BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

HEART ATTACK PREVENTION

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

Karakteristik Umum Responden

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini


BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) memiliki berbagai perubahan fungsi organ, salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Kejadian pada Lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1. Karakteristik responden lansia penderita hipertensi di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Karakteristik Tidak Terkontrol Terkontrol Usia 98,4% 1,6% Jenis Kelamin L=49,2% P=50,8% L=50,8% P= 49,2% Merokok 44,4% 55,6% Konsumsi alkohol 27% 73% Konsumsi Sayur Buah 95,2% 4,8% Konsumsi Lemak 90,5% 9,5% Olahraga 93,7% 6,3% Stress 30,2% 69,8% Hasil penelitian di Puskesmas Pingit tercatat lansia hipertensi yang pernah kontrol sebanyak 370 orang.data dari puskesmas keliling di dapat dari tahun 2013-2014 angka hipertensi di desa Pingit mencapai 936 orang. Angka ini sudah tinggi karena sudah ada sekitar 60% dari jumlah lansia yang ada. 44

45 4.1.1 Pengaruh antara umur dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.1. Korelasi Pengaruh antara umur dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung (n=63) Usia Spearman's rho Usia Correlation Coefficient 1.000.445 ** Sig. (2-tailed)..000 Correlation Coefficient.445 ** 1.000 Sig. (2-tailed).000. **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Umur merupakan faktor risiko kuat yang tidak dapat dimodifikasi. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan (Staessen, 2000) Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 45 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Apabila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan, 2005) Dalam uji statistik yang dilakukan antara umur dan hipertensi dalam penelitian ini menunjukan signifikansi dengan nilai p= 0,000

46 dan r=0,445. Dimana batasanya adalah Jika angka sig > 0.05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen (var x) terhadap variabel dependen (var Y). Jika angka sig <0.05 maka ada pengaruh dari variabel independen (var x) terhadap variabel dependen (var Y). Dalam hal ini sama juga dengan penelitianya yang dilakukan oleh Sugiharto (2007). Yang menunjukan nilai signifikansinya p=0,0001 dan r=1,23. 4.1.2 Pengaruh antara Jenis Kelamin dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.2. Korelasi pengaruh antara Jenis Kelamin dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Jenis Kelamin Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 -.021 Sig. (2-tailed)..871 Jenis Kelamin Correlation Coefficient -.021 1.000 Sig. (2-tailed).871. Dalam Depkes (2006), hipertensi lebih banyak didapatkan pada laki-laki dibandingkan perempuan, karena laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah dibanding wanita, seperti merokok. Namun setelah memasuki masa menepouse, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Menurut Kumar, et all, (2005), wanita yang belum mengalami menopause

47 dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) sehingga mencegah terbentuknya aterosklerosis. Sebelum memasuki masa menepouse, wanita mulai kehilangan hormon estrogen sedikit demi sediki dan sampai masanya hormon estrogen harus mengalamiperubahan sesuai dengan umur wanita, yaitu dimulai sekitar umur 45-55 tahun Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh tidak terdapatnya pengaruh yang bermakna p=0,871 dan r=-0,21 antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia.hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Fauzia, 2011) diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan p=0,51 dan r=1,35 antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena menebalnya dinding arteri akibat dari akumulasi menumpuknya zat kolagen pada lapisan otot selama bertahun-tahun, yang berdampak pada penyempitan dan pengerasan pembuluh darah.selain itu, dapat pula disebabkan oleh penurunan refleks baroreseptor dan fungsi ginjal. Sehingga hal-hal tersebut dapat memicu timbulnya hipertensi tanpa memandang jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan (Kumar, 2005).

48 4.1.3 Pengaruh antara merokok dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.3. Korelasi pengaruh antara merokok dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Merokok Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 -.015 Sig. (2-tailed)..909 Merokok Correlation Coefficient -.015 1.000 Sig. (2-tailed).909. Menurut Depkes RI Pusat Promkes (2008), telah dibuktikan dalam penelitian bahwa dalam 1 batang rokok mengandung berbagai zat kimia. Bahan utama rokok terdiri dari tiga zat, yaitu 1) Nikotin, berdampak pada jantung dan sirkulasi darah maupun pembuluh darah. 2) Tar, mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan menyebabkan kanker. 3) Karbon Monoksida (CO), yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. Zat-zat kimia tersebut dapat merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga menyebabkan penumpukan plak dan lama-kelamaan akan terjadi peningkatan tekanan darah atau munculnya penyakit hipertensi. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna p=0,909 dan r=-0,015 antara merokok

