahwa level serat yang digunakan pada pakan kelinci pertumbuhan yaitu sebesar 12,2%-24,4%. Djunaedi (1984) menyatakan bahwa sebaiknya kandungan serat kasar dalam ransum kelinci jantan persilangan pada masa pertumbuhan sebesar 7,64%-18,9%. Lemak Kasar Lemak merupakan sumber energi yang digunakan oleh tubuh (Damron, 2006). Jumlah lemak yang terkandung dalam ransum apabila dalam jumlah yang tidak cukup maka ternak akan mengalami hambatan pertumbuhan dan akhirnya menyebabkan kematian. Penambahan lemak pada pakan kelinci pertumbuhan akan meningkatkan kecernaan energi, namun menurunkan konsumsi bahan kering sehingga memperbaiki konversi pakan (Chen dan Li, 2008). Penambahan lemak 5

dalam pakan dapat mengurangi sifat berdebu dari ransum sehingga dapat mengurangi jumlah ransum yang terbuang (Parakkasi, 1999). Penambahan lemak dapat meningkatkan palatabilitas ransum sehingga akan meningkatkan konsumsi, namun dengan penambahan lemak yang terlalu banyak akan mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi pakan (Parakkasi, 1999). Chen dan Li (2008) juga menyatakan bahwa penambahan lemak yang berlebih akan membatasi aktivitas mikroba sekum dan terjadi kesulitan dalam mencerna serat. Pakan Komplit Bentuk Pellet Pemberian pakan pada kelinci sebaiknya berbentuk pellet karena kelinci lebih menyukai pellet dibandingkan bentuk tepung apabila diberikan dalam waktu yang bersamaan (Maertens, 2010). Pakan komplit untuk kelinci adalah pakan yang terdiri dari hijauan dan konsentrat yang dicampurkan dengan perbandingan yang bervariasi. Efek pemberian pakan terhadap kelinci periode pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Efek Pemberian Pakan pada Kelinci Periode Pertumbuhan Lebas, 1973 King, 1974 Machin et al., 1980 Pemberian pakan Tepung Pellet Tepung Pellet Tepung Tepung + 40% air Pellet Konsumsi BK Pakan (g/hari) 82 94 79 85 102 78 104 PBB (g/hari) 29,7 36,0 20,7 22,9 26,5 27,9 33,1 Sumber : Lebas, 1997 Tabel 3 menunjukkan bahwa pakan dalam bentuk pellet memiliki palatabilitas yang tinggi, selain itu pertambahan bobot badan yang dihasilkan lebih baik dibandingkan diberi pakan bentuk tepung (Lebas, 1997). Pada produksi daging kelinci secara intensif, pakan seimbang dalam bentuk pellet merupakan suatu dasar dalam memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi dalam memaksimalkan penampilan ternak (Maertens, 2010). Pemberian pakan dalam bentuk tepung tidak intensif karena 6

sulit dalam pendistribusian sehingga tidak cocok dalam skala produksi besar. Keuntungan pemberian pakan dalam bentuk pellet yaitu tidak ada seleksi antara bahan baku yang berbeda, meminimalkan jumlah pakan yang terbuang dan mengurangi debu (Maertens, 2010). Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah memiliki karakter tumbuh tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang dan berbunga seperti es lilin (Rukmana, 2005). Kandungan zat gizi dan produktivitas yang cukup tinggi merupakan keunggulan yang dimiliki oleh rumput gajah, selain itu disukai oleh ternak ruminansia (Syarifuddin, 2004). Kandungan nutrisi rumput gajah yaitu 19,9% bahan kering, 10,2% protein kasar, 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (Rukmana, 2005). Kandungan protein kasar rumput gajah menurun dengan bertambahnya umur karena saat semakin tua rasio daun lebih kecil dari batang (Syarifuddin, 2005). Kandungan protein pada daun rumput gajah lebih tinggi dibandingkan batang. Setiap peningkatan umur atau dilakukan penundaan pemotongan selama sepuluh hari maka kandungan protein kasar akan menurun sebesar 0,87% (Syarifuddin, 2004). Tanaman rumput gajah yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber : Foto Penelitian Gambar 1. Rumput Gajah 7

