BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing

dokumen-dokumen yang mirip
peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

BAB II KERANGKA TEORITIS

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB V PENUTUP A. Temuan

III. METODE PENELITIAN

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk

Bab III. Metodologi Penelitian

Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Artis Olga Syahputra di Detikcom dan Kapanlagi.com Tanggal 27 Maret 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Media Massa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

Keywords: Framing, frame, Ganjar Pranowo, TribunNews, Jawa Pos, Suara Merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilihan kepala daerah selalu menjadi peristiwa menarik terutama bagi masyarakat di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Berita yang disusun dalam benak manusia bukan merupakan peristiwa manusia. peristiwa itu memiliki makna bagi para pembacanya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menyelesaikan gejala-gejala sosial/ kebutuhan-kebutuhan

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PENGUNDURAN DIRI MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA, ANDI ALFIAN MALLARANGENG, PADA MAJALAH

BAB III METODE PENELITIAN. naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. politikus atau tokoh publik tertentu. Pesan politik yang disampaikan oleh media bukanlah realitas

BAB I PENDAHULUAN. Media massa sebagai penyedia informasi, dewasa ini semakin. memegang peran yang penting dalam kehidupan politik.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id)

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. 1. Ditinjau dari aspek sintaksis, bingkai jurnalisme profetik yang terlihat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Batterson tahun 1995 (dalam Sobur, 2001), yang menyatakan bahwa, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasikan pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategorikategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Ardianto, 2010). Severin dan Tankard, Jr (2010) menjelaskan bagaimana proses framing bekerja dalam aktivitas kognisi manusia. Ada dua tempat proses itu beroperasi yakni interaksi sosial sehari-hari dam interaksi dengan media sehari-hari. Meski berbeda tempat, namun kegiatan tetap sama, yaitu mempelajari petunjuk-petunjuk (clues) dan menafsirkan petunjuk-petunjuk kemudian memberikan makna atas petunjuk tersebut kepada orang lain (Tamburaka, 2013:59). Ada beberapa model framing yang dikembangkan oleh peneliti. Gagasan Edelman mengenai framing dalam bukunya Contestable Categories and Public Opinion, menyebutkan apa yang kita ketahui tentang realitas atau dunia bergantung pada bagaimana kita membingkai dan mengonstruksi / menafsirkan realitas tersebut. Realitas yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda. Konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi - informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain (Ardianto, 2010). Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka Framing Analysis: An Approach to News Discourse mengoperasionalisasikan 10

empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen - elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan, sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks (Sobur, 2009). Dalam pendekatan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini, perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa (peristiwa, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa) ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, dan sebagainya). Kedua, struktur skrip. Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Ketiga, struktur tematik. Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Keempat, struktur retoris. Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu (Sobur, 2012). Model framing yang peneliti gunakan adalah model framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Alasannya model framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki cenderung memiliki struktur, perangkat framing, dan unit yang diamati lengkap, sehingga penelitian ini dapat dikaji dan dianalisis 11

secara komprehensif dan jelas. Model framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki membantu peneliti menganalisis pembingkaian yang terbentuk dalam kasus yang diangkat dalam penelitian ini. Keempat struktur Pan dan Kosicki merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan berita, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idiom yang dipilih. Ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memaknai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa semua berita yang ditulis adalah benar (Eriyanto, 2005). Struktur besar framing model Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2005): 1. Sintaksis Dalam kaidah umum kebahasaan, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita. Headline, lead, latar informasi, sumber, dan penutup merupakan satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida terbalik. Sintaksis menunjukkan bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa. Headline merupakan sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi dan menunjukkan kecenderungan berita. Pembaca biasanya lebih mengingat headline daripada bagian berita yang lain. Headline mempunyai fungsi framing yang kuat dengan mempengaruhi bagaimana realitas dimengerti dengan menekankan makna tertentu. Lead Merupakan pengantar sebelum masuk ke dalam isi berita. Lead bisa menjadi penjelas atau pemerinci headline dan bisa juga menggambarkan latar berita. Fungsi lead dalam framing berita 12

