TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Pengembangan harus diartikan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) nis Perdesaan (PUAP)

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

BUPATI SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA Akses Kredit Masyarakat Miskin Pada Sektor Keuangan

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Pengertian dan Batasan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

PENGANTAR. Ir. Suprapti

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan dan Partisipasi Pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Pengembangan harus diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan serta kemampuan untuk merealisasikannya. Dalam pengembangan masyarakat (community development) pada taraf awal disebarkan benih benih keinginan untuk mengubah nasib mereka, meningkatkan kualitas hidup (Muchdie, 2001). Pengembangan masyarakat (community development) merupakan wawasan dasar bersistem tentang asumsi perubahan sosial terancang yang tepat dalam kurun waktu tertentu (Mikkelsen, 1999). Pengembangan masyarakat desa adalah suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan masyarakat desa atau penduduk perdesaan menguasai lingkungan sosial disertai meningkatnya taraf hidup mereka sebagai akibat dari penguasaan tersebut. Implikasi pentingnya pengembangan perdesaan yaitu adanya penekanan pada kemampuan menyeluruh dari penduduk perdesaan dalam mempengaruhi lingkungan mereka dan hal ini hanya dapat dicapai kalau pembangunan perdesaan merupakan proses pengembangan kemampuan mereka. Peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan kemampuan menguasai lingkungan tidak terbatas pada kelompok kuat di perdesaan melainkan harus merata di antara penduduk (Hagul, 1992).

Tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun kembali masyarakat sebagai tempat pengalaman penting manusia, memenuhi kebutuhan manusia dan membangun kembali struktur negara kesejahteraan, ekonomi global, profesionalisme, dan sebagainya. Sifat pengalaman manusia dan interaksinya sangat kompleks. Banyak program pengembangan masyarakat yang berupaya membangun basis masyarakat yang lebih kuat (Ife dan Frank, 2008). Tujuan yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau sasarannya yaitu kepuasan masyarakat. Jika tidak, program semacam ini tidak mungkin dapat menggerakkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya. Dengan demikian masyarakat harus tahu betul tentang manfaat apa yang dapat mereka rasakan setelah tujuan program tersebut tercapai. Seringkali untuk keperluan ini, tujuan dinyatakan secara sederhana, tetapi didramatisir sehingga mampu menggerakkan partisipasi masyarakat bagi tercapainya tujuan (Hasyim, 2010). Penetapan tujuan yaitu untuk tujuan kegiatan penyuluhan berupa keadaan perilaku sasaran yang diharapkan yang akan mampu mengatasi masalah khusus sehingga kebutuhan terpenuhi. Tujuan program menyangkut perbaikan usahatani dan kesejahteraan keluarga tani, sedangkan tujuan kegiatan penyuluhan menyangkut tujuan perbaikan perilaku petani dalam hal penerapan teknologi pertanian yang diperlukan (Hasyim, 2010). Partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan atau program, bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan. Partisipasi bukanlah sekedar soal hasil. Partisipasi adalah suatu proses dengan meliputi banyak tingkat dan dimensi perubahan yaitu perubahan dalam kapasitas

organisasi, komunitas dan individu, perubahan dalam sikap dan perilaku, dan perubahan dalam akses kepada sumberdaya (Ife dan Frank, 2008). Mikkelsen membagi partisipasi dalam enam pengertian, yaitu: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan, 2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan, 3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri, 4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu, 5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial, 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 1999). Partisipasi dibagi menjadi 2 macam yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif diwujudkan dalam keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan dalam bentuk yang diharapkan (tenaga, uang, materi, pikiran dll) dari masyarakat. Sedangkan partisipasi pasif adalah bentuk keikutsertaan seseorang hanya dengan melibatkan dirinya sendiri tanpa memberikan sesuatu baik tenaga, pikiran, materi, dan sebagainya (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Syarat-syarat partisipasi adalah: 1. Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. 2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya. 3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi sesuatu yang akan menarik perhatian partisipan atau akan dianggapnya sebagai pekerjaan yang sibuk. 4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi secara efektif. 5. Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling menukar gagasan. 6. Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan partisipasi. Partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada sebuah organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok (Tannenbaum, dkk. 1992). Indikator-indikator kuantitatif dari partisipasi mencakup: 1. Perubahan-perubahan positif dalam layanan layanan lokal, 2. Jumlah pertemuan dan jumlah peserta, 3. Proporsi berbagai bagian dari kehadiran masyarakat, 4. Jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu yang diurus, 5. Jumlah pemimpin lokal yang memegang peranan, 6. Jumlah warga lokal yang memegang peranan dalam proyek, dan 7. Jumlah warga lokal dalam berbagai aspek proyek dan pada waktu yang berbeda-beda (Ife dan Frank, 2008). Indikator-indikator kualitatif dari partisipasi mencakup: 1. Suatu kapasitas masyarakat yang tumbuh untuk mengorganisasikan aksi,

