GAMBARAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGASIH 1 KABUPATEN KULON PROGO

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia BudiALIAN SAMPAH DAN ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SERTA KONDISI FISIK SUMUR GALI DI DESA TATELI WERU KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Repository.Unimus.ac.id

Rahayu Sri Pujiati *, Dwi Ochta Pebriyanti** ABSTRACT. Keywords: dug well, septic tank, distance, the coliform bacteria

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

Kata Kunci : Konstruksi Sumur Gali, Jarak Sumber Pencemar, Kualitas Mikrobiologis Air.

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan

UJI BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN BATUANG TABA NAN XX KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh :

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pemanfaatan sumber daya alam (Soegianto, 2005). Salah satu komponen

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulagi Manado

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

GAMBARAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS DAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DI LINGKUNGAN III KELURAHAN MANEMBO-NEMBO TENGAH KECAMATAN MATUARI KOTA BITUNG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

KUALITAS AIR TANAH DI KECAMATAN TEBET JAKARTA SELATAN DITINJAU DARI POLA SEBARAN Escherichia coli

ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH PADA SISTEM AIR BERSIH DI DESA LANSA KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

Analisis Bakteriologis Kualitas Air Sumur di Kota Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS FISIK AIR SUMUR DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

UJI KUALITAS AIR SUMUR GALI PADA TOPOGRAFI TANAH MIRING dan TANAH DATAR di LIHAT dari DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUALITAS AIR SUMUR GALI MASYARAKAT DESA TIFU KECAMATAN WAEAPO KABUPATEN BURU PROPINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Rumus kimia air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

KONDISI SANITASI LINGKUNGAN DI KENAGARIAN BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

Keywords : Physical Condition, Behavior of Residents User, The Dug Well

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

Jarak Ideal Septic Tank Dengan Sumber Air Bersih. terkontaminasi dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

Manual Desludging Hand Pump (MDHP)

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

RISIKO KONTAMINASI BAKTERIOLOGIS PADA SARANA AIR BERSIH DI DESA BARUH TABING KECAMATAN BANJANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN KUALITAS AIR SUMUR DI SEKITAR TPA PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARATA CLEAN WATER MAPPING AROUND PIYUNGAN LANDFILL BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS SUMBER AIR BERSIH DI DESA KAYUWATU KECAMATAN KAKAS Gabriela J. Mantik*, Jootje M. L. Umbo*, Woodford B. S.

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

Medical Laboratory Technology Journal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:

Transkripsi:

GAMBARAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGASIH 1 KABUPATEN KULON PROGO Alya Nida Tahera Mahardika, Mursid Rahardjo, Nikie Astorina Yunita D Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: alyanidatm@gmail.com ABSTRACT Dug wells is one of the most source of fresh water that used by people who live in Pengasih 1 Health Center Work Area. Water of dug wells is the shallow groundwater that easily contaminated by the contaminants on the ground. The puspose of this study is to describe the water bacterial quality of dug wells associated with the distance of dug wells with the source of contaminant. This study is observational descriptive with cross sectional design. The contaminant that measured in this study is the distance between dug well with septic tank, sewerage, and other contaminants (cattle pen or landfill). Water bacterial quality measured using MPN coliform. The number of sample in this study is 42 wells. Not eligible distance between wells and septic tank is 47,6%, wells and sewerage is 76,2%, wells and other contaminants is 76,2%. Overall the distance between dug wells and contaminant sources that not eligible is 92,9%. The bacterial quality of water is 100% not eligible. The conclusion of this study is most of the wells is not eligible with the distances of contaminant sources and all wells is not eligible in water bacterial quality. Key Words : Distance between Dug Wells and Contaminants Sources, Bacterial Quality, Kulon Progo PENDAHULUAN Sumur gali merupakan salah satu sumber air bersih masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo. Air sumur gali termasuk kategori air tanah dangkal sehingga mudah mengalami cemaran dari permukaan. Cemaran tersebut dapat berasal dari aktifitas alamiah maupun aktifitas manusia. Air bersih yang layak pakai harus memenuhi syarat yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologi. Wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo mencakup Desa Pengasih, Desa Sendangsari dan Desa Sidomulyo. Sebanyak 8258 orang menggunakan sumur gali, 1739 orang menggunakan PDAM, dan 1310 orang menggunakan mata air sebagai sumber air bersih. Berdasarkan data dari Puskesmas, diketahui bahwa kualitas bakteriologis air sumur gali masyarakat yaitu 1400 MPN/ 100 ml dan 460 MPN/ 100 ml. Data tersebut mengindikasikan bahwa air sumur gali yang digunakan masyarakat tidak memenuhi syarat berdasarkan peraturan, yaitu maksimal 50 MPN/ 100 ml. Air sumur gali merupakan air tanah dangkal yang mudah mengalami kontaminasi bakteriologis dari sumber pencemar yang ada di permukaan tanah. Dalam peraturan yang ditetapkan, kualitas bakteriologis air bersih 8

