KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN HK.00.05.3.00914 TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK TAHUN 2002 TENTANG PROMOSI OBAT KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 949/MENKES/PER/VI/2000 TENTANG REGISTRASI OBAT JADI MENTERI KESEHATAN,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02002/SK/KBPOM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

PERMENKES No.949 Th 2000

BERITA NEGARA. BPOM. Registrasi Obat. Kriteria dan Tata Laksana. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pembuatan Obat. Penerapan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT IMPOR

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PO TENTANG

2011, No Tentang Registrasi Obat dan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika perlu menetapkan Peraturan Kepal

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BERITA NEGARA. No.1104, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pedoman. Prekursor Farmasi. Obat. Pengelolaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUSNAHAN KOSMETIKA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN OBAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TATA LAKSANA PERSETUJUAN UJI KLINIK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PP 72/1998, PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN. Tentang: PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

E N T A N G PENILAIAN KEMBALI DAN PENARIKAN DARI PEREDARAN OBAT JADI YANG BEREDAR MENTERI KESEHATAN

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERSETUJUAN UJI KLINIK

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

TANYA JAWAB PEDOMAN TEKNIS FARMAKOVIGILANS BAGI INDUSTRI FARMASI

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN KOSMETIKA

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.3.00914 TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Menimbang a. bahwa untuk keadaan tertentu, diperlukan obat untuk penggunaan terapi khusus yang pemasukannya mempergunakan jalur khusus tanpa mengurangi jaminan atas khasiat, keamanan dan mutu obat bagi pengguna. b. bahwa dalam penyediaan obat sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Pemasukan Obat Jalur Khusus. Mengingat 1. Undangundang Obat Keras (St.1949 No.419); 2. Undangundang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 3. Undangundang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671); 4. Undangundang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3698); 5. Undangundang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3778); 7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2002; 8. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2002; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/ MENKES/PER/VI/2000 tanggal 26 Juni 2000 tentang Registrasi Obat Jadi;

10. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02002/SK/KBPOM tanggal 28 Februari 2001 tentang Tata Laksana Uji Klinik; 11. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM tanggal 26 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. MEMUTUSKAN Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Obat jadi atau selanjutnya disebut obat, adalah sediaan atau paduan bahan bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi, yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan. 2. lzin pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus adalah Surat Keterangan Persetujuan pemasukan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. 3. Pemasukan adalah pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus ke dalam wilayah Indonesia. 4. lndustri Farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. 5. Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah Badan Hukum Perseroan Terbatas atau Koperasi yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. 6. lmportir adalah industri farmasi atau pedagang besar farmasi. 7. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. BAB II JALUR KHUSUS PEMASUKAN OBAT Pasal 2 Obat yang dapat dilakukan pemasukannya melalui jalur khusus adalah a. Obat untuk uji klinik.

b. Obat dalam rangka donasi. c. Obat untuk penggunaan terapi khusus. Pasal 3 Pemasukan obat untuk uji klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus sesuai dengan Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02002/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Tata Laksana Uji Klinik. Pasal 4 (1) Pemasukan obat dalam rangka donasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus sesuai dengan Pedoman Obat Donasi Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2) Donasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya untuk penggunaan terbatas. BAB Ill OBAT UNTUK PENGGUNAAN TERAPI KHUSUS Pasal 5 (1) Obat untuk penggunaan terapi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah obat yang dibutuhkan pasien berdasarkan justifikasi ilmiah dokter dalam jumlah terbatas. (2) Justifikasi ilmiah dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan kriteria berikut a. Obat untuk mengatasi penyakit yang mengancam jiwa atau serius; atau b. Obat yang tersedia tidak dapat mengatasi atau mengontrol kondisi pasien secara memadai; atau c. Obat tidak tersedia karena produksi/suplai peredaran obat sama yang mempunyai izin edar terhenti. Pasal 6 Obat untuk penggunaan terapi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus merupakan jenis obat yang telah diketahui profil khasiat, keamanan dan mutunya. BAB IV PERSYARATAN PEMASUKAN OBAT UNTUK PENGGUNAAN TERAPI KHUSUS Pasal 7 Pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus dilakukan berdasarkan permintaan dokter penanggung jawab.

