BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif, gizi dan kesehatan mempunyai andil yang sangat besar. UU Kesehatan No. 36

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Memahami Perilaku Masyarakat Indonesia tentang Gizi dan Kebersihan Hasil Studi Formatif Program Komunikasi dan Kampanye Gizi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah konsumsi pangan. Masalah gizi dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Apabila masalah gizi terus terjadi dan bertambah maka dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Namun pada kenyataannya, masalah gizi di Indonesia masih relatif tinggi, khususnya anak pendek (Bappenas, 2007). Riset Kesehatan Dasar 2013 melaporkan prevalensi stunting nasional mencapai 37,2%, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Lebih lanjut, dilaporkan bahwa keadaan status gizi stunting pada balita di Jawa Timur mencapai 19,5% meningkat dari tahun 2010 (18,3%). Menurut Yuliarti (2010) stunting pada bayi dan anak dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 0 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia tersebut, bayi dan anak memperoleh konsumsi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Stunting sangat erat kaitannya dengan pola pemberian makanan terutama pada 2 tahun pertama kehidupan, yaitu ASI dan MP-ASI. Pola pemberian makanan dapat mempengaruhi kualitas konsumsi makanan balita, sehingga dapat mempengaruhi status gizi balita. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012) menunjukkan bahwa hanya 37% anak umur 6 23 bulan mendapatkan MP-ASI seperti yang dianjurkan dalam Praktek Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PPMBA) yaitu dengan diberi susu atau produk susu, dengan jenis keanekaragaman makanan yang tepat dan frekuensinya. 1

Kekurangan konsumsi energi dan protein merupakan faktor langsung terjadinya stunting (Roosita, 2010). ASI dan MP-ASI sumber energi dan zat gizi untuk anak usia 1 2 tahun, dimana diperlukan penyusunan menu dan porsi MP- ASI yang tepat untuk memenuhi kebutuhan anak sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi stunting. Penelitian Imdad (2011) menyatakan ketepatan pemberian MP-ASI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan tinggi badan anak sehingga dapat mengurangi resiko stunting. Hasil penelitian Muniarti (2010) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI yaitu pendidikan dan pengetahuan ibu. Pendidikan yang rendah berhubungan dengan rendahnya tingkat ekonomi sehingga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu. Kurangnya pengetahuan ibu tentang MP-ASI yang tepat menyebabkan pemberian MP-ASI sebagai coba-coba. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Pratiwi (2009) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang MP-ASI pada anak usia 6 24 bulan (p = 0,00) di Posyandu Desa Tlangu Bulan Wonosari Klaten. Lebih lanjut, penelitian Mawarni (2013) di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menunjukkan hubungan signifikan (p = 0,025) antara pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan perilaku pemberian MP- ASI dan status gizi baduta usia 6 24 bulan. Formulasi ibu yang memiliki pengetahuan tentang MP-ASI kategori kurang lebih banyak (66,7%) memiliki perilaku MP-ASI yang kurang, dibanding ibu yang memiliki perilaku MP-ASI sedang (33,3%). Demikian juga, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan MP-ASI yang baik mempunyai baduta dengan status gizi normal hanya sebesar 33,3%. Menurut Alfiah (2015) ibu yang memiliki pengetahuan tentang MP-ASI kurang akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi. Hasil penelitian Jayanti (2015), menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsumsi energi dan protein terhadap kejadian stunting. Baduta usia 6 24 bulan yang memiliki tingkat konsumsi energi kategori defisit mengalami kejadian stunting lebih tinggi, yaitu sebesar 46,8%. Demikian juga pada baduta yang mempunyai tingkat konsumsi protein kategori defisit mengalami kejadian stunting lebih tinggi, yaitu sebesar 51,9%. Hasil penelitian Dewi dan Aminah (2013) menunjukkan ada pengaruh edukasi gizi (MP-ASI) terhadap feeding practice ibu yang memiliki baduta 2