ditentukan oleh keberadaan bakteri coliform. Bakteri coliform dibedakan berdasarkan bakteri yang berasal dari kontaminasi lingkungan dan bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan berarah panas. Bakteri total coliform merupakan bakteri yang berasal dari kontaminasi lingkungan, jasad hewan berdarah panas dan jasad tumbuhan, sedangkan bakteri fecal coliform merupakan bakteri coliform yang berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas. 1 Bakteri yang terdapat di permukaan dapat meresap bersamaan dengan air ke dalam tanah dan bergerak secara vertikal dan horizontal. Secara horizontal pencemaran tanah oleh cemaran biologi dapat mencapai kejauhan 6 m, sedangkan secara vertikal mencapai 3 m ketika hujan, dan akan semakin menipis jumlahnya jika semakin dalam kontaminan meresap kedalam tanah dikarenakan kontaminan akan tersaring oleh lapisan tanah. 2 Persebaran bakteri di tanah tergantung pada porositas tanah, aliran air tanah, dan banyaknya genangan air yang terdapat di permukaan. Jumlah bakteri total coliform yang ada di air meningkat pada musim hujan, disebabkan oleh intensitas air permukaan yang semakin besar sehingga air yang terserap kedalam tanah semakin banyak, begitu pula bakteri yang ada di dalam air. 2 Air sumur gali merupakan air tanah dangkal yang mudah mengalami kontaminasi bakteriologis dari sumber pencemar yang ada di permukaan tanah. Untuk mencegah air sumur dari kontaminasi bakteriologis, dalam membangun sumur perlu diperhatikan jarak sumur terhadap sumber pencemar. Jarak sumur terhadap septic tank yaitu minimal sejauh 11 m, jarak sumur terhadap saluran pembuangan air limbah yaitu minimal 2 m, dan jarak sumur terhadap sumber pencemar lain seperti timbunan sampah dan kandang ternak yaitu minimal 11 m. 3, 4 Sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo masih menggunakan sumur gali sebagai sumber air bersih. Namun setelah dilakukan studi lapangan, kondisi air sumur yang digunakan berbau dan keruh dengan parameter bakteriologis melebihi baku mutu. Dilihat dari segi lingkungan, kondisi fisik sumur gali kurang baik dan ada beberapa rumah yang memiliki kandang ternak dengan jarak kurang dari 2 m dari tempat hunian.berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan menggambarkan kualitas bakteriologis air sumur gali masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo dengan melihat kaitannya dengan jarak sumur gali terhadap sumber pencemar. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional, yaitu menggambarkan masingmasing variabel yang diamati. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode cross sectional dimana observasi dilakukan pada satu saat tertentu. 5 Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran jarak sumur gali dengan sumber pencemar dan pengukuran kualitas bakteriologis air sumur gali. Jarak sumber pencemar yang diukur pada penelitianini yaitu septic tank, saluran pembuangan air limbah 9

