HASIL DAN PEMBAHASAN. Bobot akhir ayam Broiler dari masing-masing perlakuan diperoleh dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

Tabel 8. Pengaruh Tepung Kulit Pisang Uli terhadap Serat Kasar, Lemak Kasar, dan Beta-Karoten Ransum Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi terhadap Koefisien Cerna Bahan Kering (KcBK)

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering. Jumlah Rata-Rata (menit)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

I. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

Tingkat Kelangsungan Hidup

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

Transkripsi:

32 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Akhir Bobot akhir ayam Broiler dari masing-masing perlakuan diperoleh dari hasil penimbangan di akhir penelitian. Rataan bobot akhir masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 ----------------------------(gram) --------------------------- 1 943 971 1009 1144 2 1030 935 995 1137 3 948 945 1008 1120 4 899 944 1002 1179 5 944 1017 975 1197 Jumlah 4764 4812 4989 5777 rata- rata 952,8 962,4 997,8 1155,4 Keterangan : P0 = Ransum tanpa mengandung probiotik (0%) P1 = Ransum mengandung probiotik 0,25% P2 = Ransum mengandung probiotik 0,50% P3 = Ransum mengandung probiotik 0,75% Tabel 8 menunjukkan bahwa rata - rata bobot akhir ayam broiler dari Perlakuan P0 (952,8 g/ekor), mengalami peningkatan hingga perlakuan P3 (1155,4 g/ekor). Hal ini menunjukkan bahwa ayam broiler yang ditambahkan probiotik Heryaki powder dalam ransumnya memiliki bobot akhir yang lebih baik dibandingkan dengan ayam broiler yang tidak diberi probiotik heryaki powder, hal tersebut terjadi dikarenakan mekanisme kerja probiotik Heryaki powder yang

33 mampu mencerna lemak, serat kasar, dan protein dalam pakan menjadi bahan yang mudah diserap, dapat meningkatkan aktivitas enzimatis dan meningkatkan aktivitas pencernaan serta penyerapan zat nutrisi yang baik sehingga pertumbuhan ternak lebih cepat dan produksi lebih meningkat. Dilakukan uji sidik ragam untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap bobot akhir ayam broiler. Hasil analisis sidik ragam yang tercantum dalam lampiran 4 dan 5, menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot akhir ayam broiler. Selanjutnya dilakukan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan yang hasilnya disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Akhir Perlakuan Rataan Bobot Akhir (gram) Signifikasi P0 952,8 a P1 962,4 a P2 997,8 a P3 1155,4 b Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, perbedaan terjadi di perlakuan P2 (997,8 gram) dan P3 (1155,4 gram) dengan bobot akhir yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak penggunaan probiotik Heryaki powder dalam ransum ayam broiler semakin baik hasilnya. Dalam penelitian ini penggunaan probiotik Heryaki yang menghasilkan bobot akhir paling baik adalah sebesar 0,75%. Beberapa laporan menunjukkan bahwa penggunaan probiotik dapat meningkatkan laju pertumbuhan yang berhubungan dengan manfaat probiotik yang dapat meningkatkan nafsu makan dan menghasilkan vitamin serta enzimenzim pencernaan. Memungkinkan probiotik tersebut dapat berperan sebagai

