BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di alaminya, baik secara individu maupun secara bersama-sama.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

BAB III METODE PENELITIAN

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara rutin manusia pasti berintaraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

ANALISIS REDUPLIKASI PADA TEKS ANEKDOT SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA KELAS X

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan sebagai alat komunikasi antar-masyarakat di sana sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang terdapat di alam

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

PENGGUNAAN REDUPLIKASI (KATA ULANG) PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia, mulai dari upacara pemberian nama bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa. Dalam suatu kelompok masyarakat, bahasa diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan anggota masyarakat. Menurut Badudu (dalam Sibarani, 2004:36) mengatakan, bahwa bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat, yaitu individu-individu sebagai manusia yang berpikir, merasa dan berkeinginan. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru berwujud bila dinyatakan, dan alat untuk menyatakannya itu adalah bahasa. Sementara itu pendapat Trager (dalam Sibarani, 2004:36), bahwa bahasa adalah sistem simbol-simbol bunyi ujaran yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat sebagai alat untuk berinteraksi sesuai dengan keseluruhan pola budaya mereka. Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat diperhatikan, bahwa bahasa memiliki fungsi komunikatif. Fungsi komunikatif, yakni fungsi bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi yang dalam pelaksanaannya berlaku proses dua arah, yakni penutur dan pendengar. Sebagai penutur, kita membutuhkan bahasa. Sebagai pendengar, kita memerlukannya informasi yang dikomunik asikan orang lain (Sibarani, 2004:39). Akan tetapi, bahasa tidak hanya berfungsi

sebagai alat komunikasi, tetapi juga media untuk melakukan tindakan dan cerminan budaya penuturnya. Bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi nilainilai budaya. Nilai-nilai budaya yang disampaikan dengan bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan. Peranan bahasa sangat penting dalam memahami kebudayaan, dan peranan kebudayaan juga sangat penting dalam memahami bahasa. Menurut Martinet (1987:150), idealnya, di dalam berbahasa para penutur selalu melakukan dengan tepat pembedaan yang sama dari segi fonologi, morfologi, dan leksikal, dengan kata lain mereka yang menggunakan struktur bahasa yang sama. Bahasa itu beragam, meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah dan pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen, bahwa semua anggota masyaratkat bahasa tidak berbicara dengan cara yang sama dan mempunyai latar belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda. Maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun pada tataran leksikon. Dalam tataran morfologi, kata termasuk ke dalam satuan yang terbesar, sedangkan dalam sintaksis kata menjadi satuan terkecil. Ramlan (1987:21) menyatakan, bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk kata bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata. Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi ialah morfem, sedangkan yang paling besar adalah kata. Dalam tataran morfologi terdapat proses morfemis atau yang dikenal lebih umum proses morfologik. Menurut Ramlan (1987:51), proses morfologik ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya itu mungkin berupa kata, seperti terjauh yang dibentuk dari kata jauh. Sedangkan menurut Chaer (2003:177), proses morfemis terdiri atas afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi modifikasi interal dan suplesi, pemendekan. Reduplikasi merupakan salah satu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2003:187). Reduplikasi sebagai bagian dari proses morfemis, yang banyak terdapat dalam pelbagai bahasa di seluruh dunia, contoh dalam bahasa di Kepulauan Marshall (daerah pasifik) ada kata takin kaus kaki direduplikasikan menjadi takinkin memakai kaus kaki (Chaer, 2003:183). Ini membuktikan dari sifat bahasa yaitu unik. Unik artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya (Chaer, 2003:5). Pada bagian lain Oktavianus (2006:2) menyatakan, bahwa satu bagian dari keunikan suatu masyarakat bahasa dan perilaku penuturnya. Model-model konfigurasi bentuk lingual dan makna yang

