Perkembangan Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan Di Kota Batam

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Pulau Batam

Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Kepulauan Seribu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

PERKEMBANGAN POLA TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU

Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Pulau Karimun Kepulauan Riau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

PERIODISASI MIOSSEC DALAM PERKEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU BATAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

2015 KEMENARIKAN SUNGAI MUSI SEBAGAI WISATA SUNGAI DI KOTA PALEMBANG

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta bersifat sementara untuk menikmati objek atau daya tarik wisata.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara Adi Soemarmo

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN

Denpasar, Juli 2012

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

Transkripsi:

Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 3, A087-091, Oktober 2018 https://doi.org/10.32315/sem.3.a087 Perkembangan Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan Di Kota Batam Laboratorium Desain Perumahan dan Lingkungan Permukiman, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Korespondensi: nurul_nadjmi@yahoo.com Abstrak Kota Batam merupakan kawasan administrasi Kepulauan Riau, kawasan ini memiliki potensi pariwisata berupa gugusan kepulauan. Gugusan kepulaun ini memiliki karakteristik yang berbedabeda untuk dijadikan daya tarik wisata, diantaranya adalah wisata bahari, wisata sejarah dan wisata cagar alam (konservasi), wisata MICE, wisata resort, wisata belanja, wisata olah raga, dan wisata kuliner. Banyaknya jumlah pulau di Kota Batam, baru beberapa yang digunakan untuk kegiatan pariwisata, diantaranya ialah P. Batam, P. Rempang, P. Galang, P. Galang Baru yang merupakan pulau-pulau dengan kunjungan wisata terbanyak karena memiliki daya tarik berupa wisata pantai, laut, wisata belanja, wisata olah raga dan wisata alam. Perkembangan kawasan pariwisata di Kota Batam sangat maju daripada kawasan pariwisata yang berada di Kepulauan Riau. Beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan, namun hanya wisata belanja, resort dan kuliner yang berkembang sehingga perlu adanya konsep dalam pengelolaan kawasan destinasi pariwisata di Kota Batam agar potensi-potensi wisata yang ada didalamnya dapat lebih berkembang lagi. Penelitian ini ini menggunakan pendekatan rasionalisme, di dalamnya menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menghasilkan pembagian periode perkembangan pada wilayah penelitian, periode tersebut terdiri dari periode awal, pertengahan dan periode akhir. Pada periode awal terdapat pemicu perkembangan kawasan pariwisata yaitu adanya aksesibilitas ke dan dari kawasan destinasi pariwisata di Kota Batam, yaitu adanya terminal pelabuhan ferry internasional dan domestik, serta adanya Bandar udara internasional. Periode pertengahan, terdapatnya pemicu kegiatan dengan adanya kawasan industri dan perdagangan, yang menjadikan Kota Batam sebagai kota yang menjanjikan untuk para pencari kerja, sehingga dengan sendirinya kawasan ini terkenal dan menjadi pusat perhatian bagi para wistawan, dan periode akhir, dimana terdapat pemicu perkembangan adalah adanya kawasan wisata resort, dan kawasan wisata belanja yang pada akhirnya mengubah citra Kota Batam dari Kota industri menjadi kota tujuan destinasi pariwisata dan melahirkan kawasan destinasi wisata yang menunjang wisata lainnya yang berada di Kota Batam. Kata-kunci: Perkembangan kawasan destinasi, periodesasi perkembangan, pariwisata kepulauan di Kota Batam. Pengantar Kegiatan wisata tak dapat dipungkiri akan selalu menjadi kebutuhan dasar setiap manusia untuk menghilangkan kejenuhan yang dilakukan setiap hari. Pariwisata menurut Robert McIntosh dan Shaskinant Gupta adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. Menurut Richard Sihite menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut: Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin ISBN 978-602-51605-3-0 E-ISBN 978-602-51605-4-7 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI A 087