Limbah Ubi Jalar Salah satu tanaman tradisional di negara tropis adalah ubi jalar. Total produksi ubi jalar di Indonesia sebanyak 2.192.242 ton dengan pusat produksi di Jawa Barat (BPS, 2011). Aregheore (2005) menyatakan bahwa bagian tanaman ubi jalar (daun, tangkai, batang) merupakan 64% dari total biomassa segar tanaman ubi jalar. Bagian umbi mengandung pati sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi, sedangkan bagian daun mengandung protein yang tinggi yaitu sebesar 25,5% sampai 29,8% dalam bahan kering sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein (An et al., 2003). Komposisi nutrien tanaman ubi jalar berdasarkan bahan kering dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Nutrien Tanaman Ubi Jalar (% BK): Nutrien (%) Daun Batang Umbi Protein Kasar 22,94 11,32 5,11 Serat Kasar 15,61 38,61 3,48 Lemak Kasar 2,99 3,55 1,26 Ca 0,42 3,32 0,95 P 0,21 0,41 0,78 Gross Energy (kkal/kg) 3.558 4.071 1.085 Sumber : Herawati (2002) Bagian tanaman ubi jalar yang digunakan dalam penelitian adalah daun, tangkai dan batang yang dapat dilihat pada Gambar 2. Daun Tangkai dan batang Sumber : Foto Penelitian Gambar 2. Daun, tangkai dan batang ubi jalar 8

Abonyi et al. (2012) menyatakan bahwa penggunaan daun ubi jalar sebanyak 50% akan menghasilkan performa yang terbaik pada ternak kelinci, selebihnya akan menurunkan performa. Penurunan performa kelinci disebabkan kandungan seratnya terlalu tinggi dan adanya protease inhibitor yang menurunkan aktivitas enzim proteolitik oleh adanya penurunan dalam penyerapan nutrien (Abonyi et al., 2012). Klobot Jagung Bagian tanaman jagung selain buah atau biji yaitu klobot, batang, daun dan tongkol dapat menghasilkan limbah dengan proporsi yang bervariasi (Umiyah dan Wina, 2008). Proposi tanaman jagung terbesar adalah batang jagung diikuti dengan daun, tongkol dan kulit buah jagung atau klobot jagung (McCutcheon dan Samples, 2002). Nilai palatabilitas yang diukur secara kualitatif menunjukkan bahwa daun dan kulit jagung lebih disukai oleh ternak dibandingkan dengan batang maupun tongkol (Wilson et al., 2004). Proporsi dan palatabilitas limbah tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Proporsi dan Palatabilitas Limbah Jagung Limbah Jagung Proporsi Limbah (%BK) Kadar air (%) Protein kasar (% BK) Palatabilitas Kulit buah / 10 45-50 3,6 Tinggi klobot Batang 50 70-75 4,5 Rendah Daun 20 20-25 7,8 Tinggi Tongkol 20 50-55 2,2 Rendah Sumber : Wilson et al., 2004; McCutcheon dan Samples (2002) Klobot dan daun jagung mempunyai palatabilitas dan kecernaan yang tinggi, namun kecernaan daun jagung tidak setinggi kecernaan klobot jagung (Wilson et al., 2004). Batang dan tongkol jagung memiliki kecernaan dan palatabilitas rendah. Konsumsi batang dan tongkol dilakukan pada waktu jumlah klobot dan daun jagung dalam jumlah sedikit (Wilson et al., 2004). Daun dan klobot jagung merupakan 39% dari total limbah tanaman jagung (Wilson et al., 2004). Nilai kecernaan bahan kering 9

klobot jagung dan tongkol jagung (60%) hampir sama dengan nilai kecernaan rumput gajah, sehingga kedua bahan tersebut dapat saling menggantikan sebagai sumber hijauan (Umiyah dan Wina, 2008). Bagian dari tanaman jagung yaitu klobot jagung yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Klobot Jagung Sumber : Foto Penelitian Konsumsi Bahan Kering Menurut Parakkasi (1999) konsumsi bahan kering merupakan hal yang penting untuk diketahui karena dengan mengetahui jumlah konsumsi bahan kering maka dapat diketahui kebutuhan ternak akan zat-zat makanan yang perlu untuk hidup pokok dan produksinya. Kadar bahan makanan bila diberikan dalam bahan segar (as fed) sangat bervariasi, sehingga zat dalam suatu bahan makanan akan jauh lebih baik bila dihitung berdasarkan bahan kering (Parakkasi, 1999). Konsumsi pakan dan air minum tergantung kepada jenis pakan, jenis kelinci, umur dan tahap produksi. Sunarwati (2001) menyatakan bahwa kelinci jantan lepas sapih dengan umur 6-8 minggu yang diberi pellet 100% biomassa ubi jalar mengkonsumsi bahan kering sebanyak 83,3 ± 9,9 g/ekor/hari. Apriliawaty (2003) menyatakan bahwa konsumsi kelinci jantan lokal berumur 4-5 minggu yang diberi sumber energi berupa umbi ubi jalar sebesar 30% mengkonsumsi bahan kering sebanyak 56 ± 5,4 g/ekor/hari. Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering Pemberian pakan ditentukan dengan menyesuaikan kebutuhan bahan kering. Kebutuhan bahan kering berdasarkan NRC (1977) untuk hidup pokok yaitu sebesar 10

