BAB I PENDAHULUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

Tren Perusahaan Konstruksi tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. operasi serta membentuk perusahaan perusahaan modal ventura atau bergabung dengan

1 Universitas Esa Unggul

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. la besar tentu terdapat resiko kecelakaan kerja yang cukup

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

PERSEPSI PEKERJA TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Behaviour based safety merupakan metode yang efektif untuk pencegahan kecelakaan kerja, metode ini banyak diterapkan di negara Eropa dan Amerika Serikat. Behaviour based safety dapat mewujudkan target indeks keselamatan kerja dan juga dapat memberikan suatu pendekatan struktural untuk manajemen keselamatan kerja dalam waktu jangka panjang. Negara Cina juga mencoba untuk menerapkan metode tersebut dikarenakan menurut statistik Departemen Pembangunan Republik Rakyat Cina sebagian besar kecelakaan konstruksi di Cina disebabkan oleh faktor perilaku yang tidak aman pada manusia. 1 Konstruksi adalah satu sektor utama perekonomian Indonesia yang menyerap jumlah tenaga yang cukup besar selain itu sektor konstruksi juga merupakan salah satu sektor yang berisiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Data yang didapat dari International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal di dunia. 2 Indonesia sendiri kasus kejadian kecelakaan kerja pada sektor konstruksi tercatat 30% kasus, dari 4.844.689 orang di tahun 2010 menjadi 8.208.086 orang atau sekitar 7% dari 114 juta orang pekerja hal tersebut hampir dua kali lipat ditahun 2015. 3 Perusahaan telah melakukan upaya untuk memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang telah diatur dalam pedoman pelaksanaan K3 pada pekerja konstruksi, namun belum bisa menurunkan angka kecelakaan kerja seminimal mungkin sehingga membuat para ahli dibidang industri selalu menelusuri faktor apa sajakah yang terlupakan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Pada tahun 1990 muncul behaviour based safety yang begitu pesat yang menjadi langkah dalam mengurangi kecelakaaan kerja. Behaviour based safety tersebut telah banyak digunakan

oleh perusahaan-perusahaan untuk mengurangi rasio kecelakaan kerja dikarenakan teknik-teknik behaviour based safety dapat mengurangi kecelakaan antara 40-75% dalam waktu 6-12 bulan. 4 Menurut Geller, perilaku seseorang dapat berubah dengan cara internal yaitu dengan mengubah cara berpikir sehingga dapat merubah perilaku yang diharapkan dan cara eksternal yaitu dengan mengubah perilaku sehingga diharapkan dapat terjadi perubahan cara berpikir. 5 Teori Bird menyatakan bahwa unsafe action dan unsafe behaviour menyebabkan near miss yang terus berulang sehingga dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang sangat serius. Hal tersebut didukung adanya riset dari National Safety Council (NSC) dengan hasil penyebab kecelakaan kerja 88% unsafe behaviour, 10% unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. 6 Terlihat dari acuan tersebut unsafe behaviour merupakan penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja sehingga untuk menguranginya dapat dilakukan dengan memfokuskan pada pengurangan unsafe behaviour dengan mengupayakan penanaman behaviour based safety sebagai alat untuk merancang intervensi perilaku tidak aman menjadi perilaku aman dalam mencapai nihilnya kecelakaan kerja (zero accident). Menurut hasil penelitian dari Ningsih ayu behaviour based safety merupakan sebuah alat untuk mengobservasi perilaku demi menciptakan perilaku aman dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Penelitiannya yang bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Behavior Based Safety dalam program STOP Manajemen memiliki peran besar dalam menyelesaikan infrastruktur. Hasil dari perilaku aman tenaga kerja yang telah diamati adalah 60% dikategorikan cukup baik dan 40% kurang baik. 7 Penelitian lain yang dilakukan oleh Zulida putri menyatakan bahwa behavior based safety dapat terlaksana dengan dilakukannya komitmen manajemen melalui komunikasi dan sosialisasi peningkatan kesadaran keselamatan serta pemenuhan prosedur dan peraturan keselamatan kerja guna mendapatkan keselamatan pada saat bekerja. 8 Penelitian yang dilakukan oleh Tambunan khairul bahwa pelaksanaan program behavior based safety dalam kategori baik yaitu sebesar

92,9%. Salah satu cara untuk membangun keterlibatan seluruh pekerja dalam upaya pengendalian resiko operasi atau keselamatan kerja adalah melalui program behavior based safety, dimana seluruh pekerja disadarkan untuk saling melindungi satu sama lain dari resiko tempat kerja. walaupun yang aktif dalam behavior based safety adalah para pekerja, tetapi sistem penggerakannya adalah pimpinan perusahaan sampai tingkat pengawas. Tujuan utama behavior based safety bukan saja mengintervensi perilaku tidak aman dari pekerja tetapi juga perbaikan secara berkelanjutan terhadap sistem manajemen perusahaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi secara unggul tanpa gangguan. 9 Berdasarkan hasil survey pendahuluan di konstruksi pembangunan hotel, mall dan apartemen T terhadap 10 orang pekerja bahwa masih ditemukannya pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap seperti helm, masker dan sarung tangan. Menurut informasi dari wawancara dengan supervisor K3 bahwa masih ditemukan angka kecelakaan kerja yang terjadi di proyek tersebut, seperti terkena bongkahan material, terpeleset, tergores, tertusuk paku, namun tidak ada fatality. Para pekerja tersebut sudah diingatkan berulang kali oleh petugas K3 namun tetap saja tidak dihiraukan, dengan prinsip penerapan behaviour based safety maka dapat menekan timbulnya unsafe action disektor konstruksi. Adanya permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan behaviour based safety pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan apartemen T di kota Semarang. B. Perumusan Masalah Konstruksi merupakan salah satu sektor dengan tingkat kecelakaan kerja tertinggi di Indonesia, Behaviour based safety merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan keselamatan kerja, dengan intervensi secara sistimatis dan observasional. Pekerja pada pembangunan hotel, mall dan apartemen T juga perlu menerapkan Behaviour based safety. Namun hal ini belum diketahui untuk hotel, mall dan apartemen T, sehingga perlu diteliti dengan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pertanyaan