Perkembangan Kawasan Destinasi Parawisata Kepulauan Di Kota Batam sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan tamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Melihat fakta bahwa manusia akan selalu membutuhkan wisata, maka industri pariwisata akan selalu menjadi hal yang tidak akan pernah mati. Kepulauan merupakan salah satu potensi tujuan wisata yang memberikan bentuk wisata yang berbeda dengan wisata pada daratan pada umumnya, hal ini disebabkan kondisi geografis kepulauan memiliki ciri yang khas. Kota Batam merupakan kota yang berbentuk kepulauan, lebih dari 300 pulau yang berada di kota ini. Yang memiliki beragam jenis wisata yang menjadi daya tarik dalam merespon motivasi wisatawan untuk datang. Jenis wisata yang ada di Kota Batam adalah wisata pantai hampir berada di seluruh pulau yang berada di Kota Batam, wisata cagar alam berada di Pulau Batam, wisata sejarah berada di pulau Batam dan Galang Baru, wisata belanja berada di pulau Batam, wisata kuliner berada di pulau Batam, Rempang dan Galang, wisata olah raga di pulau Batam, wisata Resort berada di Pulau Batam. Keberagaman jenis wisata dapat dilihat dari penggunaan pulau di Kota Batam, yang menjadi objek penelitan ada 4 pulau wisata yang besar, yang berada pada wilayah administratif di Kota Batam. Beberapa model perkembangan destinasi ditawarkan antara lain dengan pendekatan evolusi yang dikembangkan oleh Miossec (Davidson dan Mitland, 2002 dan Pearce, 1989) yang menekankan pada perubahan dalam penyediaan fasilitas (resort dan jaringan transportasi) serta sikap dan perlaku wisatawan dan masyarakat setempat, secara periodesasi atau bertahap. Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalisme yang bersumber pada teori dan kebenaran empirik. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan prekristrif yang berguna untuk mendapatkan data primer maupun sekunder kemudian dianalisa untuk memperoleh hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Metode sampling yang ditempuh dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau sampling bertujuan. Adapun yang dijadikan sampel penelitian adalah diperoleh stakeholder kunci dan stakeholder utama yang berpengaruh dan dapat memberikan informasi yang spesifik berdasarkan pandangan dan kepentingan kelompok sampel tersebut sebanyak dan seakurat mungkin. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa deskriptif untuk memaparkan karakteristik dan potensi wilayah studi, setelah itu mencari faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan kawasan pariwisata kepulauan serta kriteria perkembangannya menggunakan analisa deskriptif eksploratif untuk mencari permasalahannya dan analisa komparatif untuk mencari solusinya. Kemudian menggunakan analisa deskriptif dengan teknik triangulasi dalam menentukan arahan perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Kota Batam. Hasil dan Pembahasan 1. Identifikasi Karakteristik dan Potensi Wilayah Objek Daya Tarik Wisata di Kota Batam Analisa ini ini bertujuan untuk menjabarkan potensi dan karakteristik masing-masing kawasan secara periodesasi sehingga mendapatkan perkembangan pola kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Kota Batam dengan metode pendekatan Miossec. A 088 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI

a. Periode Awal Pada periode awal terdapat pemicu perkembangan kawasan pariwisata yaitu adanya aksesibilitas ke dan dari kawasan destinasi pariwisata di Kota Batam, yaitu adanya terminal pelabuhan ferry internasional dan domestik, serta adanya bandar udara internasional. Karena dengan adanya aksesibilitas tersebut sehingga pembangunan di Kota Batam dapat terlaksana dengan baik dan pembangunan infrastruktur penunjang perkembangan kawasan di Kota Batam dapat berjalan lancar sampai kepelosok kawasan di Kota Batam pada periode ini. Gambar 1. Aksesibilitas di Kota Batam Sumber: Nadjmi, 2014 b. Periode pertengahan Pada periode ini terdapat pemicu kegiatan dengan adanya kawasan industri dan perdagangan, yang menjadikan Kota Batam sebagai kota yang menjanjikan untuk para pencari kerja, sehingga dengan sendirinya kawasan ini terkenal dan menjadi pusat perhatian bagi para wistawan. Gambar 2. Sebaran Kawasan Industri di Kota Batam, Sumber: Nadjmi, 2014 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI A 089