3%-4% dari bobot badan, sedangkan untuk pertumbuhan normal yaitu sebesar 5%- 8% dari bobot badan. Kebutuhan konsumsi bahan kering berdasarkan periode pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering Berdasarkan Periode Pemeliharaan Status Bobot (kg) Bahan Kering (%) Kebutuhan BK (g/ekor/hari) Muda 1,8-3,2 5,4-6,2 112-173 Dewasa 2,3-6,8 3,0-4,0 92-204 Bunting 2,3-6,8 3,7-5,0 115-251 Sumber : National Research Council (1977) Sunarwati (2001) menyatakan bahwa konsumsi bahan kering pada kelinci jantan lokal lepas sapih yang diberi 100% biomassa ubi jalar dalam bentuk pellet membutuhkan konsumsi bahan kering sebesar 5% dari bobot badan. ANZCCART (1994) menyatakan bahwa kelinci yang diberi pakan dalam bentuk pellet akan mengkonsumsi pakan sebanyak 5% dari bobot badan. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan perlu dihitung agar dapat mengetahui atau mengukur pertumbuhan ternak. Menurut Rasyid (2009) salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah konsumsi pakan. Pakan yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan kebutuhannya seperti energi, protein, mineral, vitamin karena mempengaruhi pertumbuhan yang dihasilkan. Cheeke et al., 2000 menyatakan bahwa pertambahan bobot badan kelinci pada daerah tropis yaitu sebesar 10-20 g/ekor/hari. Sunarwati (2001) menyatakan bahwa pemberian pellet biomassa ubi jalar sebagai pakan kelinci menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 8,8 ± 2,1 g/ekor/hari. Penggunaan umbi ubi jalar sebanyak 30% yang diberikan pada kelinci yang dilakukan oleh Apriliawaty (2003) menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 16 ± 4 g/ekor/hari. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kandungan protein suatu pakan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. 11

Efisiensi Pakan Efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan pada waktu tertentu dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Efisiensi pakan berhubungan dengan palatabilitas. Palatabilitas tersebut dipengaruhi oleh penampilan, bau, rasa tekstur suatu pakan. Sunarwati (2001) menyatakan bahwa dengan penggunaan biomassa ubi jalar yang dibentuk pellet menghasilkan efisiensi pakan sebesar 0,1 ± 0,05. Rendahnya efisiensi tersebut disebabkan semakin banyaknya biomassa ubi jalar yang digunakan akan meningkatkan serat kasar yang terkandung dalam pellet perlakuan, namun menurunkan pertambahan bobot badan yang dihasilkan karena serat kasar digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi pada kelinci yang digunakan (Sunarwati, 2001). Pemberian umbi ubi jalar yang dilakukan Apriliawaty (2003) menghasilkan efisiensi pakan sebesar 0,25 ± 0,05. Nilai efisiensi tinggi disebabkan energi yang terkandung pada pellet perlakuan yang lebih tinggi dari kebutuhan kelinci pertumbuhan, hal ini menyebabkan rendahnya konsumsi ransum. Cheeke et al., 2000 menyatakan bahwa efisiensi pakan pada kelinci berkisar antara 0,25-0,28. 12

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di PT. Indofeed, Bogor. Pemeliharaan kelinci dilakukan di kandang Laboratorium Pemuliaan Genetik, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Waktu penelitian pada Desember 2011 sampai April 2012. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian berjumlah 16 ekor kelinci jantan lokal persilangan berumur 4 bulan dengan bobot badan 1,1 ± 0,05 kg. Ternak kelinci dikandangkan individu dengan 1 minggu masa adaptasi dan 5 minggu masa pemeliharaan. Gambar 4. Kelinci Penelitian Kandang Penelitian ini menggunakan kandang battery sebanyak 16 buah dengan ukuran Panjang x Lebar x Tinggi masing masing 0,5 x 0,5 x 0,5 meter, yang terbuat dari bambu. Tiap kandang berisi satu ekor kelinci. Obat-Obatan Obat yang digunakan bila ternak terkena diare adalah Rebung-K dan yang terkena scabies dengan Wormectin. 13