adalah memberikan sudut pandang berita dan menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Kutipan dalam penelitian berita bertujuan untuk membangun objektivitas. Kutipan merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu. Pengutipan sumber ini menjadi penanda framing atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Wartawan bisa jadi mempunyai pendapat tersendiri atas suatu peristiwa, pengutipan itu digunakan hanya untuk memberi bobot atas pendapat yang dibuat, bahwa pendapat itu tidak omong kosong, tetapi didukung oleh ahli yang berkompeten. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak menyimpang. 2. Skrip Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan fakta ke dalam berita. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah 5W+1H (who, what, when, where, why, dan how). Unsur kelengkapan berita ini 13

dapat menjadi penanda framing yang penting. Skrip memberi tekanan mana yang didahulukan dan mana yang disembunyikan. 3. Tematik Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan, semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Pengujian hipotesis ini bisa disamakan dengan struktur tematik berita yakni bagaimana fakta itu ditulis dan ditempatkan ke dalam teks berita secara keseluruhan sehingga mendukung tema yang dipunyai wartawan. Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Detail merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ingin ditampilkan. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan dengan detail, kalau perlu dirinci dengan data, informasi yang menguntungkan atau menimbulkan citra yang diinginkannya. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasiinformasi yang sedikit, bahkan kadang tidak disampaikan, apabila hal itu merugikan atau tidak sesuai dengan makna yang ingin dikonstruksinya. Elemen detail merupakan strategi penonjolan makna yang dilakukan wartawan secara implisit. Wacana mana yang dikembangkan wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detail bagian mana yang dikembangkan dengan detail yang besar. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat dengan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan proposisi sehingga tampak koheren. Di sini proposisi atau kata hubung apa yang digunakan akan menentukan bagaimana hubungan kedua fakta tersebut sehingga dapat 14

membantu menjelaskan makna apa yang ingin ditampilkan komunikator. Ada beberapa macam koherensi yang ditentukan oleh jenis hubungan antar proposisi, yaitu koherensi kondisional yang menunjukkan hubungan kasusal dan penjelas, koherensi fungsional yang memuat generalisasi spesifikasi, dan koherensi pembeda yang berkaitan dengan bagaimana dua buah fakta hendak dibedakan. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis yakni prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini berarti susunan Subjek (yang menerangkan) dan Predikat (yang diterangkan). Bentuk kausalitas ini tidak sekedar persoalan teknis kebahasaan tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berpola aktif, seseorang menjadi subyek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Pola kalimat memang bisa dibuat aktif atau pasif, namun pada umumnya pokok yang dianggap penting selalu diletakkan diawal kalimat. Bentuk kalimat juga menentukan apakah seseorang diekpresikan secara eksplisit (jelas) atau impilisit (di sembunyikan) dalam teks. Kata ganti adalah wacana yang digunakan untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu imajinasi. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti saya atau kami yang menggambarkan sikap tersebut sebagai sikap resmi komunikator belaka. Tetapi ketika memakai kata ganti kita sikap tersebut terlihat sebagai representasi sikap bersama dalam suatu komunitas. Sedangkan penggunaan kata ganti mereka justru menciptakan jarak dengan komunikator bahkan menjelaskan pihak yang berbeda pendapat dengan komunikator. 15

4. Retoris Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih wartawan untuk menekankan atau menonjolkan makna, membuat citra, meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita, dan mendukung argumentasi atas kebenaran berita yang disampaikan. Leksikon merupakan elemen yang menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai komunikator secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaannya terhadap fakta atau realitas. Grafis merupakan elemen wacana yang dipakai untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan melalui bagian tulisan seperti pemakaian tanda tanya, huruf tebal, miring, garis bawah, bahkan termasuk grafik, tabel, dan foto. Bagian yang ditulis berbeda itu adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, supaya khalayak menaruh perhatian pada bagian tersebut. Metafora adalah kata atau kelompok kata yang mengandung arti bukan sebenarnya, dapat berupa kiasan, kepercayaan masyarakat, peribahasa, pepatah, kata-kata kuno, ayat ajaran agama, serta ungkapan sehari-hari yang dipakai secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Pemakaian metafora tertentu dapat memunculkan gambaran makna berdasarkan persamaan atau perbandingannya dengan arti harfiah kata-kata yang digunakan. 16