2. Dukungan yang tumbuh dalam masyarakat dan jaringan yang bertambah kuat, 3. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal seperti keuangan dan manajemen proyek, 4. Keinginan masyarakat untuk terlibat dalam pembuatan keputusan, 5. Peningkatan kemampuan dari mereka yang berpartisipasi dalam mengubah keputusan menjadi aksi, 6. Meningkatnya jangkauan partisipasi melebihi proyek untuk mewakilinya dalam organisasi organisasi lain, 7. Pemimpin-pemimpin yang muncul dari masyarakat, 8. Meningkatnya jaringan-jaringan dengan proyek-proyek, masyarakat dan organisasi (Ife dan Frank, 2008). Tujuan PUAP PUAP bertujuan untuk: 1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani, 3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, 4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Sasaran PUAP Sasaran PUAP yaitu: 1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa. 2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani. 3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani, dan 4. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai skala usaha harian, mingguan, maupun musiman (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010). Indikator Keberhasilan PUAP Indikator keberhasilan yang diberikan (output) PUAP antara lain: 1. Tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian. 2. Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010). Indikator keberhasilan yang menjadi hasil/akibat (outcome) PUAP adalah: 1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani, 2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha,

3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan, 4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani, dan rumah tangga tani dalam berusahatani sesuai dengan potensi daerah (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010). Indikator manfaat (benefit) dan pengaruh/keadaan yang seharusnya (impact) PUAP antara lain: 1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), 2. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, 3. Berkurangya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010). Pola Dasar PUAP Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif petani skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP adalah keberadaan Gapoktan, keberadaan penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani, pelatihan bagi petani, pengurus Gapoktan, dan penyaluran BLM kepada petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Strategi Dasar dan Operasional PUAP Strategi Dasar dan Operasional PUAP adalah: 1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP, rekrutmen dan pelatihan bagi PMT, pelatihan bagi pengurus Gapoktan, dan pendampingan bagi petani oleh penyuluh pendamping. 2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal dilaksanakan melalui identifikasi potensi desa, penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir) unggulan, dan penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan. 3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui penyaluran BLM PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan, fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya. 4. Pandampingan Gapoktan dilaksanakan melalui penempatan dan penugasan Penyuluh Pendamping di setiap Gapoktan, dan penempatan dan penugasan PMT di setiap kabupaten/kota (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010). Prosedur Penyaluran BLM PUAP Prosedur penyaluran BLM PUAP yaitu sebagai berikut: 1. Kuasa pengguna anggaran pusat pembiayaan pertanian melakukan proses penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan sesuai dengan persyaratan dan kelengkapan dokumen yang ditetapkan, 2. Penyaluran BLM PUAP dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung ke rekening Gapoktan,

3. Surat perintah membayar diajukan ke kantor pelayanan perbendaharaan negara (KPPN) Jakarta dengan lampiran: a. Ringkasan keputusan Menteri Pertanian tentang penetapan desa dan Gapoktan, b.rekapitulasi dokumen dari tim pembina PUAP provinsi, c. Kwitansi yang sudah ditandatangani ketua Gapoktan dan diketahui atau disetujui oleh tim teknis kabupaten atau kota dengan materai Rp 6.000. (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010). Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan, penyaluran dan pemanfaatan dana BLM PUAP diperlukan monitoring dan evaluasi serta pelaporan secara sistematis, berjenjang, terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Lingkup masing-masing tahapan adalah: a. Monitoring dan Evaluasi, dilakukan oleh tim PUAP pusat, tim pembina provinsi dan tim teknis kabupaten atau kota. Aspek yang dimonitoring dan dievaluasi adalah Gapoktan, jenis usaha, kinerja penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani serta perkembangan penyaluran dan pemanfaatan dana PUAP pada Gapoktan. Monitoring dan evaluasi oleh tim teknis kabupaten atau kota dilakukan setiap sebulan sekali oleh tim pembina provinsi dan tim PUAP pusat dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Tujuannya yaitu untuk melihat sejauh mana meningkatnya kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani. b. Pelaporan, dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, tim teknis kabupaten atau kota, tim teknis pembina provinsi dan tim PUAP pusat. Tujuannya adalah menilai