Pakan Bahan yang digunakan dalam pembuatan pellet adalah daun rumput gajah, klobot jagung, limbah ubi jalar (daun, tangkai, batang) dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, pollard, bungkil kelapa, onggok, CaCO 3, CPO, premiks dan garam. Kandungan nutrien pada hijauan yang digunakan berdasarkan 100% BK dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kandungan Nutrien Hijauan (dalam 100% BK) : Daun Rumput Gajah (DRG) Klobot Jagung (KJ) Limbah Ubi Jalar (LUJ) Hijauan ----------------------------------(%)------------------------------- Abu 13,4 3,43 9,16 PK 12,6 6,21 18,75 SK 47,3 46,74 37,66 LK 1,5 2,30 0,53 Beta-N 25,2 41,32 33,90 Ca 0,53 0,70 1,23 P 0,38 0,39 0,35 Keterangan : Analisa dilakukan oleh Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2011). BK : bahan kering; PK : protein kasar; SK : serat kasar; LK : lemak kasar; Beta-N : bahan extrak tanpa nitrogen; Ca : calsium; P: phospor. Metode Pembuatan Tepung Hijauan Penelitian ini menggunakan tiga macam hijauan yaitu daun rumput gajah, klobot jagung dan limbah ubi jalar (daun, tangkai, batang). Tahap pertama yaitu pembuatan tepung daun rumput gajah. Rumput gajah yang dalam keadaan segar dipisahkan antara bagian batang dan daun. Bagian daun yang telah dipisahkan kemudian dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Daun rumput gajah yang telah dicacah kemudian dijemur dengan sinar matahari sampai kering. Daun rumput gajah yang telah kering kemudian digiling sehingga terbentuk tepung daun rumput gajah. Tahap kedua yaitu pembuatan tepung klobot jagung. Klobot jagung diperoleh dari Pasar Bogor. Klobot jagung yang telah diperoleh dicacah dengan menggunakan 14

mesin pencacah, setelah itu dilakukan penjemuran dengan sinar matahari. Klobot jagung yang telah kering kemudian digiling sebanyak 2 kali sehingga terbentuk tepung klobot jagung. Tahap ketiga adalah pembuatan tepung limbah ubi jalar. Limbah ubi jalar dicacah dengan cara manual atau tanpa mesin, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Limbah ubi jalar yang telah kering dilakukan penggilingan dengan mesin penggiling sampai terbentuk tepung limbah ubi jalar. Metode pembuatan tepung hijauan dapat dilihat pada Gambar 5. Daun Rumput Gajah Klobot Jagung Limbah Ubi Jalar Dicacah Dicacah Dicacah Dijemur Dijemur Dijemur Digiling Digiling 2x Digiling Tepung daun rumput gajah Tepung klobot jagung Tepung limbah ubi jalar Gambar 5. Pembuatan tepung hijauan Persiapan pembuatan tepung daun rumput gajah dapat dilihat pada Gambar 6. (a.) (b.) (c.) Gambar 6. (a.) Daun rumput gajah setelah dipisahkan dengan batang, (b.) Daun rumput gajah setelah dicacah, (c.) Tepung daun rumput gajah 15

Persiapan pembuatan tepung klobot jagung dapat dilihat pada Gambar 7 dan persiapan pembuatan tepung limbah ubi jalar pada Gambar 8. (a.) (b.) (c.) Gambar 7. (a.) Klobot jagung, (b.) Klobot jagung setelah dicacah, (c.) Tepung klobot jagung (a.) (b.) (c.) Gambar 8. (a.) Daun ubi jalar, (b.) Tangkai dan batang ubi jalar, (c.) Tepung limbah ubi jalar Setelah terbentuk tepung daun rumput gajah, tepung klobot jagung dan tepung limbah ubi jalar, dilakukan pencampuran terlebih dahulu sesuai dengan persentase yang telah ditentukan (Tabel 8). Tepung hijauan yang telah dicampurkan selanjutnya digabungkan dengan konsentrat yaitu jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, pollard, bungkil kelapa, onggok, CaCO 3, CPO, premiks dan garam, setelah itu dilakukan pengadukkan hingga homogen, lalu dimasukkan dalam mesin pellet dengan ukuran die 4 mm. Pellet yang telah terbentuk diangin-anginkan lalu disimpan dalam karung. Komposisi penggunaan bahan pada pellet perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. 16

