Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi Pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWA SMP PHYSICAL ACTIVITY IN STUDENTS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI DESA PUCANGMILIRAN TULUNG KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SINDROM PRA MENSTRUASI DI SMA NEGERI 2 KEJURUAN MUDA TAHUN STIKes Bina Nusantara ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre Menstrual Syndrome Pada Mahasiswa Tk II Semester III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SINDROM PRAMENSTRUASI. Menurut Kaunitz (2008) sindrom pramenstruasi adalah kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia tahun dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN SINDROM PRA MENSTRUASI PADA SISWI SMA NEGERI 1 PADANG PANJANG TAHUN 2011

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

Korelasi Tingkat Stres dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Mahasiswi

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gizi (nutrion) adalah berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza, yang berarti

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fisik terjadinya kematangan alat reproduksi, salah satunya adalah datangnya

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMINORE DI SMAN 5 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA KADER POSYANDU USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS MANISRENGGO KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

Transkripsi:

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi Pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Bulan Purnama Sari1, Priyanto2 1,2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Ngudi Waluyo Article Info Article History: Accepted November 26rd 2018 Key words: Status Gizi Kejadian Sindrom Pre Menstruasi Abstract Angka kejadian PMS di Indonesia dialami 70%-90% oleh wanita usia reproduktif dan 2%-10% mengalami gejala Premenstrual Syndrome berat. Bagi beberapa wanita gejala PMS dapat terjadi cukup parah, sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Salah satu faktor risiko sindrom premenstruasi adalah indeks massa tubuh (IMT). Status gizi ini memiliki peranan yang cukup penting pada tingkat keparahan kejadian PMS. Hal ini dikarenakan seseorang yang mengalami kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya peradangan (inflamasi) yang berujung pada meningkatnya risiko mengalami gejala PMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kolerasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Responden adalah semua Siswi SMA Wirausaha Bandungan yang berjumlah 79 orang. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Analisis statis menggunakan uji chi square dengan taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden mengalami status gizi dalam kategori gemuk sebanyak 33 orang (41,8%), sebagian besar responden mengalami sindrom pre menstruasi sebanyak 41 orang (51,9%) dan didapatkan p value 0,027 dan memenuhi syarat uji chisquere yaitu dengan 0 cell (0.0%) dan nilai harapan (expected count) adalah 10.58 sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian sindrom pre menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan. Disarankan bagi remaja sebaiknya menjaga berat badan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang agar dapat menjadikan berat badan normal dan juga terhindar penyakit akibat kelebihan berat badan. PENDAHULUAN Masa remaja atau masa puber merupakan masa penghubung antara masa anak-anak dengan dewasa. Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormone, terutama hormone esterogen dan progesterone, mulai berperan aktif sehingga pada diri anak perempuan mulai tumbuh payudara, pinggul melebar dan membesar sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi (Proverawati, 2009). Setiap bulan wanita melepaskan satu sel telur dari salah satu ovariumnya. Bila sel telur ini tidak mengalami pembuahan maka akan terjadi perdarahan (menstruasi). Seorang wanita pada masa remaja lebih Corresponding author: Priyanto priyanto_araaf@yahoo.co.id Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018 e-issn 2621-2994

Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-7 2 rentan mengalami permasalahanpermasalahan yang terkait pada saat menstruasi. Terjadinya menstruasi merupakan perpaduan antara alat genetalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari rantai hipotalamushipofisisovarium (Proverawati, 2009). Biasanya 7-10 hari sebelum terjadi menstruasi, wanita akan mengalami beberapa gejala perubahan tertentu, dari segi fisik (nyeri payudara, sakit kepala, jerawat, nyeri panggul bahkan edema maupun emosional (perubahan mood, penurunan fungsi sosial, penurunan konsentrasi, bahkan depresi yang akan mereda ketika siklus menstruasi dimulai. Namun pada beberapa wanita juga dapat terjadi gejala yang terus berlanjut hingga 24-48 jam pertama siklus menstruasi dan akan mereda selama beberapa hari ke depan. Gejala-gejala tersebut biasa dikenal dengan sindrom pramenstruasi (PMS) (O'Brien dkk., 2007 dalam Ratikasari 2015). Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan suatu kumpulan keluhan dan atau gejala fisik, emosional, dan perilaku yang terjadi pada wanita usia reproduksi, yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar, yang terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan wanita tersebut, dan kemudian diikuti oleh suatu periode waktu bebas gejala sama sekali (Suparman, 2011). Bagi beberapa wanita gejala PMS dapat terjadi cukup parah, sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Umumnya dampak dari PMS tersebut adalah gangguan aktivitas harian, seperti penurunan produktivitas kerja, sekolah, dan hubungan interpersonal penderita. Di samping itu PMS yang berat juga dapat berhubungan dengan kasus bunuh diri yang tinggi, tingkat kecelakaan, dan masalah kejiwaan akut (Tolossa dan Bekele, 2014 dalam Rtikasari 2015). Salah satu faktor risiko sindroma premenstruasi adalah indeks massa tubuh (IMT). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis, seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas atau produktivitas, pemeliharaan, kesehatan, dan lainnya (Depkes, 2006). Status gizi ini memiliki peranan yang cukup penting pada tingkat keparahan kejadian PMS. Hal ini dikarenakan seseorang yang mengalami kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya peradangan (inflamasi) yang berujung pada meningkatnya risiko mengalami gejala PMS (Bussell, 2014). Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 38,45 % wanita didunia mengalami permasalahan mengenai gangguan Pre Menstrual Syndrome. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologis dalam Saryono (2009) bahwa sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami minimal satu dari gejala PMS dan umumnya terjadi pada wanita usia 14-50 tahun dengan gejala yang bervariasi dan berubah-ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di D III Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran pada tanggal 19 juli 2016, peneliti berhasil mewawancarai 10 siswi dengan menyebarkan kuesioner gejala Sindrom Pre Menstruasi menggunakan 10 Pertanyaan, didapatkan bahwa 7 siswi (70%) mengalami sindrom pre menstruasi dengan klasifikasi IMT kategori gemuk ada 4 siswi dan kategori normal ada 3 siswi. Selebihnya ada 3 siswi (30%) tidak mengalami sindrom pre menstruasi dengan klasifikasi IMT

Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-7 3 kategori normal 2 siswi dan kurus 1 siswi. Kesimpulan dari fenomena ditempat penelitian bahwa sebagian besar yang mengalami sindrom pre menstruasi adalah mahasiswi dengan kategori gemuk. Dari penelitian di Asia Pasifik, diketahui bahwa di Jepang, PMS dialami oleh 34% populasi perempuan dewasa, di Hongkong, PMS dialami oleh 17% populasi perempuan dewasa, di Pakistan PMS dialami oleh 13% populasi perempuan dewasa, di Australia PMS dialami oleh 43% populasi perempuan dewasa (Elvira, 2010). Angka kejadian PMS di Indonesia dialami 70%-90% oleh wanita usia reproduktif dan 2%-10% mengalami gejala Premenstrual Syndrome berat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kolerasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Wirausaha Bandungan pada tanggal 26-27 Juli 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA Wirausaha Bandungan yang berjumlah 79 siswi. Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA Wirausaha Bandungan yang berjumlah 79 siswi. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap tiap variabel, yaitu variabel independen (Status Gizi) dan variabel dependen (Sindrom Pre Menstruasi). Analisa bivariat dengan uji chi-square (x2) dengan taraf signifikan (α) = 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa p value 0,027 dan memenuhi syarat uji chi-square yaitu dengan 0 cell (0.0%) dan nilai harapan (expected count) adalah 10.58. HASIL Analisis Univariat Status Gizi pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status Gizi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan No Status Gizi N % 1. Kurus 22 27,8 2. Normal 24 30,4 3. Gemuk 33 41,8 jumlah 79 100 Sumber : Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 1 dapat didapatkan bahwa reponden sebanyak 33 orang (41,8%) mengalami status gizi dalam kategori gemuk sedangkan yang mengalami status gizi dalam kategori normal sebanyak 24 responden (30,4%) dan responden yang mengalami status gizi dalam kategori kurus sebanyak 22 responden (41,8%). Kejadian Sindrom Pre Menstruasi pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Sindrom Pre Menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan No Kejadian N % Sindrom Pre Menstruasi 1 Mengalami 41 51,9 2 Tidak 38 48,1 Mengalami Jumlah 100 Sumber : Data Primer (2016)

Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-7 4 Berdasarkan tabel 2 dapat didapatkan bahwa reponden sebanyak 41 orang (51,9%) mengalami sindrom pre menstruasi sedangkan responden yang sebanyak 38 responden (48,1%). Analisis Bivariat Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi Tabel 3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan Kejadian Sindrom N o Status Gizi Pre Menstruasi Mengala mi Tidak Total Mengala mi f % F % f % 1 Kurus 9 40,9 13 59,1 22 100 2 Normal 9 37,5 15 62,5 24 100 3 Gemuk 23 69,7 10 30,3 33 100 Total 41 51,9 38 48,1 79 100 ρ value 0,027 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 79 responden yang mengalami sindrom pre menstruasi dengan status gizi kurus sebanyak 9 responden (40,9%) dan yang sebanyak 13 responden (59,1%). Responden yang mengalami sindrom pre menstruasi dengan status gizi normal sebanyak 9 responden (37,5%) dan yang sebanyak 15 responden (62,5%). Sedangkan responden yang mengalami sindrom pre menstruasi dengan status gizi gemuk lebih besar dibandingkan responden yang mengalami sindrom pre menstruasi dengan status gizi kurus dan normal yaitu sebanyak 23 responden (69,7%) dan yang sebanyak 10 responden (30,3%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai p value <? (0,027 < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian sindrom pre menstruasi pada siswi SMA Wirausaha Bandungan. PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Status Gizi pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Pada penelitian ini dari 79 responden di SMA Wirausaha Bandungan didapatkan sebagian besar responden dengan status gizi gemuk lebih besar dibandingkan dengan status gizi kurus dan normal yaitu sebanyak 33 responden (41,8%). Status gizi lebih merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi obesitas (Hasdianah, 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Namsa (2015) di SMA Frater Don Bosco Manado bahwa responden dengan status gizi gemuk berjumlah 29 responden (48,3%), lebih besar dibandingkan dengan responden dengan status gizi kurus berjumlah 8 responden (13,3%) dan responden dengan status gizi normal berjumlah 23 responden (38,3%). 2. Kejadian Sindrom Pre Menstruasi pada Siswi SMA Wirausaha Bandungan Pada penelitian ini dari 79 responden di SMA Wirausaha Bandungan didapatkan responden yang mengalami sindrom pre menstruasi sebanyak 41 responden (51,9%) lebih besar dibandingkan dengan

Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-7 5 responden yang tidak mengalami sindrom pre menstruasi yaitu sebanyak 38 responden (48,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ratnaningtyas (2012) pada siswi SMAN 2 Ngawi bahwa responden yang mengalami sindrom pre menstruasi sebanyak 62 responden (72,94%) lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami sindrom pre menstruasi yaitu sebanyak 23 responden (27,06%). Dampak dari PMS bagi remaja putri yang bersekolah dapat menganggu kualitas kesehatan, konsentrasi, prestasi dan keaktifan kegiatan belajar di sekolah. Apalagi berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar (51,9%) siswi SMA Wirausaha Bandungan mengalami sindrom pre menstruasi yang kemungkinan besar dapat menganggu aktivitas sosial di sekolah. Pada penelitian ini menggunakan kuesioner dari SPAF (The Premenstrual Shortened Form) untuk mengukur kejadian sindrom pre menstruasi yaitu kriteria diagnose dengan penilaian sederhana yang terdiri dari 10 item. Masing-masing item mempunyai nilai maksimal 6, terentang pada gejala yang tidak dirasakan sampai gejala yang sangat berat. Pada penelitian ini didapatkan sebagian beasar responden banyak menjawab pernyataan pada nilai 5 yaitu pada pernyataan merasa ingin marah atau emosi (mudah tersinggung), hal tersebut dapat disebabkan oleh ketidak seimbangan hormone estrogen dan progesterone. Hormone estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormone progesterone. Selain itu dapat pula disebabkan oleh faktor stress, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbul ditubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6) (Andira, 2010). Pada penelitian ini didapatkan responden paling sedikit menjawab pernyataan dengan nilai 1 yaitu pada pernyataan merasa membengkak pada seluruh tubuh hal tersebut dapat disebabkan oleh pembengkakan yang terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita dan sebagian besar responden mengalami gejala sindrom pre menstruasi pada faktor psikologi seperti merasa ingin marah atau emosi (mudah tersinggung) dan pada faktor fisik sebagian besar responden mengalami nyeri dan pembesaran pada payudara dan merasa tidak nyaman atau nyeri pada bagian perut. Analisis Bivariat 1. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi Pada penelitian ini diketahui bahwa Hasil uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian sindrom pre menstruasi dengan nilai p value 0,027 < α = 0,05. Hal ini sejalan dengan teori Arisman, (2008) bahwa Hiperestrogenisme atau sebuah kondisi produksi estrogen diatas normal pada perempuan yang mengalami overweight, disebabkan peningkatan persentase lemak di dalam tubuh. Diketahui bahwa lemak terutama kolesterol merupakan bahan dasar pembentukan estrogen. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Namsa (2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan sindrom pre menstruasi pada remaja putri di SMA Frater Don Bosco Manado didapatkan ρ value 0,000. Masalah ini yang diakibatkan karena rendahnya kadar serotonin dalam tubuh. Padahal kadar serotonin di otak akan

Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-7 6 menurun jika IMT semakin tinggi. Serotonin ini berhubungan dengan reaksi neurotransmitter yang mengendalikan akses rangsangan kepada Hipothalamus- Pituitary-Adrenal (HPA). Jika terjadi disfungsi pada aksis HPA ini, maka melalui manifestasi tertentu akan muncul gejala SPM. Hal ini di anggap sebagai sesuatu yang terhubung dengan aktivitas serotonin di dalam otak. Penderita SPM juga mempunyai keinginan yang meningkat terhadap konsumsi karbohidrat akibat rendahnya hormon serotonin (Saryono dan Waluyo, 2009). Estrogen akan mengikat secara cepat pada saat terjadi pematangan folikel yang akan merangsang Luteinizing hormon. Hormon ini akan merangsang ovulasi yang muncul 14 hari sebelum menstruasi dan berakhir pada saat berhentinya fase folikuler. Pada fase Luteal LH menyebabkan sel granulosa dari folikel yang rupture dan akan membentuk corpus luteum, yang akan menghasilkan progesteron dalam jumlah besar dan sedikit estrogen. Fase luteal ditandai dengan berkurangnya produksi ovarium terhadap estrogen dan peningkatan produksi progesteron oleh corpus luteum yang mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal, kadar LH dan FSH kembali rendah. Bila tidak terjadi fertilisasi ovum akan mengalami degenerasi menjadi corpus luteum yang akan menyebabkan turunnya kadar progesteron dan estrogen secara cepat. Penurunan kadar progesteron dan esterogen ini menghasilkan kerusakan dan peluruhan dinding endomentrium, yang selanjutnya ditandai sebagi hari pertama dari siklus menstruasi berikutnya (Johnson, 2006). Namun pada penelitian ini didapatkan juga bahwa sebanyak 10 responden (30,3 %) dengan status gizi gemuk yang tidak mengalami sindrom pre menstruasi. Hal ini dapat disebabkan adanya faktor lain yang lebih dominan seperti faktor genetik dan faktor psikologis. Dimana faktor genetik memainkan peranan yaitu insidensi pre menstruasi dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot) dibanding kembar dua telur, sedangkan faktor psikologis (psikis) yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian pre menstruasi. Gejala-gejala pre menstruasi akan semakin menghebat jika didalam diri seorang wanita terus menerus mengalami tekanan (Saryono, 2009). KESIMPULAN 1. Status gizi paling banyak dalam kategori status gizi gemuk yaitu sebanyak 33 responden (41,8%). 2. Kejadian Sindrom Pre Menstruasi yang mengalami sebanyak 41 reponden (51,9%) 3. Ada Hubungan yang bermakna Status Gizi dengan Kejadian Sindrom Pre Menstruasi dengan p value 0,027. REFERENSI Andira, D. 2010. Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta : A+Plus Books Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC Dahlan, S. 2014. Statistik. Jakarta : Epidemiologi Indonesia Dewi. 2012. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehaan. Bandung : Alfabeta Dewi, R. 2012. Tiga fase Penting Pada Wanita. Jakarta : PT Gramedia Elvira, S. D. 2010. Sindrom Pra-Menstruasi, Normalkah?. Jakarta : FKUI Hasdinah, dkk. 2014. Gizi. Yogyakarta : Nuha Medika

Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-7 7 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Proverawati, A. 2010. Obesitas dan Gangguan Makan Pada Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika Ratika, I. 2015. Faktor yang berhubungan dengan kejadian sindrom premenstruasi (PMS). Diakses tanggal 19 maret 2016 http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ bitstream/123456789/28896/1/ind AH%20RATIKASARI-FKIK.pdf