Tabel 2.1 Unit Analisis Framing Pan dan Kosicki PERANGKAT STRUKTUR UNIT YANG DIAMATI FRAMING SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta 1. Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta 2. Kelengkapan Berita 5W+1H TEMATIK Cara wartawan menulis fakta RETORIS Cara wartawan menekankan fakta 3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti 7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar-kalimat Kata, idiom, gambar/foto, grafik Sumber : Sobur Aleks, 2009, Analisis Teks Media. Hal 176. 2.1.1. Proses Framing Eriyanto (2007) menjelaskan proses framing sebagai berikut: Dengan analisis framing juga untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Proses pemberitaan dalam organisasi media, akan sangat mempengaruhi suatu berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideology institusi media tersebut. Tiga proses framing dalam organisasi berita antara lain sebagai berikut: Proses framing sebagai metode penyajian realitas. Dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibalik secara halus. Dengan memberikan sorotan aspek 17

- aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah - istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat - alat ilustrasi lainnya. Proses Framing merupakan bagian yang tidak terpisahkan diproses penyutingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, dalam menetukan laporan reporter akan dimuat atau tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan. Proses framing juga tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain. Dalam analisis yang akan dilakukan pertama kali adalah melihat bagaimana media mengkonstruksi suatu realita. Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken for Grated, sebaliknya wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas. Realitas tercipta dalam konsepsi wartawan. Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang diabstrakan menjadi peristiwa yang kemudian hadir dihadapan khalayak. Jadi, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu, sehinggan yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberikan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media. 2.1.2. Efek Framing. Efek dari sebuah pembingkaian atau framing (Eriyanto, 2007) adalah sebagai berikut: Framing berkaitan dengan bagaimana realitas di bingkai dan disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa saja dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa saja akan sangat berbeda. Realitas begitu komplek dan penuh dimensi, ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas satu dimensi. Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. 18

Bagaimana peristiwa dipahami sumber siapa yang diwawancarai. Peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda. Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Teori framing menunjukan bagaimana jurnalis membuat simplikasi, prioritas dan struktur tertentu dalam peristiwa. Karenanya framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahamin oleh media dan ditafsirkan dalam bentuk berita. Karena media melihat peristiwa dari kacamata tertentu. Maka realitas setelah dilihatoleh khalayak adalah realitas yang sudah terbentuk oleh bingkai media. Framing pada umunya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai focus berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya adalah aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Disini, menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita. Berita juga sering kali memfokuskan pemberitaan aktor tertentu. Tetapi efek yang akan segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak aktor tertentu yang menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa efek dari framing media adalah sebagi berikut: Menonjolkan Aspek Tertentu - Mengaburkan Aspek Lain. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai fokus. Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya, 19

ada aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Menampilkan Sisi Tertentu - Melupakan Sisi Lain. Dengan menampilkan aspek tertentu dalam suatu berita menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita. Menampilkan Aktor Tertentu - Menyembunyikan Aktor. Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi. Mobilisasi Massa Framing atau isu umumnya banyak dipakai dalam literatur gerakan sosial. Dalam suatu gerakan sosial, ada strategi bagaimana supaya khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu. Itu seringkali ditandai dengan menciptakan masalah bersama, musuh bersama, dan pahlawan bersama. Hanya dengan itu, khalayak bisa digerakkan dan dimobilisasi. Semua itu membutuhkan frame bagaimana isu dikemas, bagaimana peristiwa dipahami, dan bagaimana pula kejadian dimaknai dan didefinisikan. Menggiring Khalayak Pada Ingatan Tertentu Individu mengetahui peristiwa sosial dari pemberitaan media. Karenanya, perhatian khalayak, bagaimana orang mengkonstruksi realitas sebagian besar berasal dari apa yang diberitakan oleh media. Media merupakan tempat dimana khalayak memperoleh informasi mengenai realitas politik dan sosial terjadi di sekitar mereka, Karena itu, bagaimana media membingkai realitas tertentu berpengaruh pada bagaimana individu menafsirkan peristiwa tersebut. Dengan kata lain, frame yang disajikan oleh media ketika memaknai realitas mempengaruhi bagaimana khalayak 20