Tabel 8. Komposisi Penggunaan Bahan pada Pellet Perlakuan Bahan pakan R0 R1 R2 R3 ----------------------------(%)-------------------------- Daun rumput gajah 18 12 6 0 Klobot jagung - 3 6 9 Limbah ubi jalar - 3 6 9 Jagung 21 21 21 21 Bungkil kedelai 24 24 24 24 Tepung ikan 3 3 3 3 Pollard 13 13 13 13 Bungkil kelapa 6 6 6 6 Onggok 10 10 10 10 CaCO 3 1 1 1 1 CPO 3 3 3 3 Premiks 0.5 0,5 0,5 0,5 Garam 0,5 0,5 0,5 0,5 Kandungan nutrien pellet perlakuan harus diketahui sebelum diberikan kepada ternak. Kandungan nutrien pellet perlakuan berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kandungan Nutrien Pellet Perlakuan Berdasarkan Perhitungan (As fed) Perlakuan R0 R1 R2 R3 BK 87,9 87,9 87,8 87,7 Abu 8,3 7,9 7,5 7,1 PK 16,9 16,9 16,9 16,9 SK 12,7 12,3 11,9 11,4 LK 6,1 6,1 6,1 6,1 Beta-N 52,8 51,6 50,3 49 TDN 67,9 67 67 66 Keterangan : BK : Bahan kering; PK : Protein kasar; SK : Serat kasar; LK ; Lemak kasar; Beta-N : Bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN : Total Digestible Nutrien. 17

Perlakuan Penelitian ini menggunakan pakan komplit bentuk pellet yang terdiri dari beberapa hijauan (DRG : Daun Rumput Gajah, KJ : Klobot Jagung, LUJ : Limbah Ubi Jalar ) dan konsentrat. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu : R0= 18% DRG : 82% Konsentrat R1= 12% DRG : 3% KJ : 3% LUJ : 82% Konsentrat R2= 6% DRG : 6% KJ : 6% LUJ : 82% Konsentrat R3= 9% KJ : 9% LUJ : 82% Konsentrat Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan. Model matematika (Steel dan Torrie, 1993) dari rancangan percobaan ini adalah : Yij = µ + τi ++ εij Keterangan : Yij : respon percobaan dari perlakuan 1,2,3,4 dan ulangan 1,2,3,4 µ : nilai rataan dari pengamatan τi : efek perlakuan 1,2,3,4 εij : pengaruh eror perlakuan 1,2,3,4 dan ulangan 1,2,3,4 Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dilakukan Analisis Sidik Ragam (ANOVA), selanjutnya jika berbeda nyata dilakukan Uji Jarak Duncan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati 1. Konsumsi bahan kering (g/ekor/hari), Konsumsi pakan = pakan yang diberikan (g) - Pakan yang tersisa (g) Konsumsi bahan kering = konsumsi pakan x % BK pakan 18

Apabila pakan yang tersisa dalam keadaan basah, maka dilakukan penjemuran terlebih dahulu. 2. Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) PBB = Bobot akhir Bobot awal Lama Penelitian (35 hari) 3. Kebutuhan konsumsi bahan kering merupakan perbandingan jumlah konsumsi bahan kering terhadap bobot badan ternak. Kebutuhan konsumsi bahan kering = Jumlah konsumsi bahan kering x 100% Bobot badan 4. Efisiensi pakan dapat diketahui dengan membagi pertambahan bobot badan selama pemeliharaan dengan jumlah konsumsi bahan kering selama pemeliharaan. Efisiensi pakan = Pertambahan bobot badan Jumlah konsumsi bahan kering 5. Nilai ekonomi diketahui dengan menghitung total biaya selama pemeliharaan dan total hasil penjualan kelinci. 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Perlakuan Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status fisiologisnya. Kandungan nutrien pellet perlakuan setelah dilakukan analisa dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kandungan Nutrien Pellet Perlakuan Berdasarkan Analisa Abu PK SK LK Beta-N TDN* ADF NDF Perlakuan --------------------------------------(%BK)---------------------------------- R0 9,9 20,5 15,5 3,6 50,5 67,2 72,3 67,3 R1 8,3 21 15,4 3,9 51,4 67,7 57,1 34,5 R2 9,1 21,1 14,8 4,5 50,5 72,2 46,4 18,4 R3 8,5 20,9 15,2 4,1 51,3 69 75,5 21,6 Keterangan : Analisa dilakukan oleh Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2012), * Rumus perhitungan TDN berdasarkan Hartadi et al., 1980 PK : Protein kasar; SK : Serat kasar; LK ; Lemak kasar; Beta-N : Bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN : Total Digestible Nutrien; ADF : Acid Detergent Fiber; NDF : Neutral Detergent Fiber. Nutrien adalah elemen atau komponen kimia yang ada dalam pakan untuk mendukung pertumbuhan, reproduksi, laktasi dan proses dalam kehidupan seekor ternak (Damron, 2006). Pakan komplit bentuk pellet pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Pakan Komplit Bentuk Pellet 20