(SPAL), dan sumber pencemar lain (kandang ternak atau tempat penimbunan sampah). Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan meteran, GPS dan lembar checklist. Pengukuran kualitas bakteriologis air sumur gali dilakukan dengan menghitung MPN coliformyang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kulon Progo. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Sampel pada penelitian ini yaitu sumur gali yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo yaitu sebanyak 42 sumur dengan pengambilan sampel sebanyak 22 sumur di Desa Pengasih, 17 sumur di Desa Sendangsari, dan 3 sumur di Desa Sidomulyo. Kriteria inklusi sampel yaitu memiliki bibir sumur atau belum diratakan dengan tanah. Data yang telah terkumpul akan dilakukan uji univariat untuk menggambarkan variabel jarak seperti septic tank, SPAL dan sumber pencemar lain (kandang ternak atau tempat penimbunan sampah). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu puskesmas yang terletak di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. Wilayah kerja Puskesmas tersebut mencakup Desa Pengasih, Desa Sendangsari, dan Desa Sidomulyo. Desa Pengasih memiliki luas 676,74 Ha dengan ketinggian tanah 18 m di atas permukaan laut, Desa Sendangsari seluas 1.277,96 Ha dengan ketinggian 20 m di atas permukaan laut, dan Desa Sidomulyo seluas 1.490,76 Ha dengan ketinggian 250 m di atas permukaan laut. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2017 adalah sebanyak 26.538 orang dimana sebanyak 9.314 orang bertempat tinggal di Desa Pengasih, 11.183 orang bertempat tinggal di Desa Sendangsari, dan 6.041 orang bertempat tinggal di Desa Sidomulyo. Jumlah Kepala Keluarga yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2017 adalah sebanyak 7.549 KK dimana Desa Pengasih terdapat 2.957 KK, Desa Sendangsari sebanyak 2.917 KK dan Desa Sidomulyo sebanyak 1.675 KK. 2. Gambaran Umum Kondisi Lingkungan Sumber air bersih masyarakat sebagian besar berasal dari sumur gali dengan jumlah 9.258 pengguna, selanjutnya PDAM/ perpiaan dengan 1.739 pengguna dan mata air dengan 1.310 pengguna. Perbandingan sumber air bersih sumur gali dengan sumber pencemar lain yaitu sebesar 3:1. Persyaratan rumah sehat menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan yaitu mencakup 3 komponen: komponen rumah, komponen sarana sanitasi dan komponen perilaku penghuni. Komponen sarana sanitasi mencakup sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, saluran 10

pembuangan air limbah dan sarana pembuangan sampah. Presentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo belum sepenuhnya memenuhi persyaratan rumah sehat, dimana persentase di Desa Pengasih adalah 70,27%, Desa Sendangsari 68,59% dan Desa Sidomulyo 69,79%. 3. Jarak antara Sumur Gali dengan Sumber Pencemar Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah jarak terdekat. Observasi yang dilakukan terhadap jarak sumur dengan sumber pencemar mencakup jarak sumur dengan septic tank, jarak sumur dengan saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan jarak sumur dengan sumber pencemar lain seperti timbunan sampah atau kandang ternak. Septic tank merupakan tempat penampungan akhir dari jamban yang digunakan masyarakat, sehingga banyak mikroorganisme patogen yang dapat merembes ke tanah dan mencemari air tanah. Berdasarkan SNI 03-2916-1992 jarak sumur gali dengan septic tank minimal 11 m. Hal tersebut ditetapkan guna mencegah kontaminasi, baik secara vertikal maupun horizontal. Rata-rata jarak sumur dengan septic tank yang ada dimasyarakat adalah 12,69 m dengan jarak terdekat 1 m dan jarak terjauh 43 m. Nilai median jarak antara sumur dengan septic tank adalah 11 m dengan nilai standar deviasi 7,55 m. Selain itu sumber pencemar air sumur lainnya adalah saluran pembuangan air limbah (SPAL). SPAL mengalirkan air hasil kegiatan sehari-hari seperti mencuci peralatan rumah tangga dan mandi, sehingga banyak mikroorganisme patogen yang dapat merembes ke tanah dan mencemari air tanah. Jarak sumur gali dengan SPAL minimal 2 m. Hal tersebut ditetapkan guna mencegah kontaminasi, baik secara vertikal maupun horizontal. Rata-rata jarak sumur dengan SPAL yang ada dimasyarakat adalah 2,53 m dengan jarak terdekat 0,3 m dan jarak terjauh 14 m. Nilai median jarak antara sumur dengan SPAL adalah 1,15 m dengan nilai standar deviasi 3,34 m. Selain septic tank dan saluran pembuangan air limbah (SPAL), dalam membangun sumur gali juga harus memperhatikan jarak dengan sumber pencemar lain seperti tempat penampungan sampah dan kandang ternak. Untuk mencegah kontaminasi dari sumber pencemar tersebut, jarak sumur dan sumber pencemar minimal 10 m. Rata-rata jarak lain yang ada dimasyarakat adalah 8,71 m dengan jarak terdekat 0,3 m dan jarak terjauh 35 m. Nilai median jarak antara lain adalah 6 m dengan nilai standar deviasi 8,95 m. Tabel 1 menunjukkan hasil observasi jarak sumur dengan sumber pencemar yang ada di masyarakat. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa jarak sumur dengan septic tank 11