penelitian pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan apartemen T di Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan behaviour based 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik yang mencakup usia, pendidikan, masa kerja, pengetahuan pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan b. Mendeskripsikan manajemen yang mencakup komunikasi, pengawasan, peraturan dan kebijakan pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan c. Mendeskripsikan ketersediaan fasilitas/ APD pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan d. Mendeskripsikan tentang behaviour based safety pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan apartemen T di Kota Semarang. e. Menganalisis hubungan antara usia dengan behaviour based safety pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan apartemen T di Kota Semarang. f. Menganalisis hubungan antara pendidikan dengan behaviour based g. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan behaviour based h. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan behaviour based

i. Menganalisis hubungan antara komunikasi dengan behaviour based j. Menganalisis hubungan antara pengawasan dengan behaviour based k. Menganalisis hubungan antara peraturan dan kebijakan dengan behaviour based safety pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan l. Menganalisis hubungan antara ketersediaan fasilitas/ APD dengan behaviour based safety pada pekerja konstruksi pembangunan hotel, mall dan m. Faktor apakah yang paling dominan berhubungan dengan behaviour based D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk melatih diri dalam berfikir logis, sistematis dan ilmiah dalam melakukan penulisan dan penelitian ilmiah dimasyarkat serta dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan didalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan pada saat perkuliahan dan sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya behaviour based safety. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan behaviour based safety. c. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Sebagai bahan untuk mengetahui gambaran mengenai behaviour based safety di proyek konstruksi dan diharapkan dapat memberikan masukan

data dari informasi, sebagai bahan pustaka ilmu kesehatan masyarakat pada khususnya peminatan keselamatan dan kesehatan kerja. d. Bagi Perusahaan Sebagai tambahan pengetahuan serta pustaka dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai behaviour based safety. e. Bagi Pekerja Sebagai bahan evaluasi dan memberikan gambaran behaviour based safety kepada pekerja sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dari segi behaviour guna mencegah dan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. 2. Manfaat Teoritis dan Metodologis Sebagai bahan informasi dan dapat memberikan manfaat dalam menyumbangkan hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian bagi peneliti selanjutnya.

No Peneliti (tahun) 1. Ningsih Ayu Rahmatia (2013) 2. Zulida Putri Setyawati (2010) 3. Tambunan Khairul A (2015) E. Keaslian Penelitian Judul Evaluasi pelaksanaan behavior based safety pada program stop dalam membentuk perilaku aman tenaga kerja di PT. X tahun 2013 Pengaruh komponen safety climate dengan behavior based safety KRU kapal outsourcing di operasional delta mahakam Tinjauan pelaksanaan program behavior based safety (bbs) di filling shed and gate keeper terminal bbm medan group PT.Pertamina (persero) region I sumbagut labuhan delibelawan medan Tabel 1.1. keaslian penelitian Desain Studi Deskriptif kualitatif, dengan pndekatan cross sectional. Deskriptif kuantitatif dengan mnggunakan pendekatan crosssectional. Deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas dan terikat 1. Behaviour based safety 2. Perilaku aman 3. Peran manajemen 1. Kompetensi 2. komitmen manajemen 3. komunikasi 4. prosedur dan peraturan keselamatan kerja 5. komponen lingkungan kerja 6. behaviour based safety 1. Kartu laporan observasi 2. Program patuh 3. Pelaksanaan behaviour based safety Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa program STOP program adopsi, sehingga dalam menentukan tahap perilaku untuk pengamatan tidak dibuat oleh PT X dan pendekatan proses observasi dengan 'self observation' kurang tepat digunakan. Manajemen memiliki peran besar dalam menyelesaikan infrastruktur yang mendukung program STOP, tetapi integrasi program ke keselamatan tenaga kerja belum dijalankan. Hasil dari perilaku aman tenaga kerja yang telah diamati adalah 60% dikategorikan cukup baik dan 40% kurang baik. Hasil tersebut terdapat lima komponen safety climate yang mempunyai pengaruh terhadap behaviour based safety antara lain komponen kompetensi dengan p-value 0,008 (<0,25), komponen komitmen manajemen perusahaan pelayaran dengan p-value 0,053 (<0,25), komponen komunikasi dengan p-value 0,188 (<0,25), komponen prosedur dan peraturan keselamatan kerja dengan p-value 0,053(<0,25), dan komponen lingkungan kerja dengan p-value 0,212 (<0,25). Dalam uji pengaruh bersama, komponen kompetensi dengan p-value = 0,012 (p<= 1,5) dan mengabaikan p-value = 0,149 (p>= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan keselamatan berdasarkan perilaku di filling shed dan gate keeper di terminal SPBU dari Medan, Grup PT. Pertamina (Persero) wilayah I labuhan Deli-Belawan Sumatera Utara adalah dalam kategori baik dan sama dengan 92,9%.