Protein kasar yang terkandung dalam pellet perlakuan sebesar 20,5%-21,1%. Kandungan protein pellet perlakuan mendekati dengan yang dilakukan Ruiz et al. (2006) yang memberikan pakan kelinci mengandung bungkil kedelai dengan protein 20,2% dan Sadili (2003) juga memberikan pakan kelinci mengandung protein sebesar 22,9% dan 24,2%. Serat kasar yang terkandung pada pellet perlakuan berkisar 14,8%-15,5%, hal ini sesuai dengan pernyataan Djunaedi (1984) sebaiknya kandungan serat kasar dalam ransum kelinci jantan persilangan pada masa pertumbuhan sebesar 7,64%- 18,9%. Gidenne et al., 2010 juga menyatakan bahwa kandungan serat kasar bagi kelinci pertumbuhan sebaiknya dengan kisaran 12,2%-24,4%. Lemak kasar yang terkandung pada pellet perlakuan berkisar 3,6%-4,5%, hal ini sesuai dengan pernyataan Cheeke (2005) bahwa kandungan lemak kasar pada kelinci yang digemukkan bebas untuk diberikan. Penambahan lemak sangat bermanfaat karena dapat mengurangi sifat berdebu pada pakan (Parakkasi, 1999) seperti penggunaan klobot jagung pada pellet perlakuan yang bersifat bulky. Konsumsi Bahan Kering Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, hal ini berarti dengan penggunaan klobot jagung dan limbah ubi jalar sampai taraf 9% yang mensubstitusi daun rumput gajah mempunyai palatabilitas sama. Tabel 11 dapat dilihat rataan konsumsi bahan kering dan kebutuhan konsumsi bahan kering selama penelitian. Tabel 11. Rataan Konsumsi dan Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering Perlakuan Konsumsi BK (g/ekor/hari) Kebutuhan Konsumsi BK (%) R0 89,24 ± 9,965 5,19 ± 0,299 R1 84,23 ± 8,895 5,06 ±0,531 R2 87,98 ± 7,112 4,76 ± 0,350 R3 81,82 ± 4,866 4,61 ± 0,190 Keterangan : superskrip dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Konsumsi bahan kering mempunyai palatabilitas yang sama, hal ini disebabkan oleh bentuk pakan yang sama yaitu pellet dan kandungan nutrien dalam 21

pellet tersebut. Tabel 10 menunjukkan bahwa kandungan nutrien pellet antar perlakuan tergolong sama, selain itu kelinci yang digunakan dengan umur dan bobot badan yang sama sehingga menyebabkan kebutuhan nutriennya sama. Hasil konsumsi bahan kering penelitian menunjukkan bahwa klobot jagung dan limbah ubi jalar dapat digunakan sebagai pengganti daun rumput gajah. Hasil konsumsi bahan kering pada penelitian yaitu 76,95-99,20 g/ekor/hari, sedangkan Sunarwati (2001) menyatakan bahwa konsumsi kelinci dengan menggunakan biomassa ubi jalar yaitu berkisar antara 75,3-97,4 g/ekor/hari. Apriliawaty (2003) menyatakan bahwa kelinci jantan lokal yang diberi sumber energi berupa umbi ubi jalar sebanyak 30% mengkonsumsi bahan kering sebanyak 50,6-61,4 g/ekor/hari. Faktor yang menyebabkan konsumsi hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan penelitian Sunarwati (2001) dan Apriliawaty (2003) adalah perbedaan komposisi bahan pakan dan kandungan nutrien pakan seperti kandungan lemak kasar. Bobot badan yang digunakan mempengaruhi terhadap konsumsi pakan karena ternak akan mengkonsumsi sejumlah pakan sesuai dengan kebutuhannya. Kandungan lemak pada pellet penelitian berkisar 3,6%-4,5%, sedangkan pada penelitian Sunarwati (2001) adalah 5,2%-7,45% dan penelitian Apriliawaty (2003) adalah 5%-6%. Kandungan lemak pada pellet perlakuan Sunarwati (2001) dan Apriliawaty (2003) lebih tinggi dibandingkan pellet penelitian, hal ini menyebabkan kelinci lebih cepat memenuhi kebutuhan energinya sehingga konsumsinya lebih rendah. Chen dan Li (2008) menyatakan bahwa penambahan lemak pada pakan kelinci pertumbuhan akan meningkatkan kecernaan energi, namun menurunkan konsumsi bahan kering sehingga memperbaiki konversi pakan. Kebutuhan Konsumsi Bahan Kering Kebutuhan konsumsi bahan kering perlu diketahui agar dapat menentukan kebutuhan ternak dalam memenuhi hidup pokok dan produksinya. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap kebutuhan konsumsi bahan kering. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas pakan (Parakkasi, 1999), hal ini menandakan bahwa palatabilitas pellet perlakuan tergolong sama. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh bobot badan, penggunaan ternak dalam penelitian ini tergolong sama sehingga kebutuhan konsumsi bahan kering juga sama. Tabel 11 menunjukkan bahwa kisaran konsumsi bahan kering pada penelitian yaitu 22