Tabel 1. Jarak Sumur Gali dengan Sumber Pencemar Jarak antar asumur dan Sumber Pencemar Frekuensi (sumur) Persentase (%) Jarak Sumur dengan Septic Tank 1. < 11 m 20 47,6 2. 11 m 22 52,4 Jarak Sumur dengan SPAL 1. < 2 m 32 76,2 2. 2 m 10 23,8 Jarak Sumur dengan Sumber Pencemar Lain 1. < 11 m 32 76,2 2. 11 m 10 23,8 Jarak Sumur dengan Keseluruhan Sumber Pencemar 1. Buruk 39 92,9 2. Baik 3 7,1 dilakukan Puspawati, dkk pada tahun 2012 semakin jauh jarak sumur dengan septic tank maka akan semakin kecil nilai MPN coliformnya. 6 Syarat jarak antara sumur gali dengan septic tank minimal 11 m. Hal tersebut untuk mencegah bergeraknya bakeri secara horizontal dan vertikal ke dalam air sumur. Jarak sumur terhadap SPAL masih terlalu dekat, hal tersebut yang tidak memenuhi syarat sebanyak 47,6% (20 sumur), jarak sumur dengan SPAL yang tidak memenuhi syarat sebanyak 76,2% (32 sumur), dan jarak sumur dengan sumper pencemar lain (kandang ternak atau penampungan sampah) yang tidak memenuhi syarat sebanyak 76,2% (32 sumur). Secara keseluruhan dari semua sumber pencemar yang diukur, sumur yang memiliki jarak dengan sumber percemar yang buruk sebanyak 92,9% (39 sumur). Sebagian masyarakat sudah paham mengenai pembangunan sumur yang memenuhi syarat sanitasi dengan memperhatikan jarak antara sumur dengan septic tank. Namun pemukiman semakin padat sehingga pembangunan septic tank tidak lagi memperhatikan lokasi sumber air. Septic tank merupakan tempat penampungan akhir dari kotoran manusia, sehingga sangat banyak bakteri yang bisa mencemari air dan tanah. Berdasarkan penelitian yang dikarenakan masyarakat cenderung melakukan aktifitas mencuci di dekat sumur dengan alasan dekat dengan sumber air sehingga lebih praktis. SPAL masih terbuka dan belum memiliki tempat pembuangan atau penampungan akhir sehingga air bekas mencuci terbuang dan meresap ke tanah. Syarat jarak antara sumur gali dengan SPAL minimal 2 m. Hal tersebut untuk mencegah air bekas pakai masuk dan mencemari air sumur. Sebagian besar masyarakat memiliki kandang ternak, namun pembangunan kandang ternak teralu dekat dengan sumur dikarenakan lahan tempat pembangunan sumur biasanya 12

