BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pertimbangan bahwa industri dan toko toko karawo masih lebih banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II METODE PERANCANGAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas Butik Dorayaky Shop. menuangkan hobi nya di bidang fashion tersebut dia berkeinginan

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III BUTIK LATIFAH DAN PEMASARAN PRODUK. 1. Sejarah Berdirinya Butik Latifah Way Halim Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB V PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP SULAMAN KARAWO. kebutuhan para wisatawan selama mereka berwisata. Ketika wisatawan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Bab 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk analisa dan konsep proyek ini didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENJUALAN JILBAB BERBAHAN SATIN VELVET DAN KATUN BERKUALITAS NAMUN HARGA MURAH

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Desainer

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kebudayaan khas Indonesia yang telah di akui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapatkan laba. Dengan bersaing, pedistribusian yang cepat dan tepat waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan di berbagai bidang, salah satunya pada bidang fashion.

BAB I PENDAHULUAN. baik unit usaha yang bergerak dalam penjualan barang maupun jasa, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lebih maksimal terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer manusia terdiri dari sandang, pangan,

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

Bab 1. Pendahuluan. Kesenian dan kerajinan ini merupakan aset penting budaya lokal yang

A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan pakaian mengikuti mode yang sedang trend, maka banyak

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat yang disebabkan oleh adanya ide kreatif dan inovatif dari pelaku

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo

BAB III GAMBARAN UMUM BUTIK ALAM BENING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. 1. Denim/Jeans mempunyai ketebalan bahan yang kuat. 2. Bahan Denim/Jeans mampu menahan beban barang yang cukup kuat.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Usaha Sampingan Jasa Rias Pengantin

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan cenderung mudah berpindah saluran dan retailer yang berbeda

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usaha kerajinan Sulaman Kerawang Naga Mas Mongolato Kecamatan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah difokuskan di Kota Gorontalo, dengan pertimbangan bahwa industri dan toko toko karawo masih lebih banyak terpusat di Wilayah Kota Gorontalo. Demikian pula dengan penggunaan karawo dan pembeli yang juga lebih banyak berada di Wilayah Kota Gorontalo. Lokasi tersebut meliputi beberapa industri karawo, tepatnya toko dan pengrajin karawo. Toko toko tersebut adalah : 1. Toko Kerawang Souvenir; Jl. Katili (Ex Andalas) No. 191 2. Toko Cahaya Kerawang; Jl. Siendeng 3. Toko Sumber Usaha; Jl. Kasim Panigoro, Desa Mongolato 4. Toko Cahaya Kerawang 2; Kelurahan Ipilo, dan 5. Toko Kerawang Indah; Jl. Raja Eyato No. 9 Selain industri karawo ini, beberapa Remaja Kota Gorontalo juga ikut diteliti, sehubungan dengan minat mereka dalam menggunakan kain khas Daerah Gorontalo ini. Remaja tersebut dipilah menjadi 2 (dua), yaitu remaja dalam kategori Nou dan Uti, serta remaja umum lainnya. 4.2 Hasil Penelitian Data yang dikumpulkan adalah berdasarkan dari hasil observasi lapangan, serta wawancara yang dilakukan langsung dengan perwakilan

