Penggunaan Antibiotik Pada Bangsal Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2007

dokumen-dokumen yang mirip
dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

Fransiska Yovita Dewi, M.Sc., Apt Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KESESUAIAN DOSIS PEMBERIAN AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK DI POLI KIA PUSKESMAS PANJATAN I PERIODE OKTOBER-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

Tirta Farma meliputi pemilik sarana apotek, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 5. Kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat perlu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

6.2. Alur Penelitian Selanjutnya

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggunaan obat ketika pasien mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhan

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO

IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO

TINGKAT KEPATUHAN DOKTER DALAM MENULISKAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN BERDASARKAN FORMULARIUM DI RUMAH SAKIT BIOMEDIKA PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2016

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS MENDAWAI PANGKALAN BUN

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kecenderungan konsumsi (pola penggunaan) obat, sebagai ukuran untuk

III. METODE PENELITIAN

Profil Data Pada Kegiatan Konseling obat pasien pulang Bulan Juli-September Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEFALOSPORIN DI RUANG PERAWATAN BEDAH SALAH SATU RUMAH SAKIT DI KABUPATEN TASIKMALAYA

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

ABSTRAK KETEPATAN DOSIS COTRIMOXAZOLE SUSPENSI PADA BALITA DI PUSKESMAS TAMBARUNTUNG KABUPATEN TAPIN TAHUN 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Tri Ika Kusuma Ningrum NIM : G2A

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

Transkripsi:

Penggunaan Antibiotik Pada Bangsal Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2007 Zet Rizal, Rostin, Helmi Arifin Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang Abstract Research about usage of antibiotic at Barn Eye of RSUP DR. M. Djamil Padang to year 2005 up to 2007. Result of obtained research pursuant to data of retrospective at cataract patient, pterigium, tumor and conjunctivitis show eye patient which is higher infection of year 2005 equal to 19.49 % year 2006 equal to 18.57 % year 2007 equal to 25.67 %. So that usage of high antibiotic also in the year 2005 equal to 47.37 %. year 2006 equal to 79.79 %. year 2007 equal to 45.26 %. Usage of antibiotic pursuant to precisely indication at disease of cataract, pterigium, tumor and conjunctivitis at precise eye patient 100 % in the year 2005 up to 2007. Precisely dose usage of antibiotic at cataract patient of pterigium, tumor and konjungtivitis at precise eye 100 % in the year 2005 up to 2007. Usage of correct antibiotic of patient, precise of drug, precise is way of wearing, at type medicines amoxicillin, chloramphenicol, and precise siprofloxacin 100 % in the year 2005 up to 2007. From result of interview obtained at patient which less than five day taken care of to get continuation recipe to go home. keyword : antibiotic, Barn Eye of RSUP DR. M. Djamil Padang I. Pendahuluan Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Fleming tahun 1928. Antibiotik terus mengalami perkembangan. Pada tahun 1940 penggunaan antibiotik semakin luas sehingga diperkirakan tahun 1960 penyakit bebas dari infeksi, tetapi pada kenyataan terdapat penggunaan antibiotik yang meluas dan tidak terkontrol dapat menimbulkan penyakit baru. Hampir setiap negara di dunia mengalami permasalahan dengan penyakit infeksi. Pada tahun 1992 sekitar 90.000 pasien yang terinfeksi diantaranya sebanyak 13.300 orang meninggal dunia sebagai akibat dari penyakit infeksi. Penyakit infeksi salah satunya dapat ditanggulangi dengan menggunakan antibiotik. Antibiotik secara umum diartikan sebagai senyawa yang dihasilkan berbagai jenis mikroorganisme (bakteri, jamur) yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Data Indonesia menunjukkan penggunaan antibiotik pada pasien mencapai 23 28 %, dan 20 65 % diantaranya dianggap tidak tepat (Tjay,.& Rahardja, 1986). Penggunaan antibiotik secara tidak benar dapat menyebabkan efek resistensi. Sekitar 70% bakteri penyebab infeksi menunjukkan resistensi terhadap obat yang biasa digunakan dalam terapi pengobatan. Bakteri juga dapat menimbulkan berbagai kerugian antara lain meningkatnya kebutuhan biaya pengobatan, serta efek samping yang ditimbulkan (penyakit ginjal, hati dan sistim saraf pusat), menambah berat penyakit, memperpanjang waktu penggobatan dan dapat meningkatkan angka kematian pada beberapa infeksi. Oleh karena itu penggunaan antibiotik secara tepat adalah kunci untuk mengawasi terjadinya efek resistensi. II. Pelaksanan Penelitian Penelitian dilakukan selama bulan Juni sampai Agustus 2008 di Bagian Rekam Medik RS. Dr. M. Djamil Padang. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan metoda deskriptif secara prospektif (langsung pada pasien) dengan melihat gambaran tentang penggunaan antibiotik pada bangsal mata. RS. DR. M. Djamil Padang tahun 2005 s/d 2007. 65