menafsirkan peristiwa. Membayangkan efek framing pada individu semacam ini, bukan berarti mengandalkan individu adalah makhluk yang menafsirkan realitas politik adalah makluk yang pasif. Sebaliknya, ia adalah entitas yang aktif menafsirkan realitas politik. Pemahaman mereka atas realitas politiik terbentuk dari apa yang disajikan oleh media dengan pemahaman dan predisposisi mereka atas suatu realitas. Hubungan transaksi antara teks dan personal ini melahirkan pemahaman tertentu atas suatu realitas. 2.2. Konstruksi Dalam Media Massa Objektifvikasi merupakan realitas objektif yang diserap oleh orang. Internalisasi merupakan proses sosiali realita objektif dalam suatu masyarakat. Eksternalisasi merupakan proses dimana semua manusia yang mengalami sosialisasi yang tidak sempurna itu secara bersama sama membentuk suatu relitas baru. Seperti yang dikutip Eriyanto dari Berger, realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, dibentuk dan dikonstruksi. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat. Bahwa fakta adalah hasil kontruksi, jadi realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu ada karena dihadirkan oleh subjektifitas wartawan. Realitas tercipta lewat sudut pandang tertentu. Realita dapat dilihat berbeda oleh setiap orang yang berbeda. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pandangan positivistik, dimana realita bersifat eksternal hadir sebelum wartawan meliputnya. Jadi bagi kaum positivis realita bersifar objektif dan tinggal diliput oleh Dalam pembentukan konstruksi, media merupakan agen dalam membentuk suatu realitas. Dalam pandangan posivistik media dilihat sebagai saluran murni untuk menyalurkan suatu informasi tanpa ada unsur subjektifitas. Hal ini sangat bertolak belakang dengan paradigm konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran murni yang bebas nilai. Media merupakan subjek yang mengkonstruk realita, lengkap dengan pandangannya, biasa dan keberpihakkannya. Media dianggap sebagai agen konstruksi sosial. Berita bukanlah cermin dari realitas melainkan refleksi dari realitas. Berita terbentuk karena adanya konstruksi realitas. Disini dapat dilihat bahwa berita 21

merupakan arena pertarungan bagi pihak - pihak yang berkaitan dan berkepentingan dengan peristiwa tersebut (Eriyanto, 2007). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang mendukung dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah faktor ekonomi, politik, idiologi, yaitu sebagai berikut (Eriyanto, 2007): Ekonomi Isi media lebih ditentukan oleh kekuatan - kekuatan ekonomi. Faktor pemilik media, modal dan pendapatan media sangat menentukan bagaimana wujud isi media. Faktor - faktor inilah, yang menentukan peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaannya, serta kearah mana kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak diarahkan. Isi media juga dipengaruhi oleh kekuatan - kekuatan eksternal diluar diri pengelola media. Pengelola media dipandang sebagai entitas yang aktif, dan ruang lingkup pekerjaan mereka dibatasi berbagai strukur yang mamaksanya untuk memberitakan fakta dengan cara tertentu. Politik Dalam sistem negara yang otoritan, selera penguasa menjadi acuan dalam mengkonstruksi realita. Sebaliknya dalam iklim politik yang liberal, media massa mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam mengkonstruksi realitas. namun, satu - satunya kebijakan yang dipakai adalah kebijaksanaan redaksi media masing - masing yang boleh jadi dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideology, politis dan ekonomis. Tetapi apapun yang menjadi pertimbangan adalah adanya realitas yang ditonjolkan bahkan dibesar - besarkan, disamakan atau bahkan tidak diangkat sama sekali dalam setiap pengkonstruksian realitas. Ideologi Ketika media dikendalikan oleh berbagai kepentingan ideologi yang ada dibaliknya, media sering dituduh sebagai perumus realitas, sesuai 22