pihak industri dan remaja Kota Gorontalo, disamping beberapa data sekunder yang didapatkan oleh penulis dari beberapa sumber. Data hasil penelitian tersebut lebih rinci dijelaskan sebagaimana berikut ini 4.2.1 Kondisi Industri Karawo Di Kota Gorontalo industri karawo dan toko karawo sudah cukup banyak, baik usaha yang besar maupun yang masih kecil kecilan. Namun dalam penelitian ini penulis membatasi jumlah industri yang akan diwawancari hanya 5 industri saja, dengan pertimbangan kelima industri atau toko karawo ini adalah yang paling banyak dikunjungi oleh pelanggannya (paling ramai oleh pembeli). Toko toko tersebut adalah sebagaimana yang sudah disebutkan diparagraf awal, dimana toko toko ini rata rata memiliki dan menjual produk karawo yang sama yaitu bahan kain (pria-wanita), taplak meja, kipas karawo, tatakan gelas, mukena, jilbab, kemeja pria yang sudah jadi, sapu tangan, dasi, selendang, tas dan juga kupiah keranjang. Toko toko ini memiliki karyawan antara 2 6 orang ditokonya, dan memperkerjakan pengrajin dengan jumlah yang hampir sama juga yaitu 20 30 orang dalam usia antara 20 60 tahun. Toko toko karawo ini ada yang sudah mulai buka dan beroperasi pada tahun 1996. Oleh sebab itulah toko toko ini sudah banyak memiliki pelanggan baik yang ada di Gorontalo, maupun di luar Provinsi Gorontalo. Bahkan tidak jarang toko toko ini sudah menerima pesanan langsung dari pelanggan diluar Provinsi Gorontalo, dan bersedia mengirimkan pesanan pesanannya via pos dan atau sejenisnya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan langsung baik di toko (etalase toko) maupun dilokasi pengrajinnya, dari kelima toko ini, penulis belum menemukan adanya desain desain yang berbeda antara satu toko dengan toko lainnya, terutama desain desain untuk para remaja. Desain disini meliputi bahannya, warna warna, corak bahan, hingga model bajunya. Seluruh karawo yang tersedia ditoko toko ini seakan memiliki desain yang sama untuk setiap jenis bajunya sehingga memberi kesan bahwa bahan kain karawo ini hanya untuk kalangan orang dewasa saja dan selalu memiliki desain yang formal saja. Sementara hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola karawo ini juga semakin memperkuat kesan karawo diatas (bahwa karawo hanya untuk kalangan dewasa dan sebagai pakaian formal) karena jawaban yang diberikan oleh pengelolannya ini semuanya hampir sama. Setiap pengelola memberikan jawaban bahwa selama mereka membuka usaha karawo ini, belum pernah membuat desain yang cocok untuk remaja (putra putri), baik bahannya, warnanya, corak bahannya bahkan model bajunya. Menurut mereka juga, belum pernah ada selama ini kaum remaja yang datang ke pihak mereka dan meminta untuk dibuatkan baju dari bahan karawo. Bahkan menurut pengamatan mereka kaum remaja tidak pernah tertarik untuk menggunakan bahan baju karawo karena malu atau enggan jika dikatakan seperti orang tua, sehingga hal ini menjadi alasan bagi mereka untuk tidak membuatkan atau mendesain baju karawo untuk kaum remaja.

Namun disisi lain, pihak industri karawo ini sangat menerima apabila ada permintaan permintaan tertentu dari pihak pengguna atau pembeli, terlebih lagi dari pihak desainer desainer Gorontalo, jika menginginkan suatu/model/desain tertentu dan mereka bisa memenuhinya maka akan dibuatkan oleh mereka. Sebagaimana mengutip hasil wawancara dengan mereka, bahwa sejak tahun 2009 hingga saat ini, merek sudah pernah menerima order dan sudah pernah membuatkan desain kaum remaja atas permintaan beberapa desainer Gorontalo, namun masih sebatas untuk model gaun gaun putri dan jas untuk kaum putra. Menurut mereka, hal ini dilakukan karena sesuai informasi yang didapatkan dari para desainer tersebut bahwa untuk lebih mempromosikan bahan kain karawo ini salah satunya adalah melalui ajang fashion show yang digelar oleh para desainer tersebut. Disamping itu program program pemerintah seperti Pemilihan No u dan Uti (baik tingkat Kota/Kabupaten maupun Tingkat Provinsi), Putri Pariwisata, Duta Wisata, Duta Mahasiswa, Duta Pelajar dan lain lain juga lebih mengutamakan penggunaan bahan bahan pakaian tradisional daerah dari pada batik yang dianggap sudah umum penggunaannya. Sehingga dengan demikian mau tidak mau mereka pun berusaha untuk membuatkannya. Berdasarkan informasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini memang industri karawo sebagai pakaian khas/tradisional Daerah Gorontalo produksinya masih didominasi oleh desain dan model untuk kalangan