Data yang dikumpulkan terbagi atas dua jenis yaitu : a. Data kuantitatif meliputi : 1. Penggunaan antibiotik 2. Lama terapi 3. Indikasi antibiotik 4. Dosis antibiotik b. Data kualitatif meliputi wawancara dengan : 1. Pasien 2. Petugas bangsal mata 3. Stakeholder Penetapan Penderita Yang Dievaluasi Penderita yang dipilih adalah pasien bangsal mata RS. Dr. M. Djamil Padang tahun 2005 sampai 2007. Penetapan Sampel Yang Dievaluasi Sampel yang dipilih adalah rekam medik pasien yang menggunakan antibiotik dibangsal mata RS. Dr. M. Djamil Padang tahun 2005 sampai 2007. Penetapan Standar Penggunaan Obat Standar penggunaan obat berdasarkan kepada : a.. Formularium RS. Dr. M. Djamil Padang Edisi IV b. Pedoman penggunaan obat rasional lainnya (Tjay, 1986; Katzung, 1998) Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan Data ditampilkan dalam bentuk grafik dan histogram. III. Hasil dan Pembahasan Bangsal mata RS. DR. M Djamil Padang dipilih karna kunjungan terbesar di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan data retrospektif dan data wawancara untuk melihat ketepatan dalam penggunaan obat dan pemantauan teknis pemakaian obat. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus di Medical Record berdasarkan indikasi pasien yang menderita infeksi pada mata. Data-data yang diperoleh dibandingkan dengan formularium rumah sakit dan pedoman pengobatan rasional lainnya (AHSP, 1988; Anonim, 2003). Pada penyakit tersebut Pasien mata yang terbanyak infeksinya tahun 2007 yaitu 25,67 %. Ini berdasarkan indikasi pasien yang menderita infeksi pada mata. Mata merupakan penyakit yang sangat mudah terserang infeksi. Keluhan awal pasien berupa rasa gatal, mata terganggu serta pandangan kabur adalah ciri terjadinya infeksi pada mata. Data ini diperkuat hasil wawancara pasien. Pengobatan infeksi dengan menggunakan antibiotik adalah cara yang tepat untuk mengobati penyakit infeksi (Katzung,1998). Pasien katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor menunjukkan pasien mata yang terinfeksi pada bangsal mata selama tahun 2005 sebesar 19,49 %, tahun 2006 sebesar 18,57 %, tahun 2007 sebesar 25,67 % (Tabel.1). Tabel 1 : Pasien katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor terinfeksi mata bangsal mata RS. M. Djamil Padang Tahun 2005 s.d 2007 No Keadaan Pasien Rekam medik Jumlah 1 Pasien terinfeksi Mata 38 19,49 94 18,57 95 25,67 2 Pasien tidak terinfeksi mata 157 80,51 412 81,43 275 74,33 Total 195 100 506 100 370 100 Pada penyakit tersebut Pasien mata yang terbanyak infeksinya tahun 2007 yaitu 25,67 %, sehingga penggunaan antibiotik pada tahun tersebut cukup tinggi sebesar 25,67 % dibandingkan tahun sebelumnya. Obat amoxicilin, siprofloxacin, dan kloramphenicol, merupakan antibiotika yang banyak digunakan untuk infeksi pada mata. Data ini diperkuat hasil wawancara pada petugas. 66