berada di lahan belakang rumah yang cukup luas, sehingga mencegah air sumur tercemar kontaminasi dari kotoran hewan masyarakat cenderung ternak. membangun kandang ternak di 4. Kualitas Bakteriologis Air lahan yang berdekatan dengan sumur. Selain itu sebagian Sumur Gali Jumlah MPN Coliform masyarakat sudah tidak menampung sampah di tanah karena sudah ada petugas kebersihan yang akan berkeliling untuk mengangkut sampah rumah tangga. Namun masih ada rumah yang tidak tergapai oleh petugas kebersihan dikarenakan lokasi rumah yang tidak memungkinkan, sehingga masyarakat mengatasi sampah merupakan salah satu parameter kualitas bakteriologis air bersih. Berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air, persyaratan parameter biologi air bersih yaitu nilai MPN Coliform maksimal 50 MPN/ 100 ml air untuk jaringan non perpipaan. Tingginya nilai MPN Coliform mengindikasikan bahwa rumah tangga dengan adanya rembesan dari sumber menampungnya di tanah. Syarat jarak antara sumur dengan sumber pencemar lain seperti tempat penampungan sampah dan kandang ternah yaitu pencemar di permukaan tanah. Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran nilai MPN Coliform air sumur gali yang ada di masyarakat. Berdasarkan tabel minimal 11 m. Kotoran hewan tersebut, diketahui bahwa ternak biasanya dibiarkan tertampung di tanah, sehingga jarak yang cukup jauh dapat sebanyak 100% (42 sumur) memiliki kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat. Tabel 2. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Jumlah MPN Coliform Frekuensi (sumur) Persentase (%) Tidak Memenuhi Syarat 42 100 Memenuhi Syarat 0 0 Nilai MPN coliform yang melebihi baku mutu pada semua air sumur gali yang diteliti mengindikasikan bahwa semua air mengalami cemaran dari kontaminasi lingkungan. Jarak sumur gali dengan sumber pencemar yang berdekatan dapat menyebabkan bakteri yang ada di sumber pencemar bergerak ke air tanah melalui air dari sumber pencemar yang merembes kedalam tanah. Curah hujan dapat mempengaruhi pergerakan bakteri ke badan air, hal tersebut terjadi karena ketika curah hujan tinggi maka akan mengakibatkan genangan air di permukaan dan memberi kesempatan bakteri untuk berkembang. Apabila jarak antara sumur gali dengan sumber pencemar cukup dekat maka bakteri akan meresap kedalam tanah dan tidak tersaring oleh lapisan tanah dengan baik sehingga akan menyentuh air tanah dangkal dan mengkontaminasi air tersebut. Secara deskriptif hasil observasi yang telah dilakukan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum, dkk pada tahun 2015 dimana setelah dilakukan pengukuran, sumur seluruh 13

mengandung MPN coliform yang melebihi buku mutu dan jarak sumber pencemar terlalu dekat dengan sumur. Jarak sumur dengan septic tank terlalu dekat sehingga rembesan dari septic tank masuk ke sumur dan bercampur dengan air. Selain itu lokasi sumur berdekatan dengan tempat pembuangan sampah dan selokan sehingga dari kondisi tersebut menyebabkan terjadinya cemaran pada air sumur. 7 Beberapa bakteri tidak dapat bertahan dikarenakan perbedaan suhu, kelembaban dan ph yang ada di dalam tanah. Selain itu bakteri akan tersaring pada lapisan tanah pada kedalaman tertentu dikarenakan lapisan tanah yang bersifat menyaring polutan yang ada dipermukaan tanah. 8 Umumnya bakteri coliform yang terdapat tidak bertahan pada suhu panas, akan tetapi bakteri yang terdapat di tanah akan lebih mudah mati dibandingkan dengan bakteri yang terdapat di air. Tingginya pencemaran pada air tanah dipengaruhi oleh curah hujan, disebabkan oleh intensitas air permukaan yang semakin besar sehingga air yang terserap kedalam tanah semakin banyak, begitu pula bakteri yang ada di dalam air. 2 Selain curah hujan, arah aliran air dan porositas tanah juga turut menentukan tingkat pencemaran. Wilayah kerja Puskesmas Pengasih 1 Kabupaten Kulon Progo memiliki jenis tanah grumusol dan latosol. Jenis tanah grumusol merupakan jenis tanah lempung yang memiliki porositas tanah yang rendah sedangkan tanah latosol merupakan jenis tanah dengan porositas tinggi. Semakin tinggi porositas tanah maka semakin tinggi pula daya serapnya, sehingga apabila terdapat sumber pencemar di pemukaan tanah, maka air hasil cemaran tersebut dapat dengan mudah meresap dan mengalir mengikuti arus air sehingga mempermudah air tanah tercemar oleh bakteri. 9 Sumur gali mudah terkontaminasi oleh cemaran bakteriolgis yang ada di permukaan tanah. Hal tersbeut dapat disebabkan oleh jarak yang terlalu dekat. Jarak sumur yang terlalu dekat dengan sumber pencemar dapat dikarenakan oleh pemukiman yang semakin padat. Karena lahan yang terbatas, maka pembangunan seperti septic tank, SPAL dan kandang ternak tidak memperhatikan jarak terhadap sumur gali. Untuk mencegah kontaminasi air sumur dari sumber pencemar yang jaraknya terlalu dekat dapat dilakukan perbaikan konstruksi sumur gali sehingga dapat menahan rembesan dari sumber pencemar. Selain itu untuk memperoleh sumber air yang lebih baik dapat dilakukan penggalian sumur yang lebih dalam, karena air tanah yang semakin dalam telah mengalami penyaringan yang lebih banyak sehingga air lebih jernih. Penampungan air di tendon juga dapat menjadi alternative dalam mengurangi jumlah bakteri coliform, karena dengan menyimpan air di tendon maka secraa tidak langsung air akan terpapar sinar matahari dan membunuh bakteri yang ada di air. Selain itu dapat ditambahkan disinfektan kedalam air. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1) Kualitas bakteriologis air sumur gali yang melebihi baku mutu 14