49 dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauzia (2011) didapatkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan p=0,35 dan r=0,50 antara merokok dengan kejadian hipertensi. Keterbatasan penelitian ini, dalam hal riwayat merokok adalah peneliti menggunakan usia lebih dari 45 tahun yang masih merokok sebagai subjek penelitian. Peneliti berasumsi bahwa Rentang Usia Tersebut Dapat Mendeteksi Dampak Yang Akan Di timbulkan oleh rokok untuk menderita hipertensi dan akan terakumulasi dalam beberapa tahun kemudian yaitu sekitar usia 40 tahun ke atas (Depkes, 2008). Selain itu kajian mengenai riwayat merokok sendiri dalam penelitian ini tidak ada. Sehingga temuan ini harus di uji lagi dengan mengkaji riwayat merokok. Dalam penelitian lain menjelaskan bahwa merokok sebagai hal utama yang menyebabkan hipertensi. Kandungan nikotin dalam tembakau dapat menyebabkan berkurangnya asupan oksigen ke jantung, peningkatan pembekuan darah, merusak sel-sel pembuluh darah serta meningkatkan laju jantung dan tekanan darah. Selain nikotin, terdapat 4000 zat lainnya dalam rokok yang juga mempengaruhi kesehatan jantung (Bowman, 2007). Pengaruh tersebut akan memperburuk keadaan jantung jika ditambah faktor lain seperti: kegemukan, tingginya kadar kolesterol, konsumsi alkohol berlebih dan diabetes. Perokok tentu beresiko

50 tinggi terhadap gangguan kesehatan akibat rokok. Selain itu asap rokok dapat berdampak terhadap orang yang menghirupnya (disebut perokok pasif) untuk terjadinya penyakit / gangguan kesehatan yang sama (Depkes, 2008). Maka dari itu untuk menghindari hipertensi, seseorang juga perlu menghindari rokok. 4.1.4 Pengaruh antara Alkoholik dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.4. Korelasi pengaruh antara antara Alkoholik dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Konsumsi Alkohol Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000.104 Sig. (2-tailed)..419 Konsumsi Alkohol Correlation Coefficient.104 1.000 Sig. (2-tailed).419. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi.peminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti (Suryono, 2001) Orang orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus

51 diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh tidak terdapatnya pengaruh yang bermakna p=0,419 dan r=0,104 antara Alkoholik dengan kejadian hipertensi pada lansia.hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Aris Sugiharto (2011) dengan angka signifikansinya p=0,15 dan r=2,52. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa konsumsi alkohol tidak berisiko hipertensi. Karena mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada seseorang (Fauzia, 2011). 4.1.5 Pengaruh antara Konsumsi buah dan sayur dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.5. Korelasi pengaruh antara antara Konsumsi buah dan sayur dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Konsumsi Buah&Sayur Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000.003 Sig. (2-tailed)..983 Konsumsi Buah&Sayur Correlation Coefficient.003 1.000 Sig. (2-tailed).983.

52 Mengkonsumsi buah dan sayur sangatlah penting bagi kesehatan tubuh karena mengandung berbagai mineral, vitamin serta serat (Depkes, 2008). Asupan serat yang cukup dapat menetralisir kenaikan kadar lemak darah (Susanto, 2010). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh tidak terdapatnya pengaruh yang bermakna p=0.983 dan r=0,003 antara konsumsi buah dan sayur dengan kejadian hipertensi pada lansia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sarasaty (2011). p=0.012 dan r=0,676. Dalam Aisyiyah (2009), menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi sayur dan buah, penurunan konsumsi lemak pangan, disertai dengan penurunan konsumsi lemak total dan lemak jenuh, dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi buah dan sayur >400 gr/hari dapat menurunkan risiko hipertensi dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu aktivitas antioksidan, pengaruh serat, mineral kalium, dan magnesium. Krisnatuti (2005) juga memaparkan bahwa serat pangan berguna untuk membantu pengeluaran kolesterol melalui feces. Selain itu konsumsi serat sayuran dan buah akan mempercepat rasa kenyang, sehingga dapat mengurangi penambahan energi dan obesitas, yang berefek pada menurunnya risiko hipertensi.