Pasal 8 (1) Permohonan pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus harus dilengkapi dengan a. Justifikasi dokter penanggung jawab untuk obat yang dibutuhkan oleh pasien menggunakan contoh Form OK1. b. lnformasi khasiat dan keamanan obat yang memadai yang dapat menunjang aspek keamanan penggunaan obat. c. lnformasi mutu obat yang meliputi serfifikat analisa dari batch obat dan ringkasan protokol batch produksi khusus untuk produk biologi atau vaksin yang akan didatangkan. d. lnformasi jumlah kebutuhan obat. (2) lnformasi mutu obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dikecualikan untuk pasien individual dengan didukung pertimbangan dokter penanggung jawab. Pasal 9 lnformasi jumlah kebutuhan obat sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 huruf d sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan untuk pengobatan pasien dan tidak melebihi 12 (dua belas) bulan penggunaan normal. BAB V IZIN PEMASUKAN OBAT UNTUK PENGGUNAAN TERAPI KHUSUS Pasal 10 (1) Permohonan izin pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus dapat diajukan oleh importir (industri farmasi atau pedagang besar farmasi) atas permintaan dokter penanggung jawab atau Pusat Rujukan Obat Nasional. (2) Permohonan pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus diajukan kepada Kepala Badan dengan menggunakan contoh formulir Form OK2 yang dilengkapi dengan Form OK1. (3) Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan kajian terhadap permohonan izin pemasukan dengan memperhatikan aspek risiko manfaat. (4) Kepala Badan akan memberikan izin pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah dokumen permohonan lengkap. (5) Persetujuan pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus untuk sejumlah yang diminta berlaku 312 (tiga sampai dua belas) bulan setelah tanggal persetujuan.

BAB VI PELAPORAN Pasal 11 (1) Dokter penanggung jawab harus melakukan pemantauan terhadap penggunaan obat untuk penggunaan terapi khusus dan melaporkan bila terjadi efek samping maupun yang diduga sebagai efek samping yang serius kepada Kepala Badan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kejadian, dengan menggunakan contoh formulir Form OK3. (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai penjelasan yang memadai. Pasal 12 lmportir harus melaporkan distribusi dan penggunaan termasuk sisa obat untuk penggunaan terapi khusus paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah akhir pengobatan dengan menggunakan contoh formulir Form OK4. BAB VII PERMINTAAN ULANG DAN KEHARUSAN PENDAFTARAN Pasal 13 Permintaan ulang terhadap pemasukan obat untuk penggunaan terapi khusus untuk dokter yang sama dan untuk obat yang sama, dapat dilakukan setelah diserahkan pelaporan terhadap penggunaan obat terdahulu. Pasal 14 Sisa obat untuk penggunaan terapi khusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 12, jika akan digunakan selanjutnya harus mengajukan permintaan ulang sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 15 Dalam kurun waktu tertentu dan permintaan telah mencapai untuk penggunaan sejumlah besar pasien, harus dilakukan pengajuan pendaftaran terhadap obat tersebut. BA B VIII PELARANGAN PROMOSI OBAT UNTUK PENGGUNAAN TERAPI KHUSUS Pasal 16 Obat untuk penggunaan terapi khusus dilarang untuk dipromosikan ataupun diklaim pengadaannya untuk diperjualbelikan secara umum baik sengaja maupun tidak sengaja.

BAB IX INSPEKSI Pasal 17 Inspeksi dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan aparatnya di daerah terhadap distribusi dan penggunaan obat untuk penggunaan terapi khusus. BAB X S A N K S I Pasal 18 Barang siapa dengan sengaja mengedarkan obat untuk penggunaan terapi khusus tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku akan dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di JAKARTA Pada tanggal 2 April 2002 Badan Pengawas Obat dan Makanan Kepala, ttd H. SAMPURNO NIP. 140087747

Form OK1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR../SK/BPOM TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS JUSTIFIKASI PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENGGUNAAN TERAPI KHUSUS Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dokter penanggung jawab dari pasien di bawah ini mengajukan adanya kebutuhan obat untuk pasien tersebut dengan diagnosa penyakit dan justifikasi kebutuhan obat, sebagai berikut 1. ldentitas Pasien 1. Nama / inisial / umur / jenis kelamin Diagnosa Penyakit 2. Nama / inisial umur / jenis kelamin Diagnosa Penyakit 3. Nama / inisial / umur / jenis kelamin Diagnosa Penyakit 4. Nama / inisial / umur / jenis kelamin Diagnosa Penyakit 2. lnformasi Obat untuk Penggunaan Terapi Khusus*) Nama dagang/generik/bentuk sediaan Zat berkhasiat Kekuatan Posologi Lama pengobatan yang diperlukan Jumlah obat yang diperlukan Produsen Obat *) Dapat diberikan dalam bentuk informasi produk (brosur).

