Jurnal Pengelolaan Perairan

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS STARTER PADA PROSES PENGOMPOSAN ECENG GONDOK Eichhornia Crassipes (MART.) SOLMS.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

Media Kultur. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA II.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif

HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolat Lumpur Aktif Penghasil Bioflokulan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL ILMIAH OLEH FEBRIANI A1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER 2017

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

Media Faktor Jumlah Volvmie Total Plate Kode pengenceran koloni sampel Count Isolat. Nutrien agar 10' 26 0,1 26xlO'CFU/ml S Selektif 10' 4 0,1 - S-p

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

Transkripsi:

Vol. 1 (2): 19-26 Oktober 2018 e-issn: 2620-6552 IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 19 Jurnal Pengelolaan Perairan Bakteri Konsorsium dari Serasah Mangrove untuk Produksi Kompos Organic Compost Production from Bacterial Consortium of Mangrove Leaf Litter 1*, Rini Widiyadmi 2, Dafit Ariyanto 3, Riyanda Idris 1 dan Ali Djunaedi 1 1 Department of Marine Science, Diponegoro University, Semarang, Indonesia 2 Islam Al Azhar 14 Senior High School, Semarang, Indonesia 3 Department of Agriculture, Asahan University, Kisaran, Indonesia *e-mail korespondensi :pringgenies@undip.ac.id Diserahkan: 12 Juni 2018; Diterima: 14 Oktober 2018 Abstrak Penanganan sampah organik rumah tangga belum tertangani dengan maksimal. Oleh karena itu penanganan sampah organik rumah tangga yang efektif adalah dibuat kompos. Kompos adalah salah satu pupuk organik yang dibuat dari degradasi bahan-bahan organik. Sampah daun, sisa sayuran, sisa nasi merupakan sampah organik rumah tangga yang dikomposkan dengan menggunakan mikroorganisme yaitu bakteri konsorsium dari serasah mangrove. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah 4 jenis bakteri, yaitu: Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis yang berasal dari limbah mangrove bersifat sinergi menjadi bakteri konsorsium, apakah bakteri konsorsium potensi sebagai bakteri pengurai sampah organic, bagaimana hasil kompos dari bakteri konsorsium, tekstur, bau, warna dan suhu. Uji bakteri sinergi dilakukan dengan menggores empat jenis bakteri pada medium Nutrien Broth (NB). Pengomposan dilakukan dengan mencampur bakteri konsorsium pada sampah organik rumah tangga kemudian dilakukan inkubasi selama ± 8 minggu. Pengamatan maturasi kompos terdiri dari tekstur, warna, bau, dan suhu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa empat jenis bakteri, yaitu: Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis adalah sinergi dan potensi sebagai bakteri konsorsium. Kompos terbentuk setelah 4 minggu inkubasi dengan tekstur remah, warna kehitaman, dan berbau tanah dengan suhu 28 o C. Kata kunci : Bakteri konsorsium serasah mangrove, sampah organik, komposting Abstract Increasing of populations and activities has also increase the town waste, mainly of the organic waste. As nowadays had no comprehensive handled optimally. One option of organic waste processing is by compost production, by means of organic biodegradation. The aim of the research is to find out whether 4 types of bacteria, namely: Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis are synergies into consortium bacteria, whether potential consortium bacteria as organic waste decomposing bacteria, how compost from bacteria consortium,, smell, color and temperature. The synergy bacteria test was performed by scraping four types of bacteria on Nutrien Broth medium (NB). Compost processing was done by application of bacterial consortium into the municipal organic waste and incubated for about 8 weeks. The results showed that four types of bacteria, namely: Pseudomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis is the synergy and potential as a consortium bacterium. Compost is formed after 4 weeks of incubation with crumbed texture, black color, soil like odor and temperature 28 o C. Key words : Bacterial consortium, mangrove leaf litter, organic waste, composting. Received June 1 st,2012; Revised June 25 th, 2012; Accepted July 10 th, 2012