kaum dewasa, baik pria dan wanita. Sehingga produk yang dijumpai disetiap toko karawo pun hampir sama dan untuk kalangan yang sama pula. 4.2.2 Kondisi Remaja Nou dan Uti Sebagai Pengguna Karawo Remaja No u dan Uti sebagai pengguna karawo adalah remaja Kota Gorontalo yang tergolong dalam komunitas No u dan Uti (baik yang menjabat sebagai No u dan Uti maupun mereka yang pernah mengikuti kontes tersebut). Remaja No u dan Uti ini adalah sebagian kecil dari remaja umum yang ada di kota yang dapat dikatakan serius menggunakan karawo ini. Sebagaimana hasil pengamatan dilapangan bahwa para No u dan Uti ini selama masih menjabat (menyandang gelar No u dan Uti, runner up, maupun gelar putri lainnya) harus lebih banyak menggunakan baju karawo disetiap acara yang dihadirinnya. Demikian pula pada saat mereka mengikuti kontes ini dari awal masuk, karantina, hingga penobatan akhir, mereka juga diharuskan memiliki beberapa koleksi baju karawo, baik dengan desain gaun dan jas yang resmi maupun desain yang semi resmi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa komunitas No u dan Uti ini (No u dan Uti yang menjabat tahun 2012 serta beberapa komunitas No u dan Uti dan peserta lainnya), didapatkan jawaban yang hampir sama, bahwa mereka memiliki koleksi baju karawo sendiri karena mereka pernah mengikuti kontes No u dan Uti tersebut. Terlebih lagi bagi mereka yang terpilih dengan berbagai predikat, harus memiliki koleksi baju karawo tersebut dan harus digunakan apabila menghadiri undangan acara acara tertentu. Mereka menambahkan pula bahwa dalam hal memilih desain,

motif, warna, dan menentukan desain model bajunya mereka lebih banyak dibantu oleh desainer desainer Gorontalo. Mereka tidak pernah membeli langsung dan membuat (menjahit) langsung baju karawo ini. Karena menurut mereka, bahan baju karawo yang ada/tersedia ditoko tidak sesuai dengan selera mereka, bahkan hanya terkesan seperti baju untuk kantoran saja. Oleh sebab itu mereka lebih memilih untuk menggunakan desainer/perancang dalam memilih dan membeli bahan baju karawo untuk mereka. Uraian hasil wawancara diatas memberikan gambaran bahwa untuk kalangan kaum remaja No u dan Uti ini sudah dapat dikatakan sebagai remaja pengguna karawo, namun sayangnya masih sebatas untuk digunakan pada event event tertentu ataupun pada saat menghadiri acara acar yang resmi. Sementara untuk pemilihan desain, motif, warna hingga modelnya mereka sangat bergantung dari seorang desainer karena mereka tidak bisa mendapatkannya secara langsung ditoko karawo yang sesuai dengan kalangan mereka. Kenyataan lainnya adalah kaum remaja No u dan Uti ini ternyata juga tidak terlalu berminat untuk menggunakan baju karawo apabila tidak menghadiri acara acara resmi, sehingga hal ini semakin memperkuat juga anggapan bahwa bahan karawo selalu identik dengan suasana formal ataupun acara resmi. Harganya yang cukup mahal, juga menjadi penyebab lainnya kaum remaja No u dan Uti ini hanya terbatas memiliki baju karawo sebagai koleksi pribadinya.

4.2.3 Kondisi Remaja Umum Remaja umum yang dimaksudnya dalam penelitian ini adalah remaja yang biasa yang tidak pernah mengikuti kontes seperti No u dan Uti ataupun lainnya. Remaja ini dipilih dari tingkat SMA dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Gorontalo. Sesuai hasil pengamatan penulis, remaja umum ataupun remaja yang bukan peserta Nou dan Uti, dapat dikatakan hampir tidak pernah menggunakan baju karawo. Mereka lebih cenderung menggunakan baju baju casual ataupun baju baju yang memang cocok dengan usia mereka. Bahkan pada acara acara resmi sekalipun mereka lebih memilih untuk menggunakan baju baju simple dengan motif dan warna yang segar serta model model kaum remaja. Penjelasan diatas diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa wakil remaja yang duduk dibangku SMA serta beberapa mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo. Mereka mengatakan bahwa hingga saat ini (maksudnya, diusia mereka sekarang ini) mereka tidak tertarik untuk mengenakan/menggunakan baju karawo dalam berbagai acara apapun. Menurut mereka bahan, motif, warna, hingga model/desain karawo yang ada dipasaran hanyalah cocok untuk kalangan usia dewasa bahkan orangtua. Terutama bahan kain yang formal serta motif yang kebanyakan hanya berupa bunga/kembang dengan ukuran besar tidak menarik minat mereka untuk menggunakan baju karawo tersebut (baik pria maupun wanita). Masih menurut mereka, motif yang di inginkan adalah dengan ukuran lebih kecil seperti kupu kupu, bunga kecil, polkadot, atau bahkan boneka kecil.