sejauh mana kemampuan dan peningkatan dari kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, serta melakukan evaluasi sejauh mana meningkatnya fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan. Melakukan evaluasi sejauh mana berkurangnya kemiskinan dan pengangguran dengan telah tersalurkannya BLM PUAP (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010). Landasan Teori Pembangunan berarti meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Ndraha (1987) yang menyatakan masalah masalah yang dihadapi dalam pembangunan masyarakat di dalam prakteknya antara lain terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat perubahan, sebuah asumsi untuk masalah ini adalah semakin tinggi kepentingan seseorang atau kelompok terhadap sesuatu kegiatan, maka semakin tinggi pula partisipasinya dan sebaliknya. Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia (2010), dalam sistem penganggaran terpadu berbasis kinerja, perlu dilakukan penilaian terhadap pencapaian outputs dan outcomes dari setiap program dari kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi untuk memberikan keyakinan bahwa sasaran dan tujuan dari suatu program dari kegiatan dapat tercapai sesuai dengan prinsip efisien, ekonomis, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses dan kegiatan masyarakat serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, semakin ideal kepemilikan dan proses masyarakat akan diwujudkan (Ife dan Frank, 2008). Tujuan utama pembangunan pertanian di banyak negara adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang akan semakin meningkat dengan harga yang bersaing di pasar dunia. Untuk mengubah struktur sosial ekonomi di daerah perdesaan mungkin merupakan cara terbaik bilamana kita sepakat bersama petani mengenai perilaku optimal mereka, petani tidak seharusnya bersikap demikian, tetapi dihadapkan pada kendala struktur ekonomi dan sosial. Partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam program pembangunan sering dipandang sebagai jalan untuk meraih sukses, khususnya untuk memecahkan permasalahan kaum miskin. Partisipasi sering dianggap mempermudah jalan untuk meraih kelompok sasaran yang lebih miskin dan kurang berpendidikan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan umumnya rendah. Hal ini dikarenakan lembaga-lembaga masyarakat belum banyak yang secara nyata memberdayakan masyarakat (Van Den Ban dan Hawkins 1999). Menurut Slamet (2003), pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan.

Masyarakat dengan demikian harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi. Penyebab kemiskinan sangat banyak, antara penyebab dan akibat sering berbalik misalnya miskin disebabkan pendidikan rendah, juga pendidikan rendah disebabkan miskin. Menurut Tarigan dan Lily (2006), penyebab dan jenis-jenis kemiskinan belum ada yang baku atau standar. Secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Kemiskinan alami (natural) yaitu kemiskinan yang disebakan keadaan alam suatu daerah yang miskin. 2. Kemiskinan budaya (cultural) yaitu kemiskinan yang disebabkan kondisi sosial budaya penduduk di daerah itu mendukung kemiskinan. 3. Kemiskinan struktural (structural) yaitu kemiskinan yang disebabkan keadaan struktur pemerintahan, struktur pendistribusian fasilitas yang membuat daerah penduduknya menjadi miskin. Sehingga partisipasi melalui pengikutsertaan petani dapat menjadi cara yang lebih efisien untuk mencapai tujuan suatu program penyuluhan. Petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan karena mereka memiliki informasi yang penting untuk merencanakan program termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan serta struktur sosial masyarakat mereka (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP Partisipasi masyarakat terhadap suatu program tentu dipengaruhi karena adanya beberapa karakteristik. Adapun karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi partisipasi petani penerima PUAP antara lain: 1. Umur Rata-rata umur petani di Indonesia cenderung tua dan sangat berpengaruh terhadap produktivitas sektor pertanian atau usahataninya. Petani berusia tua cenderung sangat konservatif (memelihara), menyikapi perubahan terhadap inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda. Menurut Kesuma (2006), makin muda umur petani biasanya akan mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan. Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). 2. Pendidikan Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sikap yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih moderen. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi

sehingga sikap mental untuk manambah pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang (Kesuma, 2006). Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994). 3. Lama Berusahatani Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih muda menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih muda menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi. Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal baik untuk waktu berikutnya (Hasyim, 2006). 4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Hasyim, 2003). 5. Jumlah Tanggungan Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999). Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya. 6. Luas Lahan Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi inovasi dari pada yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kesuma, 2006). Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan

mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. 7. Produksi Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum (Soekartawi, 2001). Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya (Soekartawi, 2001). 8. Produktivitas Produktivitas merupakan hasil per satuan luas lahan. Orang luar cenderung mengukur produktivitas usahatani menurut hasil total biomassa, hasil komponen komponen tertentu (gabah, jerami, dan kandungan protein), hasil ekonomis atau keuntungan. Produktivitas merupakan tujuan utama usahatani, juga bagi rumahtangga tani, tetapi mereka mungkin tidak menilainya hanya berdasarkan nilai pasar belaka (Reijntjes, dkk. 1999). Menurut Soekartawi (1986) produktivitas petani umumnya masih rendah. Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga mengusahakan

kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah. Tiga alasan partisipasi masyarakat itu bersifat sangat penting yaitu: 1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakatnya tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, 2. Partisipasi masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut, 3. Mendorong adanya partisipasi umum, di banyak negara timbul anggapan bahwa suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri ( Mikkelsen, 1999). Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), yang menyatakan bahwa partisipasi memungkinkan perubahan perubahan yang lebih besar dalam cara berfikir manusia. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan sedikit lebih sedikit terjadi dan perubahan perubahan ini tidak akan bertahan lama jika mereka menuruti saran-saran yang diberikan.

Kerangka Pemikiran Sejak tahun 2008, program PUAP telah dilaksanakan di perdesaan per Gapoktan sebagai pusat pertumbuhan usaha agribisnis. Dalam hal ini petani berperan dan berpartisipasi sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pelaksanaan program PUAP. Petani sebagai subjek adalah petani sebagai pelaku penerima dana PUAP, dalam hal ini petani berpartisipasi dalam program PUAP yakni dalam penggunaan BLM PUAP untuk usaha produktif pertaniannya, yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan. Peran lain petani adalah sebagai jurutani dan pengelola. Petani sebagai jurutani yaitu memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang bermanfaat. Petani sebagai pengelola yaitu petani yang berperan untuk mengelola usahataninya, termasuk di dalamnya pengambilan keputusan ataupun penetapan pilihan atas usahatani yang mereka lakukan. Sedangkan petani sebagai objek yaitu petani merupakan sasaran program yang berpartisipasi dalam menerima dan menggunakan BLM PUAP serta bertanggungjawab dalam usahataninya. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan manusianya. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dari lembaga pendidikan baik formal maupun informal. Pemberdayaan masyarakat harus dimulai sejak dini, dengan harapan dapat memberikan suatu harapan agar nantinya akan memiliki kualitas sumber daya manusia yang siap bersaing, dan dengan demikian mereka memperoleh pendapatan yang tinggi dan kesejahteraan tercapai. Dalam penyaluran dana PUAP, diperlukan adanya partisipasi dari lingkungan setempat terutama masyarakat atau petani yang diberdayakan sesuai

dengan kegiatan program yang akan dilaksanakan. Karakteristik yang mempengaruhi petani dalam berpartisipasi adalah karakteristik sosial ekonomi yaitu meliputi umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas. Partisipasi tersebut akan mendorong beberapa aspek yang perlu ditingkatkan yaitu tingkat partisipasi melalui program PUAP serta hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan pelaksanaan program PUAP. Dalam pelaksanaan program tersebut, terdapat masalah yang dihadapi sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut dan dapat ditentukan tingkat partisipasi petani penerima PUAP di daerah penelitian, apakah partisipasinya tinggi, sedang dan rendah. Dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut:

Karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP: 1. Umur 2. Pendidikan 3. Lama berusahatani 4. Frekuensi mengikuti penyuluhan 5. Jumlah tanggungan 6. Luas lahan 7. Produksi 8. Produktivitas PETANI Partisipasi Masyarakat Program PUAP Tanaman pangan Hortikultura Peternakan Perkebunan Masalah Upaya Tingkat Partisipasi Tinggi Sedang Rendah Keterangan: = Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)