BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan lahan, berlangsung dalam skala panjang sampai musim penghujan tiba. Berdampak sangat luas dan bersifat lintas sektor seperti ekonomi, pertanian, social, kesehatan dan pendidikan. Dampak tersebut ditandai dengan mundurnya awal musim hujan dan makin panjangnya musim kemarau kemudian menyebabkan kekeringan. Kekeringan adalah salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak sirkulasi musiman ataupun penyimpangan iklim global seperti El- Nino dan Osilasi Selatan. Dewasa ini bencana kekeringan semakin sering terjadi bukan saja pada periode tahun-tahun El-Nino, tetapi juga pada periode tahun dalam kondisi normal. Secara umum kekeringan adalah ketersedian air yang jauh dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup ataupun terjadi suatu kekurangan curah hujan dari yang diharapkan turun. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok dan vital bagi kehidupan manusia dan tidak dapat digantikan dengan sumberdaya lainnya. Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Telah banyak ditemukan korelasi antara tanaman dan unsur panas dan air. Air hujan merupakan sumberdaya yang banyak dimanfaatkan oleh manusia, terutama untuk 1
2 kebutuhan air pertanian atau irigasi dan sumber air bersih. Tetapi dengan keadaan iklim yang tidak stabil akan menyebabkan fenomena kekeringan yang terjadi karena curah hujan yang kecil dalam periode waktu tertentu. Ketiadaan curah hujan dalam kurun waktu lama bahkan melebihi musim kemarau dapat mempengaruhi semua sektor kehidupan. Curah hujan yang menurun drastis dari angka normalnya disebut sebagai kekeringan meteorologis yang dapat mengakibatkan kekurangan cadangan air di suatu daerah, apabila hal tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama akan mengancam kelangsungan hidup manusia. Berkurangnya curah hujan yang cukup signifikan akibat dari perubahan iklim telah membawa dampak pada sektor pertanian, khususnya pada produksi dan kualitas tanaman pangan. Karena pangan adalah kebutuhan pokok utama bagi manusia, untuk itu perlunya upaya-upaya dalam hal menjaga kestabilan produksi tanaman pangan. Hal ini menjadi salah satu alasan berkembangnya model-model prediksi hujan sebagai upaya antisipasi terhadap kejadian perubahan iklim di suatu wilayah. Iklim atau cuaca tidak hanya berperan terhadap kuantitas dan kualitas produksi, tetapi juga terhadap kestabilan produksi. Oleh karena itu monitoring iklim dan cuaca dalam sistem usaha tani sangat dibutuhkan, terutama dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengelolaan. Usaha yang sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan adalah dengan memahami karakteristik iklim wilayah tersebut dengan baik. Dengan hal ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
3 kebijaksanaan dalam pengelolaan areal pertanian, shingga kondisi iklim ekstrim tidak akan menyebabkan kerugian terlalu besar. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat bahwa ada 139 desa yang masuk dalam kategori ancaman kekeringan tingkat tinggi di musim kemarau pada tahun 2012. Seratus tiga puluh sembilan desa diantara 139 desa di DIY yang terancam kekeringan berada di Kabupaten Gunungkidul (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012). Dampak bencana kekeringan di Kabupaten Gunungkidul antara lain adalah penurunan produksi padi 40-50 % dari total produksi (Dinas Pertanian DIY, 2012). Untuk mengantisipasi setiap kondisi buruk yang terjadi, perlu dilakukannya analisis terhadap kekeringan dengan mempelajari interaksi iklim terkait pola hujan. Oleh karena itu, kita sebagai sarjana Teknik Pertanian dan Biosistem dapat melakukan manajemen dan merekayasa dengan baik terhadap pemanfaatan air hujan dalam hal ini untuk kebutuhan air suatu daerah. Selain itu kekeringan tidak hanya berdampak pada daerah yang mengalami kekeringan saja, namun dapat meluas ke daerah lain karena sektor ekonomi, pangan dan sebagainya. 1.2. Tujuan Dengan melihat rumusan masalah yang diterapkan maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
4 1. Menilai tingkat kekeringan di wilayah Kabupaten Gunungkidul menggunakan metode SPI berdasarkan data curah hujan. 2. Mengetahui pola spasial persebaran kekeringan di wilayah Kabupaten Gunungkidul. 3. Mengetahui daerah klasifikasi zona iklim yang ada pada daerah Wilayah Kabupaten Gunungkidul DIY sehingga dapat berguna bagi pengembangan pertanian di daerah tersebut. 4. Mengetahui nilai prediksi kekeringan terparah yang terjadi di wilayah Kabupatem Gunungkidul di tahun 2017 2026. 1.3. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk informasi tambahan yang lebih detail tentang kondisi yang terjadi di daerah Kabupaten Gunungkidul DIY guna mendukung informasi kelengkapan data dalam prediksi jumlah dan sifat curah hujan dalam bulanan dan tahunan, dan juga untuk menetapkan kebijakan mitigasi bencana kekeringan Kabupaten Gunungkidul DIY. 1.4. Batasan Penelitian Untuk lebih memfokuskan penelitian maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
5 1. Analisis indeks kekeringan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) terbatas pada kekeringan meteorologis berdasarkan data curah hujan. 2. Berbasis SIG dilakukan tumpang tindih (overlay) antara peta digital, data curah hujan 3. Hanya menganalisa kekeringan di Wilayah Kabupaten Gunungkidul DIY 4. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang terdiri dari data hujan bulanan dan peta digital daerah penelitian. 5. Memprediksi nilai rata-rata curah hujan di Kabupaten Gunungkidul dan nilai indeks kekeringan SPI tahun 2017-2026 terbatas hanya pada statistik data saja, tidak dalam spasialnya.