diekspresikan melalui konfigurasi bentuk lingual itu adalah salah satu contoh keunikan tersebut. Keunikan dari bahasa ini ternyata juga terdapat pada bahasa Minangkabau yang digunakan di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV, yang berbentuk reduplikasi atau pengulangan. Reduplikasi yang terdapat di Kanagaian Simpang Tanjuang Nan IV memiliki keunikan tersendiri yang mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain. Hal ini telah dibuktikan dengan menanyai kepada beberapa orang dari berbagai daerah. Reduplikasi verba bahasa Minangkabau di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV banyak terdapat pada tataran leksikon yang memiliki makna tersirat yang mengungkapkan makna tertentu. Adanya perbedaan tataran leksikon bahasa Minangkabau di Nagari Simpang Tanjuang Nan IV dengan bahasa Minangkabau di nagari atau daerah lain di Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Reduplikasi pada umumnya banyak terdapat pada kelas kata benda dan sifat, seperti meja-meja, buku-buku, cantik-cantik, rajin-rajin, namun pada reduplikasi yang terdapat di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV reduplikasinya banyak berbentuk verba (kerja). Hal ini terdapat pada contoh di bawah ini. 1. Nyo acok cigin-cigin den sadang ka dapue mah Dia sering mengintip ketika saya sedang memasak di dapur cigin bentuk dasar cigin+cigin cigin-cigin Kata cigin-cigin merupakan proses reduplikasi keseluruhan, yangtidak ada perubahan apapun dari bentuk asal maupun bentuk dasarnya. Kata cigin

secara leksikal, berarti kencang sedangkan secara kultural, berarti melakukan suatu perbuatan atau tindakan, dengan cara melihat seseorang dengan cara mengintip. Kata cigin-cigin bila dilihat dari cara penulisannya, ditulis secara ulang. Bila dilihat dari cara pembentukannya, terbentuk dari kata verba (kerja) cigin menerangkan suatu perbuatan atau tindakan. Bila dilihat dari kalimat di atas maka kata cigin dapat dikatakan verba, sebab posisinya menempati sebagai predikat. Reduplikasi verba cigin-cigin mengalami perubahan makna, yaitu dari makna tunggal menjadi makna berulang kali. Hal ini ditunjukkan, yaitu ketika kata cigin yang mengandung pengertian, bahwa tindakan tersebut dilakukan hanya sekali. Namun, setelah mengalami proses pengulangan seluruh menjadi cigincigin mengalami perubahan makna, yaitu tindakan atau kegiatan tersebut dilakukan berulang kali. Dengan demikian penelitian ini perlu dilakukan, reduplikasi verba pada bahasa Minangkabau di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok menarik untuk diteliti, karena kata kerja yang terbentuk dari hasil reduplikasi memiliki makna tersirat yang mengungkapkan makna tertentu, dan reduplikasi tersebut tidak semua orang dari daerah lain dapat mengerti maknanya, meskipun dialek tersebut ada dalam bahasa Minangkabau. Nagari Simpang Tanjuang Nan IV dipilih sebagai objek penelitian dengan pertimbangan, bahwa nagari ini masih kental dengan bahasa lokal, masyarakat pendatang masih sangat sedikit, sehingga bahasa kesehariannya tidak terpengaruhi dengan bahasa lain selain bahasa Minangkabau.

Pada penelitian ini yang akan dikaji atau dibahas adalah bagaimana bentuk, dan makna reduplikasi verba Bahasa Minangkabau yang terdapat di Kanagarian Simpang Tj Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa sajakah bentuk reduplikasi verba Bahasa Minangkabau di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok? 2. Apa sajakah makna reduplikasi verba Bahasa Minangkabau di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan bentuk reduplikasi verba Bahasa Minangkabau di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok. 2. Mendeskripsikan makna reduplikasi verba Bahasa Minangkabau yang terdapat di Kanagarian Simpang Tanjuang Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok. 1.4 Tinjauan Kepustakaan Penelitian yang dilakukan oleh Itsnaeny (2017) dalam skripsinya, yang berjudul Analisis Reduplikasi pada Teks Anekdot Surat Kabar Solopos dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA Kelas X penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk, jenis, fungsi dan implikasinya terhadap pembelajaran SMA kelas X. Penelitian ini sama-sama menganalisis

