Rangkuman Informasi Tingkat Kesehatan Bank pada Annual Report 2017 BANK SYARIAH MANDIRI Tingkat Kesehatan Bank 1. Profil Risiko. Pada 31 Desember 2017, predikat inherent risk bank adalah Low to Moderate dengan kualitas penerapan manajemen risiko bank adalah Satisfactory sehingga predikat risiko komposit bank secara keseluruhan adalah 2. No Jenis Risiko Inherent Risiko Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Predikat Risiko Komposit 1 Risiko Kredit Moderate Satisfactory 2 2 Risiko Pasar Low Satisfactory 1 3 Risiko Likuiditas Low Satisfactory 1 4 Risiko Operasional Moderate Satisfactory 2 5 Risiko Hukum Low Satisfactory 1 6 Risiko Reputasi low Satisfactory 1 7 Risiko Stratejlk Moderate Satisfactory 2 8 Risiko Kepatuhan Low to Moderate Satisfactory 2 9 Risiko Investasi Moderate Satisfactory 2 10 Risiko Imbal Hasil Low to Moderate Satisfactory 2 Predikat Risiko Komposit Bank Secara Keseluruhan Low to Moderate Satisfactory 2 2. Implementasi Good Corporate Governance (GCG). Dewan Komisaris senantiasa memberikan saran kepada Direksi dan SEVP untuk terus melakukan evaluasi dan penguatan terhadap praktik-praktik GCG dalam menjalankan kegiatan usaha BSM, sehingga diharapkan BSM dapat tumbuh secara cepat, sehat, dan sustainable. Dewan Komisaris juga concern terhadap pemenuhan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan atas 2 (dua) orang Direksi dan 1 (satu) orang Anggota Dewan Komisaris, agar segera dapat menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Berdasarkan self assessment terhadap implementasi GCG BSM per 31 Desember 2017 berada pada peringkat 1. Hal ini tercermin dari penerapan prinsip-prinsip GCG yang sangat memadai. 1
3. Rentabilitas. Peringkat Rentabilitas BSM berdasarkan self assessment yaitu 3 (cukup memadai) yang menunjukkan bahwa pendapatan BSM tergolong baik, meskipun terdapat tekanan terhadap kinerja laba namun masih mendukung pertumbuhan permodalan Bank. a) Laba Perusahaan Pencapaian Laba per 31 Desember 2017 sebesar Rp365 miliar atau 105,60% dibandingkan target sebesar Rp346 miliar. b) Return on Asset (ROA) ROA per 31 Desember 2017 sebesar 0,59% atau sebesar 96,98% dibandingkan target Desember 2017 sebesar 0,61%. c) Return on Equity (ROE) ROE per Desember 2017 sebesar 5,68% atau sebesar 104,38% dibandingkan target Desember 2017 sebesar 5,44%. 4. Permodalan. Peringkat permodalan BSM berdasarkan self assessment tingkat kesehatan Bank yaitu 2 (memadai), hal tersebut menunjukkan bahwa BSM memiliki permodalan yang memadai terhadap profil risiko Bank. Pada tahun 2017, BSM mendapatkan tambahan setoran Modai dari Bank Mandiri sebesar Rp500 miliar. Di sisi lain, BSM dalam melakukan penyaluran pembiayaan fokus kepada nasabah-nasabah Korporasi dengan ATMR yang rendah dan BSM juga melakukan rating terhadap beberapa nasabah Korporasi existing sehingga CAR meningkat menjadi sebesar 15,86% atau 106,60% dibandingkan target sebesar 14,88%. 2
BANK MUAMALAT Tingkat Kesehatan Bank 1. Profil Risiko. Bank Muamalat Indonesia melakukan penilaian atas profil risiko secara individu dan juga secara konsolidasi dengan perusahaan anak (PT Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF), dan dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara berkala. Penilaian profil risiko Bank Muamalat Indonesia secara individu dan juga secara konsolidasi dengan perusahaan anak menggambarkan risiko yang melekat dalam kegiatan bisnis Bank Muamalat Indonesia (inherent risk) dan kualitas penerapan manajemen risiko yang mencerminkan sistem pengendalian risiko (risk control system) untuk masing-masing jenis risiko. Pada tahun 2017, Bank Muamalat merencanakan beberapa perbaikan untuk mengelola risiko inheren yang ada dan atau meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko, sejalan dengan visi dan misi Bank Muamalat yang telah dicanangkan akan dicapai dalam kurun waktu 2015 2025. Rencana kerja Bank untuk sepuluh tahun mendatang dibagi dalam tiga periode yang didukung dengan rencana manajemen risiko sebagai berikut: No Jenis Risiko Predikat Risiko Peringkat Risiko Predikat Risiko Komposit Inheren KPMR 1 Risiko Kredit Moderate Fair/ Cukup Memadai Peringkat 3 2 Risiko Pasar Low Satisfactory/ Memadai Peringkat 1 3 Risiko Likuiditas Moderate Fair/ Cukup Memadai Peringkat 3 4 Risiko Operasional Moderate Satisfactory/ Memadai Peringkat 2 5 Risiko Hukum Low to Moderate Satisfactory/ Memadai Peringkat 2 6 Risiko Reputasi Low to Moderate Satisfactory/ Memadai Peringkat 2 7 Risiko Stratejlk Moderate Satisfactory/ Memadai Peringkat 2 8 Risiko Kepatuhan Low to Moderate Satisfactory/ Memadai Peringkat 2 9 Risiko Imbal Hasil Moderate to High Fair/ Cukup Memadai Peringkat 4 10 Risiko Investasi Moderate to High Fair/ Cukup Memadai Peringkat 4 Predikat Risiko Komposit Bank Secara Keseluruhan Moderate Satisfactory/ Memadai Peringkat 2 2. Implementasi Good Corporate Governance (GCG). Self-assessment implementasi GCG Bank Muamalat Indonesia semester I dan semester II di tahun 2017 telah dijalankan secara komprehensif dengan hasil peringkat self-assessment GCG Bank Muamalat Indonesia secara Individual adalah 3 (tiga) dengan definisi peringkat yang mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Hal ini tercermin dari penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang cukup memadai. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen Bank. 3