Perkembangan Kawasan Destinasi Parawisata Kepulauan Di Kota Batam c. Periode Akhir Dimana terdapat pemicu perkembangan adalah adanya kawasan wisata resort, dan kawasan wisata belanja yang pada akhirnya mengubah citra Kota Batam dari Kota industri menjadi kota tujuan destinasi pariwisata dan melahirkan kawasan destinasi wisata yang menunjang wisata lainnya yang berada di Kota Batam. Gambar 3. Sebaran Atraksi wisata di Kota Batam Sumber: Nadjmi, 2014 2. Menganalisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu Adapun dari penelitian ini menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Kota Batam agar fakto-faktor ini dapat digunakan dalam proses perkembangan pariwisata di Kepulauan Riau. Faktor-faktor yang didapat berasal dari variabel destinasi pariwista kemudian dianalisa deskriptif dengan membandingkan kondisi eksisting secara periodesasi, kebijakan serta studi literatur. Dari proses analisa mendapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Kota Batam, yaitu, (a) kemudahan aksesibilitas, (b) Peningkatan kelengkapan fasilitas pendukung pariwisata, (c) Periodesasi perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan, (d) Perkembangan tiap periode yang terjadi di kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Kota Batam dalam 3 Periode, (e) Periode dimana perubahan citra Kota Batam sebagai Kota destinasi pariwisata kepulauan. 3. Menyusun Kriteria Perkembangan Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Kota Batam Dalam proses perkembangan faktor yang mempengaruhi perkembangan pariwisata kepulauan dianalisa kembali dengan membandingkannya terhadap pedoman perkembangan kawasan destinasi pariwisata di pulau-pulau kecil untuk mendapatkan kriteria perkembangan yang lebih terperinci. Adapun hasilnya ialah, (a) Meningkatkan jumlah armada kapal penyeberangan umum, (b) Menambahkan jadwal keberangkatan menjadi lebih fleksibel, sehingga pengunjung dapat dengan nyaman menuju kawasan wisata (c) Tersedianya kapal penyeberangan umum untuk menuju kawasan wisata sejarah dan konservasi, (d) Menyediakan jalur wisata dari Pulau Batam A 090 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI

untuk menuju ke kawasan wisata pantai di Pulau Galang, (e) peningkatan kelengkapan fasilitas pendukung pariwisata dengan tetap memperhatikan daya dukung pulau tersebut, (f) Menjadikan Pulau Batam sebagai pusat akomodasi pada wilayah Kepulauan Riau, (g) Menjadikan Pulau Pramuka sebagai pusat akomodasi pada pulau-pulau di sekitar Kota Batam, (h) Menjadikan potensi wisata Belanja sebagai wisata utama di Kota Batam, (i) Menjadikan potensi wisata resort dan wisata kuliner sebagai wisata pendukung di Kota Batam, yaitu terdapat pada Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang, (j) Menjadikan potensi wisata sejarah sebagai wisata penunjang di Kota Batam, yaitu terdapat pada Pulau Batam dan Pulau Galang Baru. 4. Menyusun Arahan Perkembangan Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Kota Batam Pada tahap perumusan arahan perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan dilakukan dengan teknik triangulasi dengan sumber data yang dipergunakan dalam analisa adalah faktor perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan yang telah dihasilkan dalam penelitian ini, studi literatur dalam hal ini ialah konsep perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan, dan kebijakan yang berkaitan dengan perkembangan kawasan destinasi parwisata kepulauan di Kota Batam. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Kota Batam sangat terkait dengan sebaran atraksi (kegiatan kepariwisataan dengan letak kawasan industri yang ada di Kota Batam. Terdapat beberapa kawasan destinasi pariwisata yang jaraknya dekat dengan kawasan industri ini terlihat pada kawasan di pulau Batam yaitu di kawasan sekupang dan Nongsa dengan kegiatan wisata alam (resort, bahari dan pantai) serta kegiatan rekreasi yang menjadi kegiatan wisata utama dan pendukung. Daftar Pustaka BPS Kota Batam, 2013 Pelupessy, Julia, Prescella, 2011. Pengembangan Kawasan Wisata Terpadu Di Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon. Jurnal Penataan Ruang Mc. Intosh. (1995). Tourism Principles, Practices, Philosophies Inskeep, 1991. Tourism planning: An integrated and sustainable development approach Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta:ANDI Royle, Stephen A., 2001. GEOGRAPHY OF ISLANDS : Small Island Insularity, Routledge Studies in Human Geography, Taylor & Francis Routledge Modul Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu (2009) Asriningrum, Wikanti. (2009). Disertasi: Pengelompokkan Pulau Kecil dan Ekosistemnya Berbasis Geomorfologi di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor. Anonim; Departemen Kelautan dan Perikanan., 2000. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau Kecil Dalam Konteks Negara Kepulauan, Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Anonim; Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007. Petunjuk Teknis Perencanaan Tata Ruang Pulau-pulau Kecil, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil., Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil., Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Anonim; Departemen Kebudayaan dan Pariwisata., 2006. Blue Print Pengembangan Destinasi Pariwisata Laporan Akhir, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta. Davidson, R., and Maitland, R., (1997), Tourism Destination, Hodder and Stoughton, London. Doxiadis, Constantinos, A., 1972. Architectural Space In Ancient Greece. Mass: MIT Press, Cambrige. Prosiding Seminar Archimariture IPLBI A 091