reduplikasi namun ada hal yang membedakannya dengan penelitian penulis yaitu objek penelitian yang diambil serta metode yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dalam skripsinya, yang berjudul Reduplikasi pada Karangan Siswa VII B SMP N Teras Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan jenis-jenis reduplikasi bahasa Indonesia, mengetahui makna reduplikasi bahasa Indonesia, mengelompokkan kategori kelas kata serta perubahan bentuk kelas kata yang terdapat pada karangan siswa kelas VII B SMP N 1 Teras Boyolali. Metode pengumpulan data pada penelitian ini metode simak dengan teknik catat. Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Metode analisis data menggunakan metode agih dan teknik BUL. Hasil penelitian menemukan 4 jenis reduplikasi. Hal yang membedakannya dengan penelitian penulis adalah metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian serta objek penelitian, maka dari itu penelitian ini tidak akan menimbulkan kesamaan. Penelitian yang dilakukan oleh Byan (2015) dalam skripsinya, yang berjudul Reduplikasi Adjektiva dalam Bahasa Indonesia. Dalam skripsinya dijelaskan tujuan dari penelitiann yaitu, untuk mendeskripsikan tipe dan arti reduplikasi adjektiva Bahasa Indonesia, dan mendeskripsikan proses pembentukan reduplikasi adjektiva Bahasa Indonesia. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif, objek dalam penelitian ini yaitu bentuk reduplikasi adjektiva dan data merupakan kalimat yang mengandung reduplikasi adjektiva. Dalam penelitiannya penulis menggunakan teknik pustaka dan teknik catat. Hal yang membedakannya dengan penelitian penulis adalah metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian

serta objek penelitian, maka dari itu penelitian ini tidak akan menimbulkan kesamaan. Penelitian yang dilakukan oleh Asnawi (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Reduplikasi Verba Denomina Bahasa Banjar Hulu: Tinjauan Bentuk dan Semantik Gramatikal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan afiks yang membentuk reduplikasi verba dan menjelaskan makna gramatikal reduplikasi verba denomina. Untuk mendapatkan data dalam penelitiannya peneliti menggunakan teknik simak cakap selanjutnya untuk menganalisis data dilakukan dengan teknik memperhatikan bentuk asal dan dasar. Dari hal tersebut jelaslah berbeda penelitian ini dengan penelitian penulis. Teknik pengumpulan data dan objek penelitian yang digunakan berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Permadani (2014) dalam artikel e- jurnalnya yang berjudul Analisis Reduplikasi Bahasa Indonesia dalam Dialek Bahasa Melayu Jambi Sub Dialek Desa Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi jambi. Dalam artikel e-jurnalnya peneliti menjelaskan mengenai bentuk dan makna reduplikasi dalam bahasa Melayu Jambi Sub Dialek Desa Lumpur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode observasi, pengamatan terlibat, wawancara tak berstruktur, serta simak dan sadap. Meskipun dalam penelitian ini sama-sama menjelaskan bentuk dan makna namun dengan menggunakan objek, teori dan teknik dalam penelitian yang berbeda maka hasilnya nanti tidak akan serupa.

Penelitian yang dilakukan oleh Yasiroh (2013) dalam skripsinya yang berjudul Proses Morfologis Bahasa Melayu Palembang dalam skripsinya peneliti menjelaskan mengenai, (1) bentuk, makna, dan fungsi afiksasi dalam bahasa Melayu Palembang, (2) bentuk, makna, dan fungsi reduplikasi dalam bahasa Melayu Palembang, (3) bentuk, makna, dan fungsi komposisi dalam bahasa Melayu Palembang dengan metode distribusional. Penelitian ini samasama meneliti mengenai reduplikasi namun metode dan objeknya berbeda maka hasilnyapun nanti akan berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Ekasari (2013) dalam skripsinya, yang berjudul Makna Aspektualitas Reduplikasi Verba Bahasa Jawa pada Masalah Djaka Lodang Edisi Januari-Maret 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk reduplikasi verba aktif dan makna aspektualitas yang terbentuk melalui reduplikasi verba aktif bahasa Jawa pada majalah Djaka Lodang edisi Januari-Maret 2012. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan teknik baca dan catat. Dari hal tersebut penelitian ini samasama reduplikasi namun objek penelitian dan teknik yang digunakan dalam penelitian berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2011) dalam skripsinya, yang berjudul Analisis Penggunaan Reduplikasi pada Cerita Anak Bergambar dalam skripsi ini membahas mengenai bentuk dan makna reduplikasi yang terdapat pada cerita anak bergambar. Data diperoleh melalui metode baca catat, bentuk reduplikasi yang ditemukan adalah (a) pengulangan seluruh, (b) pengulangan sebagian, (c) pengulangan dengan pembubuhan afiks, dan (d) pengulangan