stunting usia 6 24 bulan (p = 0,003) dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab secara individual. Kegiatan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang waktu 1 minggu. Skor pengetahuan dan feeding practice ibu sebelum edukasi berkisar 47 53% masuk dalam kategori kurang. Sedangkan, setelah edukasi menunjukkan peningkatan yaitu 75 87% dan masuk dalam kategori baik. Lebih lanjut, penelitian Mustikawati, dkk (2013) menunjukkan bahwa edukasi pola pemberian ASI-MPASI memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0,003) terhadap tingkat pengetahuan ibu serta tingkat konsumsi energi dan protein balita usia 7 24 bulan yang dilaksanakan selama 1 bulan dengan frekuensi kunjungan sebanyak 6 kali. Sebelum edukasi, tingkat pengetahuan responden dalam kategori cukup sebesar 41,9%. Setelah edukasi terjadi peningkatan menjadi kategori baik sebesar 77,4%. Tingkat konsumsi energi sebelum edukasi masuk dalam kategori defisit sebesar 54,9%, dan setelah edukasi responden dengan tingkat konsumsi energi defisit ringan hingga berat mengalami penurunan sebesar 29,1%. Demikian dengan tingkat konsumsi protein sebelum edukasi sebagian besar responden masuk dalam di atas kecukupan yaitu sebesar 58,1%. Setelah diberikan edukasi terjadi perubahan hanya sebesar 3,2% pada tingkat konsumsi protein baduta. Dikarenakan sebagian besar baduta lebih suka mengkonsumsi nasi dengan lauk hewani/nabati saja tanpa disertai dengan sayur. Baseline data di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang tanggal 17-22 Oktober 2016 menunjukkan bahwa dari 32 baduta, 37,5% status gizi baduta tergolong stunting. Disamping itu, juga memiliki masalah terhadap tingkat konsumsi energi dan protein yang tergolong defisit tingkat berat dengan masing-masing persentase sebesar 79% dan 68,7%. Asumsi penyebab masalah tersebut karena sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dalam kategori sedang 41% dan sikap ibu tentang MP-ASI kategori sedang 66,7%. Pengetahuan dan sikap ibu memegang peranan penting dalam pemberian MP- ASI (Adiningsih, 2010). Upaya yang dilakukan untuk peningkatan pengetahuan dan sikap ibu sehingga dapat memperbaiki perilaku pemberian MP-ASI dan konsumsi makan pada anak maka perlu dilakukan edukasi MP-ASI pada ibu (Hestuningtyas, 2013). Mengingat pentingnya tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku pemberian MP-ASI dan status gizi baduta usia 7 24 bulan, maka diperlukan edukasi MP-ASI untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap 3

ibu. Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan kajian penelitian untuk menganalisis sejauh mana edukasi MP-ASI dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu, serta tingkat konsumsi energi dan protein baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. B. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh edukasi MP-ASI terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu serta tingkat konsumsi energi dan protein baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujian Umum Menganalisis pengaruh edukasi tentang MP-ASI terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu serta tingkat konsumsi energi dan protein baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik baduta stunting, meliputi : umur dan jenis kelamin b. Mengidentifikasi karakteristik ibu baduta stunting, meliputi: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, serta pendapatan keluarga. c. Menganalisis pengaruh edukasi MP-ASI terhadap tingkat pengetahuan ibu baduta stunting. d. Menganalisis pengaruh edukasi MP-ASI terhadap sikap ibu baduta stunting. e. Menganalisis pengaruh edukasi MP-ASI terhadap pola makan baduta stunting. f. Menganalisis pengaruh edukasi MP-ASI terhadap tingkat konsumsi energi dan protein baduta stunting. 4

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Keilmuan Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan tentang pengaruh edukasi MPASI terhadap tingkat pengetahuan dan sikap Ibu serta tingkat konsumsi energi dan protein baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk perencanaan program intervensi dalam upaya peningkatan tingkat pengetahuan dan sikap ibu, serta peningkatan tingkat konsumsi energi dan protein pada baduta stunting usia 7 24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. 5

E. Kerangka Pikir Penelitian Kualitas SDM Prevalensi Baduta Stunting Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Penyakit Infeksi Pola Makan Higiene Sanitasi Lingkungan Pengetahuan Sikap Praktik Perilaku Ibu Edukasi MP-ASI Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti 6

F. Hipotesis Penelitian a. Ada pengaruh edukasi MP-ASI terhadap tingkat pengetahuan ibu baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. b. Ada pengaruh edukasi MP-ASI terhadap tingkat sikap ibu baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. c. Ada pengaruh edukasi MP-ASI terhadap pola makan baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. d. Ada pengaruh edukasi MP-ASI terhadap tingkat konsumsi energi dan protein baduta stunting usia 7-24 bulan di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. 7