dapat disebabkan oleh lokasi sumur gali yang berdekatan dengan sumber permukaan (septic tank, SPAL, dan kandang ternak atau timbunan sampah) 2) Sumur yang memiliki jarak yang buruk dengan keseluruhan sumber pencemar sebesar 92,9%. Jarak dengan septic tank yang tidak memenuhi syarat sebesar 47,6%, jarak dengan SPAL yang tidak memenuhi syarat sebesar 76,2% dan jarak dengan sumber pencemar lain yang tidak memenuhi syarat sebesar 76,2%. 3) Kualitas bakteriologis air sumur gali yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 100% (42 sumur). 2. Saran 1) Bagi Dinas Kesehatan (1) Dilakukan pengecekan kualitas bakteriologis air secara berkala. (2) Dilakukan perencanaan program yang tepat untuk menangani masalah kualitas air sumur gali yang ada di masyarakat. (3) Dilakukan penghimbauan kepada masyarakat mengenai bagaimana syarat sanitasi sumur yang baik, khususnya masyarakat yang akan membangun sumur gali. 2) Bagi Masyarakat (1) Dilakukan tindakan pengolahan air sederhana untuk meningkatkan kualitas air, seperti penyimpanan air di tandon yang terpapar sinar matahari. Penyimpanan air di tandon secara tidak langsung dapat mematikan bakteri yang ada di air karena tandon yang dipanaskan dari pancaran sinar matahari. (2) Dilakukan penggalian sumur yang lebih dalam dan ditambahkan disinfektan untuk mendapatkan kualitas air yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Treyens C. Bacteria and Private Wells: Information Every Well Owner Should Know. West Virginia: National Ground Water Association. 2009. 2. Soeparman H M, Suparmin. Pembuangan tinja dan limbah cair: suatu pengantar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. 3. Pynkywati T, Wahadamaputera S. Utilitas bangunan modul plumbing. Jakarta: Griya Kreasi; 2015. 4. SNI 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih. 5. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2011. 6. Puspawati N, Wirysoenjoyo K, Sunarsih. Pengaruh jarak septic tank, galian sampah, dan pembuangan limbah rumah tangga terhadap nilai mpn coliform pada air sumur gali di desa dawu kecamatan paron kabupaten ngawi. Jurnal Biomedika. 2012; 5(1). 7. Kusumaningrum A, Setyaningsih W. Analisis tingkat pencemaran bakteri coliform pada air sumur warga di kecamatan tembalang kota semarang. Geo Image. 2015; 4(1): 1-7. 8. Daryanto. Masalah Pencemaran. Bandung: Penerbit Tarsito; 1995. 15

9. Heluth O M. Kualitas air sumur gali masyarakat desa tifu kecamatan waeapo kabupaten buru propinsi maluku. Junrla MKMI. 2013; 9(2): 67-73. 16