dengan perubahan fonem. Kedua, makna reduplikasi yang ditemukan adalah (a) menyatakan makna banyak, (b) menyatakan makna banyak bagi kata yang diterangkan, (c) menyatakan makna menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasarnya, (d) menyatakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang, (e) menyatakan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan santainya, (f) menyatakan makna perbuatan saling berbalasan atau resiprokal, (g) menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai, dan (h) menyatakan makna yang tidak mengubah arti bentuk dasarnya melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan. Dari hal tersebut penelitian ini sama-sama reduplikasi namun objek penelitian dan teknik yang digunakan dalam penelitian berbeda. 1.5 Metode dan Teknik Menurut Sudaryanto (1993 :133), metode dan teknik penelitian dibagi atas tiga tahap yaitu, tahap penyediaan data, tahap analisis data dan tahap penyajian hasil analisis data. 1. Tahap Penyediaan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode cakap semuka dan metode simak. Metode cakap dengan cara peneliti terlibat langsung dalam pembentukan calon data, teknik dasar yang digunakan adalah teknik pancing, adapun teknik lanjutan menggunakan teknik rekam dan catat. Teknik pancing dilakukan dengan memancing informan untuk memberikan calon data dengan memberikan pertanyaan seputar reduplikasi verba, selanjutnya merekam dan

mencatat apa yang disampaikan informan. Untuk mensahihkan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak dengan cara peneliti mendengarkan kata-kata reduplikasi dari informan, teknik dasar yang digunakan teknik sadap dan teknik lanjutan teknik simak libat cakap. 2. Tahap Analisis Data Pada tahap analisis data menggunakan metode padan dan metode agih. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya di luar bahasa (langue) yang bersangkutan. Karena objek penelitian menggunakan bahasa Minangkabau di Simpang Tj Nan IV, maka metode padan yang digunakan adalah metode padan translasional. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Pilah Unsur Penentu (PUP), teknik PUP dilakukan dengan cara memilah-milah data apakah data satu termasuk verba, nomina, adjektiv dan lainnya. Teknik lanjutan yang digunakan adalah hubung banding membedakan (HBB). Teknik HBB dilakukan dengan membedakan data yang diperoleh dengan yang lainnya. Sementara itu, metode agih merupakan metode yang alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Teknik dasar yang digunakan berupa teknik bagi unsur langsung atau BUL, dan teknik lanjutan berupa teknik perluas. 3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Dalam penelitian ini penyajian hasil analisis data dapat disajikan dengan menggunakan metode penyajian formal dan informal. Metode penyajian formal yaitu perumusan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Seperti tanda tambah (+), tanda kurang (-), tanda bintang (*), tanda panah ( ), tanda kurung biasa (( )),

tanda kurung kurawal ({ }), tanda kurung siku ([ ]) dan berbagai diagram. Sedangkan metode penyajian informal merupakan perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminology. 1.6 Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan pemakaian bahasa tertentu yang tidak diketahui batas-batasnya, akibatnya banyak orang yang memakai (dari ribuan sampai jutaan orang), lama pemakaian (sepanjang hidup penutur-penuturnya), dan luasnya daerah serta lingkungan pemakaiannya. Sampel merupakan sebagian dari tuturan yang di ambil di anggap mewakili bagi keseluruhannya (Sudaryanto, 1990:36). Dalam penelitian ini populasinya adalah keseluruhan kata reduplikasi verba yang berasal dari titik pengamatan. Adapun sampelnya adalah kata-kata reduplikasi yang terdapat di Kanagarian Simpang Tj Nan IV. Masing-masing sampel penelitian diambil 3 jorong untuk titik pengamatan, diantaranya Jorong Pasar, Jorong Kapalo Danau Diateh, Jorong Kapalo Danau Dibawah. Ketiga lokasi ini dipandang sudah mewakili jorong yang ada di nagari ini. Kemudian, informan. Informan merupakan orang yang akan memberikan data penelitian. Informan akan memberikan informasi kebahasaan yang dicari oleh si peniliti. Adapun syarat-syarat dari informan diantaranya :

1. Berusia 40-60 tahun 2. Berpendidikan tidak terlalu tinggi (maksimum setingkat smp) 3. Berasal dari desa atau daerah penelitian Lahir dan dibesarkan serta menikah dengan orang yang berasal dari daerah penelitian (Nadra dan Reniwati, 2009:37).