4.3 Pembahasan Sulaman karawo merupakan ciri khas daserah yang harus kita lestarikan, karena karawo memiliki prospek yang sangat tinggi untuk menunjang kesejahteraan dan perekonomian daerah Gorontalo. Mirisnya masyarakat Gorontalo sendiri khususnya remaja Kota Gorontalo belum tertarik menggunakan karawo, karawo hanya digunakan sekedar untuk baju dinas kantor saja dan acara-acara formal. 4.3.1 Industri karawo Untuk menarik minat remaja Kota Gorontalo untuk menggunakan sulaman karawo, harusnya produsen lebih inovatif lagi dalam menciptakan desain desain untuk remaja dimana desain merupakan rancangan yang diwujudkan dalam bentuk busana yang dapat dipergunakan oleh orang yang menyenangi, menginginkan atau membutuhkannya (Prof.Drs.Harsojo : 1977), berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa desain karawo saat ini memang tidak disukai oleh remaja Kota Gorontalo, karena desainnya tidak sesuai dengan karakteristik dari remaja itu sendiri, desain yang ada hanya desain untuk orang dewasa saja, seharusnya produsen harus menyediakan desain untuk remaja, mengingat sulaman karawo merupakan souvenir atau cinderamata daerah dimana souvenir menurut (Said ; 1992) adalah sebuah kenangan/tanda mata, benda kenangan yang memberikan ingatan kembali kepada seseorang pada suatu tempat/suatu peristiwa, karawo merupakan souvenir atau cinderamata daerah yang sangat bernilai harganya, karena tidak

semua bisa membuat sulaman karawo, karena cara pembuatannya yang sulit yang membuat karawo memiliki nilai lebih, sehingga kita sebagai masyarakat Kota Gorontalo harus bisa menjaga dan melestarikan ciri khas daerah, jadi bukan hanya orang dewasa saja yang seharusnya menggunakan atau melestarikan karawo, dari pihak remaja juga harusnya bisa melestarikan sulaman karawo, dengan cara menggunakannya. Jadi harus bisa menciptakan desan dan motif motif yang baru, yang lebih unik lagi dan lebih fresh untuk baik digunakan untuk remaja. Selain itu kurangnya program pemerintah yang memicu remaja untuk menggunakan karawo, karawo lebih banyak digunakan oleh orang dewasa karena pegawai pegawai negeri diharuskan untuk menggunakan sulaman karawo, sehingga memicu untuk menggunakan karawo, sedangkan untuk remaja belum ada program khusus dari pemerintah. Remaja yang menggunakan karawo hanya pada event event tertentu seperti festival karawo, atau lomba lomba yang dharuskan menggunakan sulaman karawo. Hal ini juga disebabkan desainer desainer sulaman karawo saat ini hanya membuat desain desain gaun saja untuk remaja, itupun hanya sekedar permintaan karena ada event event yang sedang berlangsung. 4.3.2 Remaja No u dan Uti Remaja No u dan Uti disini sebagai remaja pengguna karawo, dimana remaja No u dan Uti merupakan kalangan remaja yang paling sering menggunakan sulaman karawo, karena sulaman karawo diharuskan