3. Justifikasi Klinis kebutuhan obat untuk penggunaan terapi khusus (antara lain keseriusan penyakit pasien, manfaat klinis yang diharapkan dari penggunaan obat khusus, informasi pengobatan yang telah diberikan sebelumnya dan respon, dll). 4. Kepada pasien akan diberikan penjelasan yang memadai mengenai penggunaan obat ini. 5. Dokter Penanggung Jawab Nama Dokter Alamat/No. Telp. Rumah Sakit/No. Telp/Alamat Praktek Swasta/No. Telp/Alamat Tanggal permohonan Tanda tangan

Form OK2 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR.../SK/BPOM TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS Nomor Lampiran Hal Permohonan Pemasukan Obat untuk Penggunaan Terapi Khusus Kepada Yth. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No. 23 JAKARTA PUSAT Nama lmportir.. Alamat lmportir.. Jenis lmportir Industri Farmasi Pedagang Besar Farmasi Lainnya (sebutkan) Permohonan (untuk kasus sejenis) ke.. Berdasarkan justifikasi akan kebutuhan obat dari Dr. (terlampir) dengan ini mengajukan permohonan untuk mengimpor obat jadi Nama dagang / generik.. Zat berkhasiat.. Kekuatan.. Bentuk sediaan.. Kemasan.. Indikasi.. Posologi.. Jumlah yang dibutuhkan.. No. Batch.. Sumber bahan baku obat *).. Produsen obat.. Negara asal obat.. Dokumen yang diserahkan.. (terlampir) Status peredaran.. Jakarta, ( Pemohon ) *) untuk produk yang berasal dari hewan

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR.../SK/BPOM TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS Form OK3 Nomor Lampiran Hal Laporan Efek Samping Penggunaan Obat untuk Penggunaan Terapi Khusus Kepada Yth Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No.23 JAKARTA PUSAT Sehubungan dengan terjadinya efek samping ataupun yang diduga sebagai efek samping serius pada penggunaan obat untuk penggunaan terapi khusus, dengan ini kami laporkan halhal sebagai berikut 1. Obat yang digunakan. Zat berkhasiat / kekuatan. Bentuk sediaan. Kemasan. No. Batch / kedaluwarsa. Produsen. Jumlah obat yang diterima. Jumlah obat yang telah digunakan. II. Nama / usia / Jenis kelamin / lama pengobatan 1... Efek samping obat yang terjadi. Pasien tersebut perlu / tidak perlu menghentikan pengobatan Alasan. 2... Efek samping obat yang terjadi... Pasien tersebut perlu / tidak perlu menghentikah pengobatan Alasan.

3.. Efek samping obat yang terjadi. Pasien tersebut perlu tidak perlu menghentikan pengobatan Alasan. 4.. Efek samping obat yang teriadi. Pasien tersebut perlu / tidak perlu menghentikan pengobatan Alasan. Demikian laporan kami, untuk dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya. Jakarta, (Dokter Penanggungjawab) Nama Jelas

Form OK4 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR.../SK/BPOM TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS Nomor Lampiran H a l Laporan Distribusi dan Penggunaan Obat untuk Penggunaan Terapi Khusus Kepada Yth Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No.23 JAKARTA PUSAT Berkenaan dengan Persetujuan Pemasukan Obat untuk Penggunaan Terapi Khusus dari Badan POM melalui surat No.. tanggal (terlampir), dengan ini kami laporkan halhal sebagai berikut I. Nama Obat Zat berkhasiat Kekuatan / kemasan Bentuk sediaan No. Batch / kedaluwarsa Jumlah obat Produsen II. Ill. Untuk obat sama merupakan pemasukan obat yang ke Obat di atas telah di distribusikan untuk digunakan oleh pasien tertentu kepada 1. Dokter (Nama, lnstitusi/tempat alamat dokter). Jumlah obat yang di distribusikan. Jumlah pasien 2. Dokter (Nama, lnstitusi/tempat alamat dokter). Jumlah obat yang di distribusikan. Jumlah pasien

IV. Sisa obat Jumlah. Rencana penggunaan sisa obat pemusnahan / permohonan penggunaan selanjutnya*) Demikian laporan kami, untuk dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya. Jakarta, *) Coret yang tidak perlu. ( Importir ) Nama Jelas