20 Jurnal Pengelolaan Perairan Vol.1 (2): 19-26 Oktober 2018 ISSN: 2620-6552 ISSN: 1978-1520 1. PENDAHULUAN Bakteri adalah sel tunggal yang mempunyai bentuk seperti bola (coccus), tongkat/batang (bacillus), atau spiral (vibrio). Umumnya bakteri memiliki diameter antara 0,5-2,5 pm. Istilah Bacterium sendiri diperkenalkan oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani yang memiliki arti small stick (Schlegel, 1994). Bakteri merupakan organisme yang paling melimpah dari semua organisme yang tersebar di air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain (Pelczar et al., 2008) dan sebagian dari fungsi bakteri adalah sebagai bakteri pengurai, misalnya mengurai daundaun yang berguguran di sekitar tanaman mangrove kemudian terjadi pembusukan daun mangrove atau serasa mangrove dan akhirnya oleh bakteri pengurai diubah menjadi nutrisi. Salah satu proses pada ekosistem mangrove yang memberikan kontribusi besar terhadap kesuburan perairan adalah proses dekomposisi atau penghancuran serasah mangrove. Penghancuran serasah merupakan bagian dari tahap proses dekomposisi, yang dapat menghasilkan nutrient penting dalam rantai makanan, melalui produktivitas perairan disekitarnya (Widhitama et al., 2016). Bakteri pengurai merupakan kelompok bakteri yang mampu mendekomposisi organisme lain yang telah mati menjadi unsurunsur penyusunnya yang akan kembali ke lingkungan. Bakteri pengurai ini termasuk ke dalam organisme saprofit karena kemampuannya untuk menguraikan senyawa organik yang ada di alam. Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme (Todar, 2008). Serasah mangrove merupakan penyuplai bahan organik terhadap kesuburan ekosistem mangrove, sehingga mampu menunjang kehidupan makhluk hidup di dalamnya (Lestari, 2015). Pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir, seperti pengurangan sampah dari sumbernya. Dalam kegiatan pengurangan sampah dari sumbernya, perlu diketahui sumber sampah agar penanganannya dapat tepat sasaran dan memiliki prioritas penanganan berdasarkan sumber sampah yang menghasilkan sampah paling besar. Sampah rumah tangga terutama sampah organik merupakan sampah paling banyak yang dihasilkan dari rumah tangga. Pengelolaan sampah organik rumah tangga yang tepat dapat sejalan dengang program yang telah dicanangkan pemerntah kota Semarang yaitu Bersih Oleh karena itu, pada penelitian ini kami memanfaatkan bakteri konsorsium asli Indonesia dari serasah magrove yaitu: Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian

Jurnal Pengelolaan Perairan Vol.1 (2):19-26 Oktober 2018 ISSN: 2620-6552 ISSN: 21 adalah menguji empat jenis bakteri Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis sebagai bakteri konsorsium; potensi bakteri konsorsium sebagai bakteri pengurai sampah organik dan uji visualisasi hasil kompos yang terlihat tekstur, warna, bau, suhu 2. METODE PENELITIAN 2.1. Populasi dan Sampel Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah populasi bakteri simbion dari serasah mangrove di Desa Mangunhardjo, Kecamatan Mangkang, Kota Semarang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri hasil isolasi dengan kode isolat Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis. 2.2. Pembuatan Bakteri Konsorsium 2.2.1. Uji sinergi bakteri Masing-masing empat jenis bakteri yaitu: bakteri Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp. dan Bacillus subtilis dogoreskan bersinggungan satu sama lainnya pada medium NB (nutrient broth). Sampel diinkubasi selama 24 jam dan selanjutnya diamati apakah terdat zona hambat atau zona bening pada garis goresan yang bersinggungan. Bila tidak tedapat zona hambat/zona bening pada garis bersinggungan, disimpulkan bahwa bakteri saling sinergi atau kompatibel. Sebaliknya, bila terjadi zona hambat pada garis goresan yang saling bersinggungan maka disimpulkan bahwa bakteri tidak kompatibel. Bakteri isolat serasah mangrove yang didapatkan memiliki aktivitas untuk melawan bakteri pathogen S. Aureus, yaitu jenis bakteri Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp., Bacillus subtilis. Keempat isolat bakteri tersebut kemudian dikultur massal dengan media zobell cair selama 1x24 jam kemudian hasil kultur massal bakteri tersebut dimasukkan dalam larutan Peton, beef extrac, aquades. Sebelumnya Peton, beef extrac, aquades dicampukan sampai homogen kemudian di masukan ke dalam erlenmeyer 300 ml, diseterilkan dalam autoclave selama 15. Selanjutnya didinginkan kemudian di inkubasikan sambil di saker dengan putaran 150 rpm selama 2 hari. Campuran bakteri konsorsium digunakan untuk uji daun sebagai bahan organik untuk menjadi kompos. Pembuatan kompos dimulai dengan memasukkan daun-daun kering kedalam botol dan ditambah dengan larutan bakteri konsorsium. Kemudian sampel ditaruh