digunakan pada event event tertentu atau acara resmi. Dalam uraian hasil penelitian diatas mengatakan bahwa, karawo yang digunakan pada eventevent tertentu hanya karawo dalam desain gaun pesta, karena remaja menggunakan desain karawo sesuai dengan desain yang dibuat oleh desainer, bukan berdasarkan permintaan khusus dari remaja itu sendiri. Sebaiknya sebagai remaja dalam kalangan No u dan Uti, mereka harus bisa bekerja sama lagi dengan desainer untuk menciptakan desain desain baju karawo untuk digunakan dalam event event atau acara resmi. Jadi bukan hanya berdasarkan keinginan desainer. Sehingga bisa lebih banyak menciptakan desain desain yang lebih menarik bukan hanya untuk remaja bahkan untuk semua kalangan. Remaja No u dan Uti juga seharusnya bisa lebih memperkenalkan sulaman karawo dan menarik minat remaja melalui event event yang digelar dengan menggunakan desain sulaman karawo khusus remaja. Desain dan motif memang sangat berdampak terhadap minat remaja Kota Gorontalo, dalam teori desain menurut (Prof.Drs.harsojo : 1977) merupakan keterampilan yang dituangkan dalam bentuk rancangan berupa gambar model busana yang dipergunakan oleh orang yang menyenanginya, menginginkannya atau membutuhkannya, dapat dikatakan bahwa suatu desain busana harus dapat mengilustrasikan dengan jelas apa yang ada dalam pikiran seorang perancang, sehingga yang ada dalam pikirannya dapat dibaca oleh orang lain, juga para perancang busana akan membuat rancangannya

disesuaikan dengan trend mode yang ada dimasyarakat. Sebaliknya, desain karawo saat ini memang tidak disesuaikan dengan trend mode yang ada, bahkan desain untuk orang dewasa nya pun itu itu saja, tidak ada yang berbeda, apalagi desain untuk remaja. trend harusnya menjadi panutan untuk produsen maupun desainer agar bisa menciptakan desain desain yang baru yang lebih fresh. Sehingga yang menggunakannya pun merasa puas. 4.3.3 Remaja Umum Remaja umum disini dalam kategori mahasiswa dan siswa siswi sekolah menengah atas, dimana merupakan remaja yang belum bahkan tidak pernah menggunakan sulaman karawo akan lebih susah untuk menarik minat remaja dalam kalangan umum ini dibanding dengan remaja No u dan Uti yang sudah lebih sering menggunakan karawo. Remaja dalam kalangan umum tidak bedanya dengan remaja dalam kategori Nou dan Uti sama sama tidak tertarik menggunakan karawo karena pertama desain desain untuk remaja belum ada, desain nya memang hanya desain untuk orang dewasa saja, kedua yaitu motifnya yang monoton, sedangkan remaja lebih suka motif yang lucu lucu seperti motif binatang, ketiga yaitu bahannya yang kurang nyaman, bahannya yang tebal dan juga tidak menyerap keringat. Beberapa hal diatas merupakan alasan mengapa remaja kurang berminat menggunakan karawo, sedangkan menurut teori (Sutjipto : 2001) menjelaskan bahwa minat

adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi, seseorang yang menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu. Remaja tidak berminat karena memang tidak merasa tertarik dengan desain desain karawo ataupun motif karawo yang ada saat ini. 4.3.4 Menjalin Kerja Sama Antara Desainer dan Indutri Untuk menciptakan produk produk khusus remaja, sebaiknya desainer bisa bekerja sama dengan industri untuk membuat/mendesain baju khusus remaja, karena alasan remaja tidak menggunakan karawo, karena dari pihak industri tidak menyediakan produk khusus remaja, sedangkan dari industri tidak menyediakan produk remaja karena tidak adanya permintaan dari remaja, jadi ada baiknya desainer bekerja sama dengan industri untuk membuat desain desain remaja, membuat desain dengan mengikuti trend remaja saat ini atau bahkan mungkin menciptakan desain baru untuk remaja, sedangkan dari pihak industri membantu dengan menyesuaikan bahan atau kain untuk disulam, mengingat remaja lebih menyukai bahan bahan yang nyaman, sedangkan sulaman karawo lebih banyak menggunakan bahan yang tebal atau panas seperti bahan tapeta, jadi industri menyesuaikan bahan yang lebih nyaman yang bisa disulam seperti bahan shifon.