53 4.1.6 Pengaruh antara Konsumsi lemak dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.6. Korelasi Pengaruh antara Konsumsi lemak dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Konsumsi Lemak Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 -.112 Sig. (2-tailed)..380 Konsumsi Lemak Correlation Coefficient -.112 1.000 Sig. (2-tailed).380. Cahyono (2008) menambahkan bahwa didalam usus makanan yang berlemak akan dirubah menjadi kolesterol. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya ateroklerosis. Pembentukan ateroklerosis ini, lama-kelamaan membentuk plak yang berdampak pada penyempitan dan berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna p=0,380 dan r=-0,112 antara konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi.hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauzia (2011) yang menunjukkan bahwa tidak ada

54 pengaruh yang bermakna p=0,67 dan r=0,50 antara konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi. Suhardjo (2006) menyatakan bahwa kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan makanan. Sehingga jika seseorang tidak suka terhadap makanan sumber lemak, maka akan cenderung tidak memilih makanan tersebut untuk dikonsumsi oleh dirinya. Tetapi jika seseorang menyukai ikan asin maka akan sering pula mengkonsumsinya. 4.1.7 Pengaruh antara Olahraga dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.7. Korelasi pengaruh antara Olahraga dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Olahraga Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 -.093 Sig. (2-tailed)..467 Olahraga Correlation Coefficient -.093 1.000 Sig. (2-tailed).467. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.selama beraktifitas, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari

55 tubuh (Supariasa, 2001). Berolahraga teratur baik untuk menambah kekuatan jantung dalam memompa darah yang berefek pada pengontrolan tekanan darah, dan cukup dilakukan dengan olahraga ringan atau sedang sehari tiga hinga lima kali dalam seminggu dan minimal 30 menit (Susanto, 2010). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna p=0,467 dan r=-0,093 antara olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan Wijayanti (2010) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna p=0,17 dan r=0,22 antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi lansia. Tidak terdapatnya pengaruh dapat dimungkinkan karena olahraga yang dilakukan lansia masih belum sepenuhnya dengan mekanisme yang baik. Maksudnya adalah pada saat mereka melakukan olahraga, jenis, waktu, intensitas serta frekuensinya kurang tepat atau terlalu lama sehingga tidak sesuai dengan standar kesehatan.

56 4.1.8 Pengaruh antara Stress dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tabel 4.1.8. Korelasi pengaruh antara Stress dengan hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Stres Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000.148 Sig. (2-tailed)..246 Stres Correlation Coefficient.148 1.000 Sig. (2-tailed).246. Cahyono (2008) memaparkan bahwa stres adalah respon fisiologik, psikologik, dan perilaku seseorang untuk penyesuaian diri terhadap tekanan. Sedangkan menurut Hawari (2001), stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (stresor psikososial) yang berefek pada sistem kardiovaskuler. Susanto (2010) dan Depkes RI (2006) menambahkan bahwa stres dapat merangsang ginjal melepaskan hormon adrenalin, yang menyebabkan tekanan darah naik dan meningkatkan kekentalan darah.selain itu, dapat mempercepat denyut jantung serta menyempitnya pembuluh darah.jantungpun berdenyut lebih kuat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna p=0,246 dan r=0,148 antara kejadian stres

57 dengan kejadian hipertensi.hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sarasaty (2011) bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna p=0,070 dan r=0,60 antara stres dengan kejadian hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena adanya bias informasi, seperti responden merasa malu dan tidak jujur pada saat menjawab kuestioner, serta bias waktu karena ketika dilakukan pengumpulan data responden sedang tidak mengalami stres atau masalah tertentu yang dapat menimbulkan terjadimya stres berkepanjangan. Dimaksudkan pula bahwa kemungkinan stres yang dialami oleh lansia dapat segera diatasi sehingga tidak menimbulkan efek yang berkepanjangan. 4.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain : Responden pada penelitian ini adalah usia lanjut laki-laki atau perempuan dari dari umur 45 sampai 70 tahun, beberapa orang mungkin memiliki keterbatasan daya ingat. Maka dari itu, pewawancara harus memiliki kemampuan yang baik dalam mengatur jalannya wawancara.

58 Pengumpulan data makanan untuk konsumsi natrium, lemak serta buah dan sayur yang tentunya memiliki kelemahan dalam tingkat ketelitiannya karena memerlukan daya ingat lansia ketika mengkonsumsinya. Hal ini dimungkinkan lansia bisa saja lupa dengan makanan yang dikonsumsinya, sehingga hanya mengirangira ketika menjawab kuesioner tersebut. Ketepatan diagnosis penyakit. Hal ini dapat menyebabkan bias, karena dalam penelitian ini untuk mendiagnosis seseorang terkena hipertensi hanya menggunakan pengukuran tekanan darah dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah tanpa adanya pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnosis lainnya. Untuk mengurangi terjadinya bias, maka pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali dalam waktu yang berbeda selama penelitian.