1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternak di Indonesia. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional dengan sifat usaha yang hanya merupakan usaha sampingan, menyebabkan produktivitas ternak domba rendah. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh ternak domba adalah kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang cukup tinggi sehingga mudah dipelihara. Di Indonesia terdapat beberapa bangsa domba, antara lain Domba Ekor Tipis (DET), Domba Ekor Gemuk (DEG), Domba Garut dan lainnya. Domba Garut adalah hasil persilangan dan perkawinan antara jenis domba lokal yang ada di Indonesia, Domba Kaapstad dan Domba Merino. Domba Garut mempunyai bobot badan bisa mencapai 40 kg sampai 80 kg. Domba Garut selain mempunyai keistimewaan juga sebagai penghasil daging yang sangat baik dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba. Nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi produktivitas ternak. Pakan harus dapat memenuhi kebutuhan nutrien ternak untuk pertumbuhan, reproduksi, maupun kesehatan. Bahan pakan sempurna yang mampu memenuhi semua kebutuhan nutrien ternak, pada kenyataannya tidak dapat tersedia. Upaya yang perlu dilakukan adalah membuat ransum komplit yang mengandung seluruh nutrien yang diperlukan oleh ternak. Salah satu nutrisi yang penting dalam menunjang produktivitas domba adalah protein. Protein yang terkandung dalam pakan sebagian besar mengalami degradasi
2 didalam rumen. Protein asal mikroba rumen tidak dapat mencukupi kebutuhan ternak berproduksi tinggi. Oleh karena itu, diperlukan tambahan protein ransum yang lolos degradasi rumen. Protein terproteksi merupakan upaya untuk melindungi protein pakan yang berkualitas tinggi agar lolos degradasi rumen, dengan begitu protein dapat langsung dimanfaatkan oleh ternak. Pada umumnya dalam usaha penggemukan, pakan yang diberikan yaitu pakan dengan kadar protein yang tinggi dan mudah dicerna agar dapat mencapai produktivitas yang optimal. Bahan pakan sumber protein yang berpotensi untuk ternak ruminansia adalah bungkil kedelai. Kandungan protein yang tinggi khususnya asam amino dalam bungkil kedelai tersebut perlu dilindungi untuk mencegah degradasi protein yang berlebihan agar dapat dicerna secara enzimatis didalam usus serta dapat dimanfatkan oleh induk semang. Upaya untuk melindungi protein dari degradasi didalam rumen dapat dilakukan dengan penggunaan tannin terhadap bahan pakan sebelum diberikan kepada ternak. Tannin akan memproteksi protein bungkil kedelai dari degradasi di rumen. Salah satu sumber tannin dapat diperoleh dari ekstraksi daun jambu biji. Daun jambu biji memiliki kandungan tannin yang tinggi serta ketersediannya yang mudah didapatkan. Tidak hanya protein, kelengkapan vitamin dan mineral juga sangat dibutuhkan untuk kebutuhan hidup pokok maupun produksi. Bagi ternak ruminansia, mineral selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga digunakan untuk mendukung dan memasok kebutuhan mikroba rumen. Oleh karena itu, diperlukan suatu formulasi ransum komplit yang telah dilengkapi dengan premiks sebagai sumber vitamin dan mineral bagi ternak.
3 Hal lain yang perlu diperhatikan adalah suatu upaya peningkatan daya cerna pakan guna mengatasi rendahnya efisiensi pakan. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan adalah dengan cara penambahan probiotik dalam pakan. Probiotik dalam tubuh ternak dapat mempengaruhi pencernaan, meningkatkan pertambahan bobot badan harian dan beberapa diantaranya dapat menurunkan lemak. Pemberian probiotik secara langsung dalam pakan ternak dapat meningkatkan efisiensi produksi (Kmet, dkk., 1993). Penambahan probiotik dalam pakan juga dapat berfungsi sebagai pengawet pakan. Keberadaan mikroba dalam probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk sehingga pakan menjadi awet. Pakan yang awet akan memudahkan peternak dalam pengadaan pakan sehingga tersedia sepanjang tahun. Hal ini sangat bermanfaat bagi peternak terutama dalam mengatasi keterbatasan pakan di saat musim kemarau. Selain itu, penambahan probiotik dalam pakan juga dapat meningkatkan palatabilitas dikarenakan ransum menjadi wangi aroma buah yang dapat meningkatkan nafsu makan ternak. Pakan yang baik adalah pakan yang mampu menyediakan seluruh kebutuhan nutrien ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas baik untuk nutrien makro maupun nutrien mikro. Selain daripada itu, pakan ini juga harus bisa diterima oleh ternak (mempunyai palatabilitas yang tinggi). Guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam usaha penggemukan domba dilakukan pembuatan pakan komplit dengan penambahan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral. Domba membutuhkan suplai energi, protein, serta kecukupan mineral yang memadai. Selain itu pakan dengan penambahan protein terproteksi,
4 probiotik dan premiks mineral dapat meningkatkan kinerja mikroba rumen sehingga kecernaan akan meningkat salah satunya kecernaan serat kasar diantaranya yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selain sebagai sumber energi utama, serat kasar juga mempunyai peranan untuk mengisi dan menjaga upaya alat pencernaan bekerja baik serta mendorong kelenjar pencernaan dalam menghasilkan enzim pencernaan. Peningkatan kecernaan serat kasar akan meningkatkan kecernaan zat-zat lainnya. Kualitas ransum yang baik ditandai dengan kecernaan yang tinggi, sehingga kualitas ransum dapat diukur dari kecernaan nutrisi yang terkandung didalamnya. Salah satu nutrisi pakan yang perlu diperhatikan kecernaannya, antara lain selulosa, hemiselulosa dan lignin. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti pengaruh penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin pada Domba Garut jantan. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan selulosa pada Domba Garut jantan. 2. Bagaimana pengaruh kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan hemiselulosa pada Domba Garut jantan. 3. Bagaimana pengaruh kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan lignin pada Domba Garut jantan.
