One Years Later S atu tahun sudah persahabatan mereka telah dilalui, kini mereka menduduki kelas XII SMP dan Ujian Nasional akan segera berlangsung dalam beberapa bulan. Rasa kagum diantara Rusdy dan Dyah semakin membesar dan berubah menjadi rasa cinta. Alfiah kini mulai meninggalkan gabungan bahasanya yaitu Sunda-Inggris, karena sekarang ia mulai terbiasa berbicara seperti orang lain. Tapi siapkah, mereka akan berpisah jika Ujian Nasional telah dilaksanakan dan setelah nilai mereka keluar? Hanya mereka lah yang akan menentukan takdir mereka yang telah tuhan tuntun. Kini mereka tengah duduk disebuah restoran sembari makan siang bersama setelah pulang sekolah. Nampak disana terdapat Dyah, Mia, Alfiah dan Rusdy, Ishaq dan satu pemuda baru yang masuk dalam persahabatan mereka yaitu Rendra. Rendra adalah seorang pemuda Realistis, berpandangan kedepan, tidak suka bertele-tele, dan mudah sekali begurau. Pemuda sederhana seperti dia mungkin terdiri satu dibanding sejuta orang didunia ini. Nampak mereka tengah makan disebuah meja panjang sembari melakukan Video Call dengan Alda
yang kini sudah menjadi cantik selama di Amerika. Nampak mereka tengah bahagia dan tertawa bersama meski via video call. "Jadi kalian ini lagi kencan gitu?" Tanyanya Alda didalam video. "Kencan? Enggak!! Kita nggak kecan. cuman kita jadi obat nyamuknya Alfiah sama Ishaq." Serunya Mia yang sedikit bergurau. "Apaan? heh. Kamu yang ngajak kita makan juga. Malah nuduh aku yang enggak-enggak." Serunya Alfiah membela diri. "Dibayar berapa kalian sama Alfiah? hmm?" Tanyanya Alda. "Dibayar pakai makanan doang!!" Serunya Dyah. "Eh, Tapi lumayan loh. Menghemat biaya uang jajan." Ujarnya Alda. "Bener banget tuh. Setuju. Setuju banget." Sahutnya Alfiah yang berseru kepada Alda. "Hm... jadi gini nih!! Yang udah bertahun-tahun pisah.. bukannya belain sahabatnya yang lagi sengsara.. malah disengsarain dua kali. Mentang
mentang sekarang udah cantik dan nggak gembul lagi!!" Serunya Dyah yang tengah menyindir Alda. Alda pun tertawa ketika mendengar ungkapan Dyah. Tiba-tiba terdengar suara jam tangan Dyah tengah berdering bunyi, hingga membuat Rusdy diam-diam heran dengan Dyah. Lalu Dyah pun lantas berpamitan kepada yang lainnya untuk pergi sejenak ke toilet. "Aku ketoilet dulu ya?" Pamitnya Dyah. Setelah itu Dyah pun pergi membawa tas jinjingnya untuk pergi ketoilet. Tak lama juga Rusdy juga berpamitan kepada teman-temannya untuk segera pergi ketoilet karena ingin buang air kecil. "Aku ketoilet dulu ya?" Pamitnya Rusdy. Rusdy pun lantas pergi untuk segera ke toilet. Tapi ternyata Dyah tak pergi ketoilet, melainkan halnya Dyah keluar melalui pintu belakang. Entah kemana ia akan pergi, tapi nampaknya ia menghampiri Kios kecil dan membeli minuman disana. Si penjual pun memberikan sebotol air putih kepada Dyah dan Dyah pun membayarnya dengan selembar uang Lima ribu rupiah. Lantas Dyah pun mengeluarkan sebuah botol, dan dituangkannya dua butir obat berwarna putih ketangan kirinya, setelah itu ia menutup kembali botol obat tersebut dan memasukkannya lagi kedalam tas. Kemudiam Dyah
memasukan dua butir obat tersebut kemulutnya dan disusul dengan air putih untuk mengalirkan obat tersebut kedalam tenggorokkannya itu. Sementara itu didalam restoran nampak Mia, Alfiah, Ishaq dan Renda masih Video Callan dengan Alda. Lalu Ishaq pun menanyakan kapan Alda kembali ke Indonesia untuk berkumpul kembali, Tapi jawaban Alda pun sangat mengejutkan. "Kapan lo balik kesini?" Tanyanya Ishaq. "Uhm.. kayaknya aku juga harus ngelanjutin SMA aku disini juga deh." Ujarnya Alda. "Terus, kapan kamu ketemu sama sahabatsahabat kamu yang terus nungguin kamu. Apalagi Dyah yang selalu ngarepin kamu balik kesini." Ujarnya Rendra bertanya. "Aku nggak tahu kapan aku bisa balik kesana." "Tapi kamu harus janji sama kita, kalau kamu bakalan balik lagi. Ngerti?" "Aku nggak mau buat janji. Karena janji itu sangat menyakitkan untuk dibuat lalu dilupakannya lagi." Ujarnya Alda.
