SNI : 01-6497 - 2000 Standar Nasional Indonesia Seleksi udang windu terinfeksi penyakit bercak putih dengan pencucian formalin
Prakata Standar ini diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai pihak yang berwenang mengkoordinasikan standar sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indnesia No 13 tahun 1997. Standar ini dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen benih, penangkar dan instansi yang memerlukan. Penyusunan standar ini menggunakan acuan dari : 1. Pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional No. 08/BSN/2000. 2. Data dan informasi teknis dan pihak instansi terkait 3. Keputusan Menteri Pertanian No. 26/KPTS/OT.210/I/98 4. Hasil penelitian, pengkajian dan perekayasaan Balitbangkan, UPT Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan serta Perguruan Tinggi.
Daftar Isi Halaman Pengantar. i Daftar isi ii Pendahuluan iii 1. Ruang lingkup... 1 2. Prinsip metode... 1 3. Daftar istilah...... 1 4. Gangguan... 2 5. Peralatan dan bahan... 2 6. Prosedur seleksi... 2
Pendahuluan Standar pengujian dan aplikasi formalin pada populasi benih udang ini disusun berdasarkan kondisi Industri udang di Indonesia dan kawasan Asia pada umumnya yang diserang penyakit fatal, yaitu white spot (bercak putih). Kelemahan dalam proses produksi di pembenihan harus diantisipasi dengan teknik pemilihan (secreening) dengan menggunakan bahan dasar formalin. Teknik pengujian dan aplikasi formalin ini disusun agar menghilangkan / mengurangi insidensi kasus kematian masal udang windu di tambak akibat infeksi bawaan benih siap tebar.
Seleksi Benih Udang Windu Terinfeksi Penyakit Bercak Putih Dengan Pencucian Formalin 1 Ruang lingkup Metode ini khusus untuk menekan peluang benih terinfeksi yang acute yang akan ditebar di tambak. 2 Prinsip metode Formalin adalah bahan oksidator yang dapat mempengaruhi sistem osmoregulasi udang. Udang yang sakit karena bacterial atau viral akan mengalami hifertrofi sel. Aplikasi formalin akan mengoksidasi jaringan insang dan lapisan mesodermal dan ektodermal. 3 Daftar istilah a) Hipertrofi adalah pembengkakan sel sehingga berukuran lebih besar dari normal karena infeksi virus. b) formalin adalah larutan formaldehyde 37 % pure analis (PA). c) Moulting adalah pergantian kulit untuk pertumbuhan. 4 Gangguan Pengujian dengan formalin akan tidak menunjukkan hasil yang signifikan antara lain disebabkan oleh kandungan bahan organik, sistem pengaerasian, kandungan oksigen dan kondisi udang. Formalin akan mereduksi bahan organik air dalam wadah pengujian oleh karena itu harus digunakan air yang jernih dan basa. Formalin yang digunakan harus habis dalam sekali pakai (aliquod). Pelaksanaan seleksi hendaknya dilakukan pada pukul 09-00 18.00, karena pada saat ini udang fase post-moulting. Seleksi pada fase moulting akan membahayakan bagi benur karena dapat mengakibatkan kematian akibat pengaruh formalin.
5 Peralatan dan bahan a. Peralatan - Conical tank (tangki berdasar kerucut ) minimal 500 liter - Sarana aerasi - Gelas ukur, pipet ukur atau syringe - Gelas piala - Pengukur oksigen - Penunjuk waktu b. Bahan - Air laut dengan salinitas sama dengan salinitas media pemeliharaan benih - Formalin (Formaldehyde 37 %, PA) - Benih udang windu PL 12 15 6 Prosedur seleksi a. Benur ditampung dalam tangki kerucut dengan air media bersih, suhu dan salinitas sama dengan air di bak, kepadatan maksimal 500 benur/liter. b. Larutkan formalin ke dalam tangki kerucut dengan konsentrasi 200 ppm untuk PL 12 15 (12 mm 15 mm). c. Rendam benur selama 30 menit dengan aerasi kuat, untuk mempertahankan konsentarsi oksigen 4 ppm. d. Aerasi dimatikan, kemudian putarlah air dalam tangki, diamkan selama 5 menit sehingga benur yang tidak sehat terkumpul semua di dasar bak, kemudian lakukan penyiponan terhadap benur yang stress, (yang mengendap di dasar). e. Populasi benur dinyatakan baik (layak tebar) apabila persentase benur yang mati (tidak sehat) < 10 % dan tidak baik 10 %. f. PL yang terinfeksi (lemah/mati) dimasukkan (ditanam).