34 stimulasi pertumbuhan, sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan sekaligus bobot karkas broiler (Abrar dan Raudhati, 2006). Berdasarkan data rataan bobot akhir ayam broiler, hasil sidik ragam dan hasil uji jarak berganda Duncan sudah dapat dilihat bahwa perbedaan yang terjadi antara ayam yang diberikan perlakuan dan yang tidak diberikan perlakuan dengan tingkat penggunaan yang berbeda- beda sudah didapatkan hasilnya bahwa semakin tinggi penggunaan probiotik Heryaki powder didalam ransum mampu meningkatkan bobot akhir ayam broiler. Kondisi tersebut dapat terjadi dikarenakan mikroba bacillus subtillis dan lactobacillus casei yang terkandung di dalam probiotik Heryaki powder mampu hidup dan berkembang secara optimum dalam usus ayam, berspora sehinggga penyimpanannya lebih sederhana, dan menghasilkan enzim pencernaan seperti protease dan amilase yang dapat membantu pencernaan dan memproduksi asam- asam lemak. Peran lactobacilllus casei yang terkandung didalam Heryaki powder ini mampu membantu sistim pencernaan unggas, agar lebih mudah mencerna dan meningkatkan kapasitas daya cerna sehingga diperoleh zat pakan yang lebih banyak untuk pertumbuhan maupun produksi. Pemberian probiotik dari awal pemeliharaan menunjukan perbedaan yang nyata terhadap bobot akhir. Owings et al., (1990) menyatakan beberapa penelitian tentang probiotik, penggunaan probiotik didalam ransum ayam broiler tidak selalu mendapatkan hasil yang positif karena tingkat dosis yang diberikan, tingkat ketahanan bakteri terhadap kondisi ekstrim dalam saluran pencernaan, dan waktu pemberian yang terlalu singkat. Astuti et al., (2015) menambahkan bahwa probiotik tidak akan bekerja dengan baik jika dosis probiotik yang diberikan belum sesuai.

35 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Karkas Data hasil perhitungan terhadap rata-rata persentase karkas ayam broiler pada masing masing perlakuan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh Perlakuan Terhadap Rata rata Persentase Karkas (%) Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 -----------------------------(%) --------------------------- 1 59,77 62,57 67,00 67,05 2 60,87 63,93 65,39 66,84 3 61,70 63,70 63,94 66,29 4 64,61 64,05 63,99 66,84 5 61,03 65,23 65,42 67,25 jumlah 307,97 319,48 325,73 334,27 rata- rata 61,59 63,90 65,15 66,85 Keterangan : P0 = Ransum tanpa mengandung probiotik 0% P1 = Ransum mengandung probiotik 0,25% P2 = Ransum mengandung probiotik 0,50% P3 = Ransum mengandung probiotik 0,75% Tabel 10, menunjukkan bahwa rata rata persentase karkas ayam broiler dari perlakuan P0 ( 61,59 % ), mengalami peningkatan hingga perlakuan P3 menjadi ( 66,85 % ). Rataan persentase karkas tersebut menunjukan bahwa penggunaan produk probiotik Heryaki powder didalam ransum ayam broiler mampu meningkatkan persentase karkas dibanding dengan ayam broiler yang tidak diberi probiotik. Hasil rataan persentase karkas menunjukkan bahwa karkas hasil penelitian tergolong normal sesuai dengan pendapat North and Bell (1990), yang menyatakan bahwa persentase karkas broiler yang normal berkisar antara 65-75 %

36 dari bobot hidup, semakin berat ayam yang dipotong, maka karkasnya semakin tinggi pula. Pesti dkk., (1997) menyatakan bahwa persentase karkas berkisar antara 60,52-69,91% dari bobot hidup, semakin berat ayam yang dipotong, maka karkasnya semakin tinggi pula. Hasil analisis sidik ragam yang tercantum di lampiran 6 dan 7, menunjukkan bahwa penambahan ransum dengan probiotik Heryaki powder berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase karkas ayam broiler. Kemudian dilakukan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan terhadap persentase karkas menggunakan uji jarak berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Karkas Perlakuan Rataan Persentase Karkas (%) Signifikasi P0 61,59 a P1 63,90 b P2 65,15 bc P3 66,85 c Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, broiler yang diberi ransum mengandung probiotik Heryaki Powder memberikan persentase karkas yang nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan yang tidak diberi probiotik (P0). Semakin tinggi dosis probiotik Heryaki Powder yang diberikan dalam ransum broiler, maka semakin tinggi pula persentase karkas yang dihasilkan yaitu 66,85% pada perlakuan P3. Hal ini disebabkan karena zat aktif dalam probiotik dapat menurunkan lemak sehingga prosentase karkasnya meningkat. Semakin tinggi level pemberian probiotik maka akan meningkatkan penyerapan nutrisi dengan baik sehingga dapat mengurangi akumulasi lemak. Hal ini didukung dengan pendapat Adnan