dengan ideologi yang melandasinya, bukan menjadi cermin realitas. ideologi tersebut menyusup dan menanamkan pengaruhnya lewat media secara tersembunyi dan mengubah pandangan seseorang secara tidak sadar. 2.3. Dampak Dari Konstruksi Media Massa Sebuah realita bisa dikonstruksi dan dimaknai secara berbeda oleh media lain. Hasil dari konstruksi dari media tersebut juga akan berdampak besar kepada khalayak. Dampak tersebut diantaranya (Eriyanto, 2007): Menggiring khalayak pada ingatan tertentu Media adalah tempat dimana khalayak memperoleh informasi mengenai realitas yang terjadi di sekitar mereka. Dengan demikian konstruksi yang disajikan media ketika memaknai realitas mempengaruhi bagaimana. Seperti yang dikutip Eriyanto dari W. Lance Bennet Regina G. Lawrence dalam bukunya analisis framing menyebutkan bahwa peristiwa sebagai ikon berita. Apa yang diketahui khalayak tentang suatu realita disekitarnya tergantung pada bagaimana media ikon yang ditanamkan oleh media sebagai pencitraan dari sebuah realita akan diingat kuat oleh khalayak. Mobilisasi Massa Media merupakan alat yang sangat ampuh dalam menarik dukungan publik, dan berkaitan dengan opini publik. Bagaimana media mengkonstruk bisa mengakibatkan pemahaman khalayak yang beda atas realita yang sama. Oleh karena itu media harus dilihat sebagai tempat dimana setiap kelompok yang berkepentingan terhadap suatu realitas saling bertarung merebutkan dukungan dari publik, dan saling mengkonstruk realita sesuai dengan kepentingannya. Konstruksi tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tertentu adalah peristiwa besar yang harus mendapatkan perhatian yang seksama dari khalayak. 2.4. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang peneliti jadikan acuan memberikan gambaran serta pemahaman konsep yang cukup jelas bagi peneliti mengenai hal 23

hal yang berhubungan dengan pembingkaian sebuah peristiwa dalam pemberitaan media massa, sehingga peneliti lebih mengenal dan memahami bagaimana pembingkaian dilakukan, khususnya pada media cetak. Dengan demikian penulis melampirkan beberapa penelitian sebelumnya sebagai berikut: Analisis framing penembakan Solikin di harian Jawa Pos dan Duta Masyarakat. Penelitian ini dilakukan oleh Nonik Wahyu Ningsi, mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya. Hal yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana Jawa Pos dan Duta masyarakat membingkai kasus penembakan terhadap Solikin yang dilakukan oleh Polisi. Metode analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing model Robet N. Etman, dimana model analisis ini berfokus pada indentifikasi masalah, apa dan siapa yang dianggap sebagai akar masalah, penilaian atas penyebab masalah, serta penanggulangan masalah, sebagai indikator utama untuk melihat bagaimana pembingkaian terhadap pemberitaan sebuah media. Hasil framing dari penelitian menitikberatkan bahwa akar masalah serta pihak yang sepenuhnya salah dalam kasus ini adalah pihak kepolisian dan juga menggambarkan sikap arogansi pihak Polisi sebagai jalan utama menyelesaikan masalah ketika berbenturan dengan masyarakat sipil. Penelitian dengan judul analisis framing konflik partai Nasional Demokrat (Nasdem) di harian Media Indonesia dan Koran Sindo, diteliti oleh Leonarda Johanes, mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya. Fokus dari penelitian ini yaitu melihat bagaimana kedua media tersebut membingkai hal-hal yang menjadi akar masalah pengunduran diri oleh Hary Tanoesoedibjo dari partai Nasdem. Model analisis framing yang digunakan adalah model framing Pan dan Kosicki. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa harian Media Indonesia dan Koran Sindo membingkai berita konflik Partai Nasdem dengan mengedepankan unsur ketokohan (who) sebagai akar masalah pengunduran diri yang dilakukan oleh Hary. 24