Penggunaan antibiotik pada pasien katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor pada bangsal mata selama dirawat tahun 2005 sebesar 19,49 % tahun 2006 sebesar 18,57 % tahun 2007 sebesar 25,67 % (Tabel. 2). Tabel 2. Pasien katarak, pterigium, konjugtivitis dan tumor menggunakan antibiotik Tahun 2005 s.d 2007 No Jenis Data Rekam medik Jumlah 1 Menggunakan antibiotik 38 19,49 94 18,57 95 25,67 2 Tidak menggunakan antibiotik 157 80,51 412 81,43 275 74,33 Total 195 100 506 100 370 100 Antibiotik yang tidak tepat atau kurang dari lima hari pemakaian terlihat pada tahun 2006 cukup tinggi yaitu sebesar 79,79% dibandingkan tahun 2005 dan 2007. Lama pemberian obat antibiotik yang tidak tepat pada pasien (kurang dari lima hari ) tahun 2005 sebanyak 47,37 %, tahun 2006 sebanyak 79,79 %, tahun 2007 sebanyak 45,26 % (Tabel. 3). Tabel 3. Lama pemberian antibiotik pada pasein mata Tahun 2005 s.d 2007 Kasus No Lama hari Jumlah Jumlah Jumlah 1 Kurang dari 5 hari 18 47,37 75 79,79 43 45,26 2 5 hari dan lebih 20 52,63 19 20,21 52 54,74 Total 38 100 94 100 95 100 Tabel 4. Penggunaan jenis antibiotik pada pasien mata tahun 2005 s/d 2007 Kasus No Jenis Antibiotik Jumlah Jumlah Jumlah 1 Amoxicillin 22 57.89 53 56.38 44 46.32 2 Kloramphenicol 8 21.06 35 37.23 19 20 3 Siprofloxacin 7 18.42 5 5.32 25 26.32 4 Ampicilin 1 2.63 0 0 0 0 5 Kloramphenicol zalp 0 0 1 1.07 2 2.11 6 Acyclovir 0 0 0 0 1 1.05 7 Ampicilin injeksi 0 0 0 0 4 4.21 Total 38 100 94 100 95 100 67

Tabel 5 : Pasien yang mendapat obat sesuai Indikasi terapi antibiotik pada bangsal mata Tahun 2005 s.d 2007 Rekam medik No Indikasi Terapi Jumlah Jumlah Jumlah 1 Tepat indikasi 38 100 94 100 95 100 2 Tidak Tepat indikasi 0 0 0 0 0 0 Total 38 100 94 100 95 100 Data diatas terlihat untuk lama penggunaan antibiotik tidak tepat karna kurang dari lima hari. Menurut formularium rumah sakit dan pedoman rasional lainnya penggunaan antibiotik minimal lima hari. Dibandingkan terapi lama pemberian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.dapat menyebabkan. Tapi pada bangsal mata pasien yang kurang dari lima hari dapat obat dilanjutkan dngan memberikan resep pulang. Ini diperkuat wawancara dengan petugas. Penggunaan antibiotik berdasarkan tepat Indikasi pada pasien katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor pada mata tahun 2005 sampai dengan 2007 tepat 100 % (Tabel. 4). Penggunaan antibiotik berdasarkan Indikasi pada penyakit katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor pada mata didapatkan tepat indikasi dari tahun 2005 s/d 2007 tidak berubah yaitu tetap 100 %. Obat yang diberikan sudah sesuai dengan diagnosa pada pasien. Data ini diperkuat hasil wawancara pada petugas. Penggunaan Dosis antibiotik pada pasien katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor pada mata tahun 2005 sampai dengan 2007 tepat dosis 100 % (Tabel. 5). Pasien katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor pada mata yang menggunakan antibiotik tepat pasien, tepat obat, tepat cara pakai pada Tahun 2005 : amoxicillin 22 (100%), kloramphenicol 8 (100%), siprofloxacine 7 (100 %), ampicilin 1 (100 %), Tahun 2006; amoxicillin 53 (100%), kloramphenicol 35 (100%), siprofloxacin 5 (100 %), ampicilin 0 %, kloramphenicol zalp 1 (100 %). Tahun 2007; amoxicillin 44(100%), kloramphenicol 19 (100%), siprofloxacin 25 (100%), ampicilin 0 %, kloramphenicol zalp 2 (100%) acyclovir 1(100%), ampicilin injeksi 4 (100%). Tepat indikasi adalah obat yang dipilih sesuai dengan diagnosa utama dan merupakan standard terapi untuk obat yang bersangkutan serta sesuai dengan Formularium rumah sakit dan pedoman rasional lainnya.penggunaan antibiotik berdasarkan dosis pada pasien dari tahun 2005 sampai 2007 tidak berubah yaitu tepat dosis 100 %, pada penyakit katarak, pterigium, konjungtivitis dan tumor Obat yang diberikan sudah sesuai dengan dosis terapi berdasarkan umur pasien dan sudah sesuai Formularium rumah sakit. Data ini diperkuat hasil wawancara pada petugas(siregar, 2006). Tepat dosis untuk antibiotika yaitu dosis yang diberikan melebihi dosis lazim dan kurang dari dosis maksimum, sehingga antibiotik tersebut sampai pada minimum efektif dose (MEC). lima jam. Dosis ini diberikan pada pasien dewasa bangsal mata.tepat dosis ini terdiri dari, tepat interval, tepat saat pemberian, dan tepat rute pemberian. Jenis antibiotik yang telah dibandingkan ini tepat pasien, tepat obat, tepat cara pakai pada 2005 s/d 2007 100%. Sesuai dengan surat Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Dep. Kes. R.I, dalam hal ini Kepala Direktorat Rumah Sakiut Khusus dan Swasta No. 0475 / Yan. Med./ RSKS / 1991 tanggal 20 Mei 1992, No. 0647/Yan. Med./RSKS/1991 tanggal 10 Juli 1991 dan No. 0238/YM./RSKS/III/92 tanggal 17 Maret 1991 serta Peraturan Menteri Kesehatan R.I, No. 085/Menkes/Per/I/1989 tanggal 28 Januari 1989, bahwa obat yang digunakan secara rasional merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 1992). Tepat pasien berarti obat yang diberikan tidak ada kontraindikasi terhadap pasien yang menerima terapi obat dan pasien tidak resisten terhadap antibiotika tersebut(siregar, 2006). Tepat obat yaitu obat yang bersangkutan harus mengandung prinsip 68 69

