BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi kayu (ketela pohon) atau Cassava sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk di dunia. Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua provinsi di Indonesia. Potensi nilai ekonomi dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang berdaya guna, bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Ubi kayu saat ini sudah digarap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Aneka makanan yang dibuat dari ubi kayu, selain suplai energi (kalori) cukup tinggi, kandungan gizinya juga berguna bagi kesehatan tubuh. Hal yang penting diperhatikan dalam menghidangkan aneka macam makanan dari ubi kayu adalah memilih jenis atau varietas ubi kayu yang berkadar asam sianida (HCN) rendah. Cara menghilangkan kadar HCN adalah dengan dibilas dengan air sebelum dimasak sampai matang (Rukmana, 2002). Proses pembuatan tapioka tergolong sangat sederhana, namun banyak hal yang belum dipahami sepenuhnya oleh para pengusaha tepung tapioka. Proses pembuatan tepung tapioka memerlukan air dalam jumlah yang relatif banyak yaitu 12-15 kali berat bahan baku. Air yang digunakan meliputi air bersih yang memenuhi standar air minum untuk keperluan pencucian dan perendaman singkong yang telah dikupas, ekstraksi, pencucian dan perendaman aci basah, pencucian singkong serta air mengalir untuk pencucian singkong berkulit (Suprapti, 2005).
Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Kerap kali air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi. Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana air telah mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas (Ginting, 1992). Dalam penanganan air limbah, mikroorganisme merupakan dasar fungsional untuk sejumlah proses penanganan. Hal utama dalam penanganan air limbah adalah pengembangan dan pemeliharaan kultur mikroba yang cocok. Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem penanganan air limbah. Dalam air dan penanganan air limbah bakteri penting karena kultur bakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bahan organik dan mineral-mineral yang tidak diinginkan dari air limbah (Jenie, 1993). Alternatif solusi pengolahan limbah cair tapioka adalah dengan menggunakan teknologi EM (Effective Microorganisms). EM (Effective microorganisms) merupakan kultur campuran mikroorganisme yang mampu melakukan biodegradasi limbah organik, seperti senyawa karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. Mikroorganisme EM memerlukan bahan organik untuk mempertahankan hidupnya seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral lainnya (Higa, 1998). Salah satu jenis teknologi EM adalah teknologi Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria). Degra Simba merupakan bio-prosesor untuk pengolahan limbah organik dari sektor perumahan, hotel, apartemen, rumah sakit, pabrik makanan olahan, restauran dan gedung perkantoran (http://degrasimbasolusiwctanpasedot.blogspot.com). Penelitian mengenai penggunaan bakteri untuk pengolahan limbah cair pabrik tapioka sudah banyak dilakukan, diantaranya adalah Pengolahan Limbah
Cair Tapioka Dengan Teknologi EM (Effective Microorganisms) oleh T. Abu Hanifah dkk. Pada penelitian ini bakteri yang digunakan adalah EM4 khusus untuk pengolahan limbah. Penelitian yang dilakukan oleh Martia Siti Akhirruliawati dan Shofiyatul Amal tentang Pengolahan Limbah Cair Pati Secara Aerob Menggunakan Mikroba Degra Simba hanya meneliti pengaruh mikroba Degra Simba terhadap nilai COD (Chemical Oxygen Demand). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang kemampuan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba terhadap penurunan kadar sianida (CN - ) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka. 1.2. Permasalahan 1. Apakah bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba dapat menurunkan kadar sianida (CN - ) yang terdapat didalam limbah cair pabrik tapioka. 2. Apakah pengaruh volume bakteri Degra Simba yang ditambahkan lebih dominan dibandingkan dengan waktu degradasi. 1.3. Pembatasan Masalah 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari in let instalasi pengolahan air limbah pabrik tapioka yang belum mendapat perlakuan pengolahan. 2. Penelitian ini menggunakan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba untuk penurunan kadar sianida (CN - ) yang terdapat di dalam limbah cair pabrik tapioka. 3. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kandungan sianida (CN - ) yang terdapat di dalam limbah cair pabrik tapioka sebelum dan sesudah penambahan bakteri pengurai jenis Degra Simba.
4. Penentuan kadar sianida (CN - ) menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang (λ) = 576 nm. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria) terhadap penurunan kadar sianida (CN - ) yang terdapat dalam limbah cair pabrik tapioka. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai salah satu alternatif pengolahan limbah cair pabrik tapioka terutama untuk penurunan kadar sianida (CN - ) yang terdapat didalam limbah cair pabrik tapioka. 1.6. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Pusat Kajian Sumberdaya Alam dan Energi. 1.7. Metodologi Penelitian 1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium. 2. Sampel limbah cair diambil dari in let Instalasi Pengolahan Air Limbah pabrik tapioka yang belum mendapat perlakuan pengolahan. 3. Penurunan kadar sianida (CN - ) dengan menggunakan bakteri pengurai limbah cair jenis Degra Simba (Degradable Symbiosis Bacteria).
4. Penentuan kadar sianida (CN - ) dilakukan dengan metode kolorimetri secara spektrofotometri, menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang (λ) = 576 nm.