Kontribusi dari hasil penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai pembingkaian berita terkait kepemilikan media dalam kepentingan politik. Analisis Pilgub Jateng pada harian Suara Merdeka. Penelitian ini dilakuakan oleh Adi Nugroho, mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada pembingkaian mengenai tokoh - tokoh yang menjadi calon Gubernur Jawa Tengah serta janji - janji setiap pasangan calon dalam pilgub 2008. Model analisis framing yang digunakan adalah analisis framing Robet N. Etman. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa harian Suara merdeka sebagai Koran Jawa Tengah, memposisikan keberadaannya sebagai media yang mampu memberikan edukasi serta informasi politik terkait pilgub Jawa Tengah 2008 bagi masyarakat. Pembingkaian terkait hal ini memberikan ruang yang besar bagi masyarakat Jawa Tengah agar memperoleh gambaran yang jelas agar dapat memilih calon Gubernur dan wakil Gubernur yang tepat. Secara garis besar, penelitian terdahulu dan penelitian yang hendak penulis lakukan memiliki kesamaan topik yakni analisis framing. Namun penulis melihat bahwa adanya beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang hendak penulis lakukan. Pertama, adanya perbedaan kasus, di mana dari tiga penelitian terdahulu terdapat dua penelitian yang mengangkat kasus politik, dan satu kasus yang konflik. Kedua, dari sisi media yang diteliti, sebagian besar penelitian terdahulu menggunakan media yang berskala nasional, sedangkan dalam penelitian yang hendak peneliti lakukan membandingkan pembingkaian peristiwa yang sama, namun menggunakan media berskala regional dan nasional. Dalam penelitian terdahulu juga terdapat penelitian yang dikaji hanya pada satu media saja, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho. Hal ketiga yang menjadi pembeda adalah model analisis framing yang digunakan. Sebagian besar penelitian terdahulu di atas menggunakan model 25

analisis framing Robet N. Etman, sedangkan pada penelitian yang hendak peneliti lakukan menggunakan model analisis framing Pan dan Kosicki. Dengan adanya perbedaan model analisis ini tetunya terdapat pula perbedaan dalam hal-hal pokok yang menjadi indikator, bahkan sudut pandang dalam melihat bagaimana framing dari pemberitaan sebuah media terhadap suatu peristiwa. Media semakin berkembang, hal-hal yang disajikan oleh media turut mengalami perubahan. Sekalipun dengan tema yang sama, namun apabila diteliti pada waktu, tempat, serta peristiwa peristiwa berbeda serta model dan perspektif analisis yang berbeda, tentunya akan ditemukan pula hal hal yang berbeda. 2.5. Kerangka Pikir Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media cetak atau surat kabar membingkai sebuah berita. Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti isi berita dari surat kabar online Jateng.tribunnews.com, yang memberitakan tentang dua kasus pembunuhan di Salatiga, di mana pelaku dari kedua kasus tersebut adalah warga Maluku. Penulis akan menganalisis hal ini dengan pendekatan analisis framing dari Pan dan Kosicki. Pan dan Gerald M. Kosicki cenderung memiliki struktur, perangkat framing, dan unit yang diamati lengkap, sehingga penelitian ini dapat dikaji dan dianalisis secara komprehensif dan jelas. Struktur analisis framing milik Pan dan Kosicki merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Berdasarkan pemaparan di atas maka kerangka pikir dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut: 26

Gambar 1. Kerangka Pikir Dua Kasus Pembunuhan Di Salatiga Orang Maluku Pemberitaan Pada Surat Kabar Online Jateng.Tribune ws.com Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Hasil Analisis framing 27