Penilaian kinerja Dewan Komisaris dilakukan melalui Self Assessment GCG dilaksanakan setiap semester dan dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Kriteria Self Assessment Dewan Komisaris terkait pelaksanaan GCG Dewan Komisaris dibagi menjadi 3 (tiga) aspek yaitu Governance Structure, Governance Process dan Governance Outcome. 3. Rentabilitas. Pada akhir tahun 2017, Bank mencatat ROA sebesar 0,11% dan ROE sebesar 0,87%. Net Imbalan (NI) tercatat sebesar 2,48% atau turun dari sebelumnya 3,21% di tahun 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya beban bagi hasil kepada nasabah seiring dengan meningkatnya likuiditas Bank yang berasal dari simpanan masyarakat. Di samping itu, rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mengalami perbaikan menjadi 97,68% di tahun 2017 dari 97,76% di tahun 2016. Penurunan ini adalah akibat program efisiensi biaya yang telah dilakukan Bank di sepanjang tahun 2017. 4. Permodalan. Bank memastikan kecukupan modal Bank untuk dapat memenuhi risiko penyaluran dana, risiko pasar dan risiko operasional yang tercermin dari Rasio Kecukupan Modal (CAR). CAR adalah rasio modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Bank mampu mempertahankan rasio kewajiban modal minimum dengan memperhitungkan risiko penyaluran dana, Di tahun 2017, rasio CAR Bank meningkat menjadi 13,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 12,7%. di atas syarat minimum yang disyaratkan Otoritas Jasa Keuangan di level 8%. Dengan rasio CAR Bank di tahun 2017 dan 2016 berturut-turut berada pada level 13,6% dan 12,7%, menunjukkan Bank memiliki level CAR yang telah memenuhi ketentuan regulator. Kondisi perekonomian global dan nasional yang cenderung melemah di tahun 2017, berdampak pada meningkatnya pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF). NPF Gross Bank tercatat sebesar 4,43% di akhir tahun 2017. Begitu pula NPF Nett yang naik 2,75% dari tahun sebelumnya sebesar 1,40%. 4
BANK BCA SYARIAH Tingkat Kesehatan Bank 1. Profil Risiko. Pada tahun 2017 manajemen risiko BCA diarahkan dalam menjaga kualitas kredit, posisi likuiditas dan kecukupan permodalan, serta sebagai bank transaksi tetap memperhatikan pengelolaan risiko operasional. Kualitas Kredit Posisi Likuiditas Posisi Permodalan Risiko-Risiko Lainnya -Risiko Nilai Tukar -Risiko Nilai Tukar Pengungkapan prinsip-prinsip manajemen risiko dan eksposur risiko termasuk permodalan BCA mengacu kepada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Umum Konvensional. 2. Implementasi Good Corporate Governance (GCG). BCAS secara periodik melakukan proses penilaian sendiri (self-assessment) atas implementasi GCG. Hasilnya, Bank berhasil memperoleh peringkat 1 (SANGAT BAIK) untuk implementasi GCG di tahun 2017. Ke depannya, Bank berkomitmen untuk tetap mempertahankan penerapan GCG yang sangat baik dan senantiasa relevan dengan dinamika industri perbankan nasional. BCAS melakukan penilaian sendiri (selfassessment) atas pelaksanaan GCG sebagai wujud kepatuhan Bank Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Penilaian dilakukan secara komprehensif terhadap 3 (tiga) aspek tata kelola Bank yakni Struktur Tata Kelola (Governance Structure), Proses Tata Kelola (Governance Process) dan Hasil Tata Kelola (Governance Outcome). 3. Rentabilitas Kinerja rentabilitas BCAS dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio antara lain Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Imbalan (NI/Ekuivalen dengan NIM) dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). 1. Return On Assets (ROA) ROA adalah rasio rentabilitas yang mengukur tingkat kemampuan Bank dalam mengelola aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Di tahun 2017, BCAS mencatatkan ROA sebesar 1,2%, atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,1%. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan laba usaha sebelum pajak BCAS di tahun 2017 sebesar 26,3%. 5