22 Jurnal Pengelolaan Perairan Vol.1 (2): 19-26 Oktober 2018 ISSN: 2620-6552 ISSN: 1978-1520 dalam botol tertutup. Pengamatan perubahan degradasi sampah organik dilakukan setiap satu bulan sekali. Kajian data yang diamati dalam penelitian adalah masturasi kompos berdasarkan visualisasi yang terlihat tekstur, warna, bau, suhu. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Uji sinergi empat jenis bakteri Hasil uji sinergi empat jenis bakteri yaitu: S. aureus adalah bakteri Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp. dan Bacillus subtilis setelah diinkubsi selama 24 jm memper;ihatkan bahwa pada sampel isolat goresan pada garis bersiggungan tidak terlihat ada zona hambat atau zona bening. Arting, empat jenis bakteri tersebut diatas dapat bersinergi antara jenis satu bakteri dengan lainnya. 3.1.2. Bakteri simbion sebagai pengurai sampah organik Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sampah organik yang telah ditambahkan ekstrak bakteri Bacillus sp. yang merupakan bakteri simbion serasah mangrove mengalami perubahan bentuk morfologinya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa daun yang diikubasi dari bulan 20 Desember 2017 sampai dengan bulan 24 Februari 2018 mengalami perubahan struktur dari potongan besar menjadi potongan kecil seperti pada Gambar 1 berikut: a b c Gambar 1. Sampah organik yang telah diberi kultur bakteri Bacillus sp. dan mengalami penguraian. Hasil memperlihatkan bahwa terjadi proses penguraian daun yang mula-mula daun terlihat seperti Gambar 1.a, ditambahkan kultur bakteri Bacillus sp. dan diinkubasi seperti pada Gambar 1.b, setelah inkubasi selama ± 2 bulan, daun mengalami penguraian (Gambar 1c). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan bakteri Bacillus sp. yang diisolasi dari serasah mangrove menghasilkan enzim selulase (Khiangam et al.,

Jurnal Pengelolaan Perairan Vol.1 (2):19-26 Oktober 2018 ISSN: 2620-6552 ISSN: 23 2014) yang dapat memecah selulosa dari komponen organik seperti daun sehingga komponen penyusun daun yang didominasi oleh selulosa lama-kelamaan akan mengalami penguraian karena aktivitas enzim tersebut. 3.1.3. Bakteri Konsorsium sebagai pengurai sampah organik Hasil penelitian ini mempertlihatkan bahwa bakteri konsorsium (Bacillus sp., Pseudomonas sp., Flavobacterium sp., dan Acinetobacter sp.) yang diisolasi dari serasah mangrove juga dapat menguraikan sampah organik seperti hasil sebelumnya yang dapat dibuktikan pada Gambar 2 berikut: a b c Gambar 2. Sampah organik yang telah diberi kultur bakteri konsorsium dan mengalami penguraian. Hasil sampah organik yang telah diberikan bakteri konsorsium memperlihatkan bahwa terjadi proses penguraian daun yang mula-mula daun terlihat seperti Gambar 2.a, ditambahkan kultur bakteri konsorsium dan diinkubasi seperti pada Gambar 2.b, setelah inkubasi selama ± 2 bulan, daun mengalami penguraian (Gambar 2.c). Apabila dibandingkan dengan hasil penguraian oleh Bacillus sp. (Gambar 1.c) maka hasil penguraian sampah organik oleh bakteri konsorsium (Gambar 2.c) terurai menjadi partikel daun yang lebih kecil. Kerja bakteri konsorsium yang sinergis diduga menjadi penyebab proses pendegradasian pada bakteri konsorsium yang lebih baik dibandingkan dengan pendegradasian oleh Bacillus sp. 3.1.4. Hasil kompos berdasarkan visualisasi yang terlihat tekstur, warna, bau, suhu Hasil produksi kompos berdasarkan visualisasi memperlihatkan bahwa kompos hasil bakteri konsorsium empat jenis bakteri memperlihatkan bahwa produksi komposnya hampir sama dengan produksi kompos komersial, yaitu tekstur kompos remah, halus, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau dan kisaran suhu antara 28 C seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut.