4,42%-5,49% dari bobot badan, sedangkan NRC (1997) menyatakan bahwa konsumsi bahan kering pada kelinci pertumbuhan sebesar 5,4%-6,2% dari bobot badan. Pernyataan NRC (1977) tersebut berbeda terhadap kebutuhan konsumsi bahan kering pada hasil penelitian, hal ini disebabkan penggunaan bobot badan kelinci yang berbeda. NRC (1997) menggunakan kelinci dengan bobot badan sebesar 1,8-3,2 kg, sedangkan bobot badan pada kelinci penelitian 1,1 kg. ANZCCART (1994) menyatakan bahwa kelinci yang diberi pakan dalam bentuk pellet akan mengkonsumsi sebanyak 5% dari bobot badan. Kisaran konsumsi bahan kering pada penelitian telah sesuai dengan pernyataan ANZCCART. Pertambahan bobot badan Pertambahan bobot badan kelinci perlakuan diamati agar dapat diketahui perbedaan pertambahan bobot badan yang dihasilkan antar perlakuan. Rataan pertambahan bobot badan harian selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian PBB Perlakuan (g/ekor/hari) R0 16,93 ab ± 2,129 R1 16,17 a ± 2,376 R2 20,21 c ± 1,479 R3 20,01 bc ± 1,906 Keterangan : superskrip dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan (P<0,05). Artinya klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mensubstitusi daun rumput gajah memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Tabel 12 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan R2 nyata lebih tinggi dibandingkan R0 dan R1, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan R3. R2 dengan menggunakan 6% daun rumput gajah, 6% klobot jagung dan 6% limbah ubi jalar mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi, sedangkan R3 dengan penggunaan 9% klobot jagung dan 9% limbah ubi jalar juga memiliki pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan R0 dan R1. Hasil tersebut diduga dengan penggunaan klobot jagung 23

dan limbah ubi jalar mempunyai kualitas protein yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kandungan protein pakan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan R0 dan R1 tergolong rendah karena kandungan serat dalam pakan lebih tinggi dibandingkan R2 dan R3 yaitu R0 15,5; R1 15,4; R2 14,8 dan R3 15,2. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan akan menurunkan rataan berat badan harian dan dapat menyebabkan diare pada kelinci (Blas dan Mateos, 2010). Serat merupakan komponen penting dalam pakan kelinci karena mempengaruhi laju pengosongan digesta dan fungsi usus. Tabel 11 menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering R0 dan R1 cukup tinggi namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih rendah, hal tersebut dapat juga disebabkan oleh kandungan NDF dalam pakan. Kandungan NDF pakan (Tabel 10) pada R0 dan R1 cukup tinggi sehingga memungkinan ternak mengkonsumsi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energinya, namun kandungan NDF yang tinggi menyebabkan cepatnya laju pengosongan saluran pencernaan sehingga nutrien dalam pakan kurang tercerna dengan baik. Nutrien yang kurang tercerna dengan baik menyebabkan rendahnya pertumbuhan yang dihasilkan. Sunarwati (2001) menyatakan bahwa penggunaan 100% biomassa ubi jalar yang dibentuk pellet menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 8,8 ± 2,1 g/ekor/hari. Penelitian yang dilakukan dengan perlakuan R2 (6% daun rumput gajah + 6% klobot jagung + 6% limbah ubi jalar) dan R3 (9% klobot jagung + 9% limbah ubi jalar) menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi yaitu sebesar 20,21 ± 1,479 g/ekor/hari dan 20,01 ± 1,906 g/ekor/hari. Hasil tersebut kemungkinan disebabkan adanya kombinasi penggunaan hijauan yaitu daun rumput gajah, klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mempunyai protein yang cukup tinggi sehingga dihasilkan kandungan protein yang cukup tinggi pada pellet perlakuan. Protein tinggi yang terkandung dapat lebih baik dalam meningkatkan pertambahan bobot badan seperti yang dinyatakan Parakkasi (1999). Menurut Rasyid (2009), pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh konsumsi pakan, sedangkan kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot sapih dan suhu lingkungan. Pertambahan bobot badan kelinci penelitian yaitu sebesar 13,8 g/ekor/hari sampai dengan 21,69 g/ekor/hari. Hasil 24