Kemudian Alda pun menemukan idea yang brilian untuk mereka agar bertemu lagi dan kumpul seperti dahulu. "Kenapa kalian nggak kesini aja?" Ujarnya Alda. "Oh iya ya.. Kenapa nggak kepikiran!!" Serunya Alfiah yang menyetujui Alda. "Ok kalau gitu, setelah kita lulus nanti, Kita bakalan pergi kesana. Dan jangan lupa kamu jemput kita dibandara. Ok?" Pintanya Mia. "Tunggu.. tunggu, Dyah sama Rusdy mau enggak?" Tanyanya Ishaq." "Pasti mau lah. Ntar aku yang ngomong kemereka." Ucapnya Mia yang enteng. Ketika malam hari telah tiba, nampak sepasang kaki tengah berjalan menaiki tangga untuk yang sedang menuju kekamarnya Dyah. Setelah sampai didepan kamarnya Dyah, terbukalah pintu kamarnya Dyah yang tengah didorong oleh sebuah tangan berkuklit putih dan bergelangkan pelangi. Ternyata itu adalah seorang Pemuda yang tampan dan sebayanya dengan Dyah, dan pemuda tersebut bernama Nathan.
Nathan adalah seorang pemuda Realistis, ia sejak kecil telah menyukai Dyah dan berharap Dyah bisa menjadi kekasih hidupnya. Tetapi tanpa ia tahu, Dyah sangat menyayanginya, tetapi bukan halnya sebagai kekasih, melainkan sebagai kakak. Nathan pun lantas duduk disamping Dyah dan melihat Dyah yang sudah tertidur lelap diatas Kasur. Dyah pun terbangun karena mencium aroma parfum dari Nathan yang tercium sangat tajam dan harum. Sontak Dyah pun lantas duduk dan sekejap memeluk erat Nathan sembari berseru menyebut nama Nathan. "Nathan!!" Serunya Dyah yang sangat merindukan Nathan. "Kamu apa kabar Dy?" Tanyanya Nathan. "Kamu yang apa kabar." Tanyanya balik Dyah dan kemudian melepaskan melukkannya. "Kemana aja kamu selama ini? kamu nggak ada kabar sama sekali selama setahun ini. Gimana? kamu sudah lulus kan? Terus kamu mau ngelanjutin sekolah kamu? Dimana? Ayo coba cerita sama aku." "Maaf aku nggak bisa ngabarin kamu, Handphone aku rusak jadi aku nggak bisa hubungin kamu. Aku nggak punya laptop, dan warnet dari rumah aku jauh banget jadi aku nggak bisa kirim email kekamu. Tapi sekarang aku punya laptop, dan
aku.. akan ngelanjutin sekolah di Amerika. Sekolah perfilman." "Amerika?" Terkejutnya Dyah yang sangat bahagia. "Iya!" "Kalau gitu kita sama dong? Lulus nanti.. aku juga ngelanjutin kuliah aku ke Amerika sama yang lainnya?" "Oh ya? Siapa aja?" "Mia, Alfiah, Rusdy, Ishaq sama Rendra." "Tunggu tunggu, Rusdy? Siapa lagi itu? Pacar kamu?" "Loh, emangnya aku belum cerita sama kamu?" "Belum. Kamu cuma cerita tentang Mia, Alfiah, Ishaq dan Rendra aja kan?" "Masa?" "Hmm.. jangan jangan... kamu udah mulai pacaran ya!!!" Serunya Nathan yang menggoda Dyah.
"Enggak.. aku masih belum pacaran!! Jangan sok tahu gitu deh." Ucapnya Dyah yang tersipu malu. "Bohong!!" "Udah udah, ganti topik.. ganti topik." "Ok.. Ok!! Terus, teman kamu yang namanya Alda itu gimana? Dia juga ikut kan?" "Ya ikutlah.. dia udah kesana duluan" "Loh kok bisa?" "Waktu itu.. ayahnya udah kerja di Amerika. Nah ayahnya itu tinggal disana selama bertahuntahun, dan perasaan sang ayah kan pasti nggak bisa jauh dari keluarganya kan? Akhirnya.. ayahnya balik keindonesia dan sehari kemudian ayahnya mau bawa Alda dan juga istrinya buat tinggal disana sama-sama. Yaudah deh, kita pisah selama setahun." "Oh gitu. Ngomong-ngomong, Ibu kemana? kok rumah sepi banget." Ujarnya Nathan bertanya. "Ibu lagi ada pekerjaan di Surabaya selama dua hari." "Oh gitu. Yaudah, aku pulang ya?"
"Disini aja. Malam ini kamu harus nemenin aku tidur. Ok." "Yaudah, kalau gitu aku tidur dibawah." "Enggak. Kamu tidur disini aja, disebelah aku. Aku udah lama nggak tidur sama kamu." "Yaudah, ok." Lantas Dyah pun bergeser dan Nathan pun membaringkan tubuhnya untuk tidur disebelah Dyah. Tak ada rasa malu diantara mereka untuk tidur berdua sebagai kakak beradik semata.