37 (2011), bahwa banyaknya kandungan mikroorganisme hidup dalam usus ternak dapat mempengaruhi metabolisme dalam usus, meningkatkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan, sehingga produktivitas ternak lebih baik, kandungan lemaknya lebih rendah, sebab probiotik dapat meningkatkan energi metabolis (ME) dan Total Digestible Nutrien (TDN) sehingga imbangan antar protein dan energi lebih baik. 4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Lemak Abdominal Lemak abdominal merupakan hasil ikutan yang akan dibuang baik oleh produsen maupun konsumen. Rataan persentase lemak abdominal broiler yang diberikan perlakuan penambahan probiotik Heryaki powder dalam ransum disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Pengaruh Perlakuan Terhadap Rataan Persentase Lemak Abdominal (%) Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 -----------------------------(%) --------------------------- 1 2,08 2,28 1,94 1,36 2 1,88 2,00 1,68 1,52 3 2,06 1,70 1,78 1,51 4 2,38 1,95 1,86 1,48 5 2,45 1,95 1,82 1,53 jumlah 10,85 9,88 9,07 7,41 rata- rata 2,17 1,98 1,81 1,48 Keterangan : P0 = Ransum tanpa mengandung probiotik (0%) P1 = Ransum mengandung probiotik 0,25% P2 = Ransum mengandung probiotik 0,50% P3 = Ransum mengandung probiotik 0,75%

38 Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai rataan persentase lemak abdominal selama penelitian dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut diperoleh P0 (2,17 %), P1 (1,98 %), P2 (1,81 %), P3 (1,48 %). Rendahnya persentase lemak abdominal yang dihasilkan menunjukkan bahwa Kondisi perlemakan yang dihasilkan cenderung lebih baik. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa lemak abdominal merupakan hasil ikutan yang dapat mempengaruhi kualitas karkas. Oleh karena itu semakin rendah persentase lemak abdominal maka semakin baik karkas yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuniastuti (2002), bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas broiler ditentukan antara lain oleh jumlah lemak abdominal. Selanjutnya dilakukan uji sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap persentase lemak abdominal ayam broiler yang hasilnya terdapat pada Lampiran 8 & 9. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa penambahan probiotik dalam ransum broiler berpengaruh nyata (P<0,05) menurunkan persentase lemak abdominal. Kemudian dilakukan uji lanjut untuk mengatuhi perbedaan dari setiap perlakuan terhadap persentase lemak abdominal ayam broiler menggunakan uji jarak berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Lemak Abdominal Perlakuan Rataan Persentase Lemak Abdominal (%) Signifikasi P3 1,48 a P2 1,81 b P1 1,98 bc P0 2,17 c Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05). Berdasarkan hasil uji Duncan terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan antar perlakuan yang menunjukkan bahwa penggunaan probiotik Heryaki powder

39 dalam ransum yang paling optimal untuk bisa menghasilkan perlemakan ayam broiler paling baik yaitu sebesar 0,75%. Artinya aktifitas probiotik dalam saluran pencernaan turut mempengaruhi berkurangnya pembentukan lemak abdomen. Menurut Santoso dan Sartini (2001) probiotik secara efektif dapat menurunkan aktivitas asetil KoA karboksilase yaitu enzim yang berperan dalam laju sintesis asam lemak. Persentase lemak abdominal hasil penelitian berkisar antara 1,48%- 2,17% dari bobot badan. Nilai tersebut lebih rendah dari yang dilaporkan Jaelani dkk., (2014) bahwa persentase lemak abdominal ayam broiler dengan penambahan probiotik starbio dalam ransum adalah 2,55% -3,61%.