tersebut telah sesuai dengan pernyataan Cheeke et al., 2000 bahwa pertambahan bobot badan kelinci di daerah tropis berkisar antara 10-20 g/ekor/hari. Efisiensi Pakan Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap efisiensi pakan (P<0,05). Efisiensi pakan pada perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Efisiensi Pakan Selama Penelitian Perlakuan Efisiensi pakan R0 0,19 a ± 0,015 R1 0,20 ab ± 0,033 R2 0,24 b ± 0,029 R3 0,25 b ± 0,029 Keterangan : superskrip dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Tabel 13 menunjukkan bahwa R3 memiliki nilai efisiensi pakan yang tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan R2, sedangkan R3 berbeda nyata dengan R0. R1 tidak berbeda nyata dengan R0 dan R0 memiliki nilai efisiensi yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan penggunaan klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mensubstitusi daun rumput gajah berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan yang dihasilkan. R3 memiliki nilai efisiensi pakan yang lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan R2, hal ini disebabkan konsumsi bahan keringnya rendah tetapi pertambahan bobot badan yang dihasilkan cukup tinggi. R0 dan R1 memiliki pertambahan bobot badan yang rendah dengan konsumsi pakan yang cukup tinggi sehingga menghasilkan efisiensi pakan yang rendah. Nilai efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa penggunaan pakan lebih baik, hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrien pada pellet perlakuan karena dengan kandungan nutrien yang baik maka ternak hanya akan mengkonsumsi dalam jumlah sedikit untuk memenuhi kebutuhannya.. Pemberian 100% biomassa ubi jalar dalam bentuk pellet pada kelinci jantan lokal lepas sapih yang dilakukan oleh Sunarwati (2001) menghasilkan nilai efisiensi 25

pakan sebesar 0,1 ± 0,03, sedangkan Apriliawaty (2003) yang menggunakan umbi ubi jalar sebagai sumber energi pada kelinci jantan lokal lepas sapih menghasilkan efisiensi pakan sebesar 0,25 ± 0,05. Hasil efisiensi pakan pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mensubstitusi daun rumput gajah menghasilkan efisiensi pakan sebesar 0,17-0,27. Terlihat bahwa efisiensi pakan pada penelitian lebih besar dari yang dilakukan Sunarwati (2001), tetapi lebih rendah dibandingkan yang dilakukan Apriliawaty (2003). Perbedaan nilai efisiensi pakan memperlihatkan bahwa penggunaan 100% biomassa ubi jalar kurang baik (Sunarwati, 2001), namun penggunaan sampai 9% limbah ubi jalar pada penelitian menghasilkan nilai efisiensi pakan yang lebih baik. Nilai efisiensi pakan pada penelitian lebih rendah dibandingkan nilai efisensi pakan dengan pemberian 30% umbi ubi jalar pada kelinci yang dilakukan Apriliawaty (2003). Hasil efisiensi pakan pada penelitian sebesar 0,17-0,27, hasil ini lebih rendah dari pernyataan Cheeke et al., 2000 bahwa efisiensi pakan pada kelinci berkisar antara 0,25-0,28. Nilai Ekonomi Pemberian pakan pada ternak membutuhkan pertimbangan terhadap biaya yang dikeluarkan. Umumnya peternak kelinci memberikan pakan berupa hijauan dan terkadang diberikan konsentrat dalam bentuk pellet. Konsentrat yang umumnya dijual di pasaran harganya relatif mahal. Pemberian rumput yang umumnya dilakukan oleh peternak untuk kelincinya terdapat kendala. Penggunaan rumput bersaing dengan ruminansia, selain itu penggunaan hijauan segar dalam jumlah besar dapat menyebabkan timbulnya diare pada kelinci. Penelitian ini memberikan klobot jagung dan limbah ubi jalar yang mensubstitusi daun rumput gajah dalam pakan komplit bentuk pellet. Substitusi yang dilakukan dengan menggunakan kombinasi klobot jagung dan limbah ubi jalar diharapkan dapat menurunkan biaya pakan, dapat mensubstitusi penggunaan rumput dan memenuhi kebutuhan bagi kelinci yang akan digemukkan. Perhitungan ekonomi selama pemeliharaan 5 minggu apabila dilakukan sendiri tanpa bantuan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 14. Pemeliharaan kelinci dilakukan tanpa bantuan tenaga kerja, hal ini karena jumlah kelinci yang digunakan hanya 16 ekor sehingga tidak efisien apabila menggunakan tenaga kerja. 26