24 Jurnal Pengelolaan Perairan Vol.1 (2): 19-26 Oktober 2018 ISSN: 2620-6552 ISSN: 1978-1520 Tabel. 1: Hasil kompos berdasarkan visualisasi yang terlihat tekstur, warna, bau, suhu Virsualisasi Tekstur Warna Bau Suhu ( C) Kompos remah Hitam Tidak bau 28 Kompos komersial remah Coklat gelap Tidk bau 28 3.2. Pembahasan Hasil penelitian tentang bakteri sinergi memperlihatkan bahwa tidak ada zona hambat pada goresan isolat yang bersinggungan dari empat jenis bakteri, yaitu Bacillus sp., Pseudomonas sp., Flavobacterium sp., dan Acinetobacter sp. Artinya, empat jenis bakteri diatas adalah bakteri yang sinergi dan mampu bekerja dalam bakteri konsorsium, yaitu bakteri yang bisa membentuk komunitas untuk menghasikan produk kompos. Terjadinya sinergi dari empat jenis bakteria konsortium disebabkan karena terjadi komunitas bakteri yang mana diantara bakteri saling mendukung dan bakteri dapat menghasikan produkyang dapat dimanfaatkan bersama. Hal ini diduga adanya empat faktor yang terjadi pada bakteri konsorsium, yaitu: salah satu anggota genus mampu menyediakan satu atau lebih faktor nutrisi yang tidak dapat disintesis oleh anggota genus lainnya; salah satu anggota genus yang tidak mampu mendegrasi bahan organik tertentu akan bergantung pada anggota genus yang mampu menyediakan hasil degrasi bahan organik tertentu; salah satu anggota genus melindungi anggota genus lain yang sensitif terhadap bahan organis tertentu dengan menurunkan konsentrasi bahan organik tertentu dengan menurunkan konsentrasi bahan organis yang bersifat toksik dengan cara memproduksi faktor protektif yang spesifik maupun non spesifik (Y Deng et al., 2005). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa bakteri konsorsium bekerja sangat efektif bila dibandingkan dengan menggunakan hanya menggunakan bakteri Bacillus subtilis. Bakteri konsorsium menguraikan bahan bahan organik lebih banyak sehingga dihasilkan potongan-potongan daun yang lebih kecil dari ukuran semula. Hasil kompos dengan menggunakan bakteri konsorsium warnanya hitam, bau seperti tanah, tekstur lunak dan ukuran, ph 5. Hal tersebut telah memenuhi standar kompos yang diatur dalam Peraturan Mentan No. 2/Pert/HK.060/2/2008. Aktivitas bakteri mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui proses mineralisasi dan asimilasi nitrogen. Bakteri dapat hidup dan berkembang biak pada organisme mati dengan menguraikan senyawa organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak melalui proses metabolisme tunggal seperti asam amino, gas CO 2, karbon,