2. Return On Equity (ROE) ROE adalah rasio rentabilitas yang mengukur tingkat kemampuan Bank dalam mengelola modal sendiri yang berasal dari hasil investasi pemegang saham untuk menghasilkan laba. Di tahun 2017, terdapat peningkatan sebesar 0,8% terhadap ROE Bank yaitu menjadi 4,3%. Hal ini terutama disebabkan adanya peningkatan laba bersih setelah pajak di tahun 2017 sebesar 30%. 3. Net Imbalan (NI) NI BCAS mengalami penurunan dari 4,8% pada tahun 2016 menjadi 4,3% pada tahun 2017. Hal ini seiring dengan menurunnya Suku Bunga Acuan Bank Indonesia yang terkoreksi turun sebesar 0,5% sepanjang tahun 2017. 4. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO mengalami penurunan dari 92,2% di tahun 2016 menjadi 87,2% pada tahun 2017 yang mencerminkan kinerja operasional bank yang semakin efisien dibandingkan periode sebelumnya. 4. Permodalan. Struktur permodalan BCAS tercatat sebesar Rp1.136,1 miliar pada akhir tahun 2017 yang terdiri dari modal disetor, laba ditahan dan cadangan-cadangan lainnya. Struktur permodalan BCAS mengalami peningkatan sebesar Rp37,0 miliar atau 3,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Total pembiayaan BCAS juga tercatat telah melampaui target RBB yang dicanangkan, dengan pencapaian sebesar Rp4.191,1 miliar per Desember 2017. Dana Pihak Ketiga (DPK) pun tercatat tumbuh positif, yaitu mencapai Rp4.736,4 miliar dengan pertumbuhan sebesar 23,3% dari tahun 2016. Rasio-rasio keuangan utama Bank juga tetap terjaga di tingkat yang wajar dan memadai, seperti rasio kecukupan modal (CAR) yang berada di posisi 29,4%, rasio pembiayaan terhadap DPK (FDR) sebesar 88,5%, dan rasio NPF Gross sebesar 0,3%. 6
BANK BNI SYARIAH Tingkat Kesehatan Bank 1. Profil Risiko. --- 2. Implementasi Good Corporate Governance (GCG). BNI Syariah melakukan pembaharuan terhadap standard operation procedure (SOP) dan sertifikasi yang dimiliki untuk memastikan sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan best practice. BNI Syariah menjalankan program know your employee. Hal ini didasari atas kesadaran bahwa potensi terjadinya fraud lebih banyak karena faktor internal. Sejalan dengan program tersebut, BNI Syariah juga menjalankan program pemberian reward terhadap kepada karyawan yang melakukan pelaporan melalui jalur whistleblowing system jika laporannya terbukti mengandung unsur fraud. Pada akhirnya implementasi GCG serta perbaikannya yang telah dilakukan di tahun 2017 telah menghasilkan outcome yang baik, dari skor GCG self assessment meraih skor 2 atau Baik, dan BNI Syariah mendapatkan award predikat Trusted Company dalam ajang CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang diselenggarakan oleh Indonesian Insitute for Corporate Governance. 3. Rentabilitas. Rentabilitas Bank Kinerja rentabilitas BNI Syariah dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio antara lain Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Imbalan (NI), dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ROA dan ROE BNI Syariah relatif terkelola dengan baik yakni sebesar 1,31% dan 11,42% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, NI sedikit mengalami penurunan menjadi 8,10% sejalan dengan kenaikan rasio BOPO menjadi 87,62%. Rasio NI dan BOPO pada tahun 2016 sebesar 8,32% dan 86,88%. 4. Permodalan. Struktur permodalan BNI Syariah terdiri dari modal inti (tier 1) dan modal pelengkap (tier 2) di mana total modal selama tiga tahun berturut-turut mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 total modal sebesar Rp3.814,10 miliar, meningkat sebesar Rp1.327,50 miliar atau sebesar 53,39% dari tahun sebelumnya sebesar Rp2.486,60 miliar. Demikian juga dengan modal inti dan modal pelengkap, terus meningkat dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017. kewajiban Penyediaan Modal Minimum sesuai profil risiko bagi bank umum syariah di mana hasil perhitungan profil risiko untuk tingkat Kewajiban Penyediaan Modal Minimum adalah sebesar 9,36%. Tingkat kecukupan modal BNI Syariah tahun 2017 berdasarkan rasio kecukupan modal (CAR) berada pada tingkat 20,14%, rasio tersebut lebih tinggi dari batasan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Struktur permodalan BNI Syariah memiliki kapabilitas untuk mengimbangi risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional di mana rasio tersebut lebih tinggi dari rasio kecukupan minimum OJK dan struktur modal BNI Syariah sudah memenuhi peraturan OJK. 7
Pada tanggal 29 Desember 2017 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menambah modal ditempatkan dan disetorkan penuh sebesar Rp1.000,- Milyar dengan mengeluarkan saham dari modal dasar sejumlah 1.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000.000,- (nilai penuh) per saham. 8