5 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit yang menghasilkan kecernaan selulosa tertinggi pada Domba Garut jantan. 2. Mendapatkan kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit yang menghasilkan kecernaan hemiselulosa tertinggi pada Domba Garut jantan. 3. Mendapatkan kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit yang menghasilkan kecernaan lignin tertinggi pada Domba Garut jantan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan ransum komplit yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi ternak domba serta memiliki kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin yang baik. Pakan yang digunakan juga menggunakan proses pengawetan sehingga peternak dan praktisi peternakan lebih mudah dalam tatalaksana pemberian pakan. 1.5 Kerangka Pemikiran Domba merupakan ruminansia yang banyak dipelihara karena memiliki berbagai keunggulan. Domba di setiap daerah di muka bumi memiliki beberapa rumpun yang beragam. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun yang telah diidentifikasi dengan cukup baik, sehingga dari sisi performa fisik berupa sifat-sifat kualitatif
6 maupun sifat-sifat kuantitatif dapat dibedakan antara satu rumpun dengan rumpun lainnya (Heriyadi, 2002). Domba Garut sebagai aset nutfah Jawa Barat, memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber daging dan cukup tanggap terhadap manajemen pemeliharaan yang baik, dibandingkan domba lokal dan bangsa domba lain yang ada di Indonesia (Heriyadi, 2005). Plasma nutfah ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber daging yang berkualitas dengan produktivitas yang tinggi. Domba jantan muda mempunyai potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada domba betina muda, pertambahan bobot hidup lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan ransum lebih efisien untuk pertumbuhan badan (Anggorodi, 1994). Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa, umur ternak, lingkungan dan pakan yang diberikan. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1994). Tillman dkk. (1998) mengatakan bahwa pakan atau makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan dapat digunakan oleh ternak. Secara umum bahan makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak. Pakan yang baik adalah pakan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bagi ternak yang mengkonsumsinya ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini meliputi kecukupan protein, karbohidrat, mineral-mineral dan vitamin sesuai dengan status fisiologis ternak.
7 Domba Garut merupakan ternak ruminansia. Sistem fermentasi dalam rumen terjadi pada sepertiga dari alat pencernaannya. Kandungan protein dalam pakan akan menjadi sumber nitrogen untuk aktivitas mikroba rumen. Nitrogen akan membangun pertumbuhan mikroba. Protein pakan akan didegradasi oleh mikroba proteolitik menjadi N-NH3 (Arora, 1995). N-NH3 (ammonia rumen) akan dimanfaaatkan mikroba rumen untuk pertumbuhannya. Apabila kandungan protein dalam pakan rendah, maka konsentrasi ammonia rumen akan rendah dan pertumbuhan mikroba rumen menjadi lambat (McDonald, dkk., 1995). Peningkatan kandungan protein suplemen dari 10,3 persen menjadi 16,5 persen menaikkan kecernaan pakan hingga 25 persen (Kuswandi, dkk., 1992). Kebutuhan protein untuk domba yang digemukkan adalah 14-15 persen (Haryanto dan Djajanegara, 1998). Bahan pakan sumber protein yang mengandung asam amino lengkap salah satunya adalah bungkil kacang kedelai (Boniran, 1999). Kandungan protein kasar bungkil kedelai yaitu 51,8 persen (Tillman, dkk., 1998). Kadar protein yang tinggi dengan tingkat degradasi yang tinggi pada bungkil kacang kedelai menyebabkan perlu adanya proteksi protein agar dapat menurunkan degradabilitas di dalam rumen sehingga dapat dicerna secara maksimal di intestinum untuk produktivitas ternak. Protein dalam bentuk undegraded protein diberikan pada ternak ruminansia untuk memenuhi kebutuhan protein yang dapat mencapai usus halus karena tidak mengalami degradasi di dalam rumen dan dapat dimanfaatkan langsung oleh ternak inangnya (Suhartanto, dkk., 2003). Tannin merupakan senyawa alami dari tumbuhan yang banyak digunakan sebagai agen yang berperan dalam memproteksi protein. Terdapat beberapa sumber