Jurnal Pengelolaan Perairan Vol.1 (2):19-26 Oktober 2018 ISSN: 2620-6552 ISSN: 25 nitrogen, hidrogen, oksigen, fosfor, sulfur, atau unsur anorganik speri K, Mg, Ca, Fe, Co, Zn, Cu, Mn, dan Ni (Martinko et al., 2005). Berkurangnya ukuran partikel daun menujukkan perubahan tekstur kompos hal tersebut menandakan bahwa bakteri mendegradasi dengan semua unsur C pada daun, kompos sudah bertekstur remah. Bakteri konsorsium memiliki sifat spesifik meningkatkan unsur hara nitrogen, bakteri anaeorb fakultatif seperti Bacillus merupakan bakteri penambat nitrogen non-smbiotik, bakteri penambat nitrogen dapat berlangsung karena adanya ketersediaan senyawa nitrogen, nutrisi anaorganik, sumber energi, kelembaban yang tinggu serta suhu (Nasahi, 2010). Bakteri genus Pseudomonas mampu meningkatkan ketersediaan unsur fosfor. Kenaikan suhu dapat terjadi karena dalam aktivitas penguraian yang dilakukan oleh bakteri konsorsium akan menghasilkan panas. Pada umunnya suhu akan naik dan mencapai suhu maksimum. Setelah suhu maksimum tercapai suhu akan turun kembali sperti suhu awal. Penurunan suhu terjadi karena aktivitas bakteri konsorsium untuk mendegradasi semakin berkurang. Pada awal pengomposan media berbau seperti bahan bakunya yaitu: serasah daun, setelah akhir pengomposan berbau seperti tanah. Hal tersebut menandakan bahwa kompos telah matang. Warna kompos menunjukkan perubahan warna dari warna daun coklat menjadi hitam gambar 3c. Perubahan warna terjadi karena adanya proses dekomposisi oleh bakteri konsorsium yang mengubah bahan organik dengan rantai C kompleks menjadi bentuk C sederhana. Proses dekomposisi akan menyebabkan bahan yang dikomposkan (daun) kehilangan pigmen warna daun sehingga warnanya berubah kehitaman sesuai warna unsur penyusunnya. Pada proses pengomposan akan terjadi penguraian bahan organik oleh aktivitas bakteri konsorsium mengambil air, dan nutrisi dari bahan organik yang kemudian bahan organik tersebut akan mengalami penguraian dan membebaskan CO 2 dan O 2 (Gaur, 1982). Hasil kompos berdasarkan visualisasi yang terlihat tekstur, warna, bau, suhu memperlihatkan hasil yang sama dengan produksi kompos komersial. Artinya, bakteri konsorsium adalah koloni bakteri yang dahsyat dan dapat bersaing untuk dijadikan sebagai produk bioaktivator untuk kompos.

26 Jurnal Pengelolaan Perairan Vol.1 (2): 19-26 Oktober 2018 ISSN: 2620-6552 ISSN: 1978-1520 4. KESIMPULAN Bakteri yang dijadikan sebagai bakteri konsorsium yaitu: S. aureus adalah bakteri Psedomonas sp., Flavobacterium sp., Acinetobacter sp. dan Bacillus subtilis dapat saling bersinergi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa bakteri konsorsium dapat menguraikan daun menjadi kompos. Hasil kompos berdasarkan visualisasi yang terlihat tekstur, warna, bau, suhu memperlihatkan hasil yang sama dengan produksi kompos komersial. 5. SARAN Penelitian ini dapat menjadi acuan pengembangan produk yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih ditujukan kepada bapak F.X. Hartono, S.KM selaku Ketua Yayasan Kelompok Tani Bunga yang turut membantu dalam proses pembuatn kompos. DAFTAR PUSTAKA Deng, Y. & Wang, S.Y. 2016. Synergistic growth in bacteria depends on substrate complexity. J. Microbiol. (2016) 54 (1): 23-30. Gaur, A.C. 1982. A Manual of rural composting. In Improving Soil Fertility Through Organic Recycling. Project Field Document No. 15. Food and Agricultural Organization of The United Nation, Tome. Khiangam. 2014. Screening and identification of cellulose producing bacteria isolated from oil palm meal. Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 4 (04), pp 090-096, April 2014. Available online at http://www.japsonline.com Lestari, T. 2015. Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika. Martinko, J. M. & Madigan, M. T. 2005. Brock biology of microorganisms. ed: Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Nasahi, C. 2010. Peran Mikroba dalam Pertanian Organik. Universitas Padjajaran. Bandung. Pelczar & Chan, 2008. Dasar-Dasar mikrobiologi. Jakarta. UI Press Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Penterjemah Tedjo Baskoro. Edisi keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Todar, K. 2008. Online Textbook of Bacteriology. http://www.text book of bacteriology.net/index.html Widhitama, S., P. Purnomo, W. & Suryanto, A. 2016. Produksi dan Laju Dekompisisi serasah Mangrove Berdasarkan Tingkat Kerapatannya di delta Sungai Wulan, demak, jawa tengah. Diponegoro Journal of Maquares. 5(4): 311-319