8 tannin yang dapat digunakan sebagai agen proteksi protein, salah satu sumber tannin yaitu daun jambu biji. Berdasarkan penelitian Tanuwiria (2007) mengenai proteksi protein oleh berbagai sumber tannin, tannin asal daun jambu biji memberikan proteksi paling kuat diantara sumber tannin lainnya. Menurut Jenny dkk. (2012), pemanfaatan tannin konsentrasi sebesar 0,75 persen memberikan pengaruh terbaik terhadap proteksi protein bungkil biji kapuk. Indikator keberhasilannya terlihat pada penurunan konsentrasi ammonia, peningkatan protein terproteksi dan produksi protein total dibandingkan tanpa penggunaan ekstrak tannin. Peningkatan efisiensi pakan dapat dilakukan dengan suplementasi probiotik dalam pakan yang diberikan. Probiotik dalam tubuh ternak dapat mempengaruhi pencernaan, meningkatkan ADG dan beberapa diantaranya dapat menurunkan lemak. Pemberian probiotik secara langsung dalam pakan ternak dapat meningkatkan efisiensi produksi (Kmet, dkk., 1993). Probiotik yang digunakan dalam suplementasi pakan biasanya terdiri atas khamir, bakteri asam laktat ataupun mikroorganisme lain yang memiliki efek positif dalam saluran pencernaan. Serangkaian penelitian pemanfaatan probiotik dalam pakan telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak secara in vitro maupun in vivo dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap peningkatan kecernaan komponen serat pakan maupun terhadap produktivitas temak (Haryanto, dkk., 1998). Salah satu komponen probiotik adalah khamir atau ragi menurut Yoon dan Stern (1995) ragi mampu memanfaatkan oksigen sehingga menjamin kondisi anaerob bagi bakteri rumen dan menstimulasi populasi bakteri rumen tertentu. Keadaan ini diikuti meningkatnya pemanfaatan amonia dan asam laktat sehingga ph rumen stabil. Kondisi anaerob dan
9 ph rumen yang stabil memungkinkan terjadinya sintesis protein mikroba yang lebih optimal sehingga populasi bakteri rumen total meningkat dan kecernaan serat kasar meningkat. Meningkatnya kecernaan serat kasar, secara otomatis meningkatkan konsumsi dan suplai nutrien ke usus yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas ternak. Selain itu, keberadaan mikroba dalam probiotik juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk sehingga pakan menjadi lebih awet. Nutrisi lain yang dibutuhkan ternak ruminansia adalah mineral. Tubuh memerlukan mineral untuk membentuk tulang (kerangka), gigi, darah, jaringan tubuh dan untuk bereproduksi. Mineral juga merupakan komponen enzim yang berfungsi penting dalam proses metabolisme. Untuk pemeliharaan kesehatan tubuh dan keperluan bereproduksi, hanya diperlukan mineral dalam jumlah yang sedikit. Walaupun demikian, tetap saja zat ini mutlak dibutuhkan. Unsur mineral yang dibutuhkan hewan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut. a) Mineral makro, seperti Ca, P, Mg, K dan NaCl; b) Mineral mikro, seperti Fe, Cu, Mo. Zn dan Co. Mineral di dalam rumen dibutuhkan oleh mikroba untuk pembentukan vitamin B dan protein. Defisiensi mineral akan mempengaruhi hasil dan proses fermentasi pakan dalam rumen (Arora, 1995). Secara alami terdapat defisiensi mineral dan vitamin di dalam pakan, termasuk di dalamnya vitamin A, D, E, riboflavin, asam pantotenat, niasin dan choline. Pemberian premiks dalam susunan ransum komplit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral pada ternak. Kecernaan nutrisi pakan yang baik akan menghasilkan penyerapan nutrisi oleh tubuh ternak menjadi lebih optimal. Kecernaan nutrisi dalam pakan dapat diukur secara in vivo. Kecernaan in vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrisi
10 menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrisi pakan dan feses (Tillman, dkk., 1998). Daya cerna merupakan persentase nutrisi yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrisi yang dikonsumsi dengan jumlah nutrisi yang dikeluarkan dalam feses. Salah satu komponen pakan yang berperan penting dalam menghasilkan VFA adalah serat kasar. Serat kasar terdiri atas selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pengukuran komponen serat kasar tersebut penting untuk mengukur tingkat kecernaan serat kasar dalam pakan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis: Kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral secara gabungan dalam ransum komplit memberikan nilai kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin tertinggi. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama penelitian in vivo yang dilaksanakan di kandang domba Desa Cimuja Kabupaten Sumedang dan tahap dua adalah analisis kecernaan fraksi serat kasar di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian berlangsung pada tanggal 29 Maret 31 Mei 2018.