efektif, aman, rasional, mudah dan murah. Menurut formularium rumah sakit amoxicillin, ampicillin, siprofloxacin, kloramphenicol, kloramphenicol zalp dan acyclovir sudah tepat obat terhadap infeksi pada mata. Kasus yang banyak terjadi tahun 2006 yaitu pada pasien dengan diagnosa katarak, sedangkan pada kasus dengan diagnosa pterigium konjungtivitis dan tumor yang banyak tahun 2007. Pada kasus ini diagnosa katarak pada tahun 2005 lebih tinggi kasusnya dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2007. Ini disebabkan pada tahun 2006 dan 2007 pengobatan banyak dilakukan diluar rumah sakit dan juga disebabkan kunjungan pasien yang berobat kerumah sakit. Pada penulisan di Medical Record biodata pasien dan pengisian obat pada lembaran kertas pencatatannya tidak lengkap dan tidak sesuai dengan tertib administrasi catatan medik. 1. Wawancara terhadap pasien Hasil wawancara pasien. hasilnya sebagai berikut: a. Rata-rata keluhan awal pasien terhadap infeksi adalah rasa gatal dan mata terasa terganggu b. Rata-rata pasien tiak tahu tentang antibiotika. c. Kepatuhan pasien rata rata telah mengikuti petunjuk dokter. d. Lama penggunaan obat rata rata pasien kurang dari lima hari. e. Setiap pasien sudah pulang mendapat obat 5 hari lagi. memberikan resep tambahan untuk lima hari lagi dan surat kontrol ulang pada poliklinik. 3. Wawancara terhadap stakeholder Hasil wawancara pada stakeholder sebagai berikut: a. Kebijakan memakai formularium sesuai dengan formularium rumah sakit. b. Kebijakan penggunaan formularium dilapangan berpedoman pada formularium rumah sakit IV. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Penggunaan antibiotik rasional yaitu tepat: obat, pasien, indikasi, dan dosis 100 %. 2. Lama terapi penggunaan antibiotik pada pasien sudah mendekati formularium 3. Penggunaan yang rasional yaitu 100 % 4. Penggunaan dosis antibiotik rasional yaitu 100 %. 2. Wawancara terhadap petugas Hasil wawancara pada petugas sebagai berikut: a. Dalam memberikan antibiotik pada pasien setelah ditegakkan diagnosa bila terjadi infeksi dokter memberikan antibiotik sesuai dengan formularium rumah sakit, jika pasien tidak terinfeksi diberikan obat selain antibiotik. b. Dosis, indikasi, lama terapi aturan pakai yaitu mengacu pada formularium rumah sakit dan pedoman rasional lainnya. c. Bila lama terapi pasien kurang dari lima hari makan obat.dimana pemberian obat pada pasien minimal lima hari jika kurang, obat pasien dilanjutkan dengan 69 2

DAFTAR PUSTAKA ` American Society of Hospital Pharmacy, AHSP, Guidliness on The Pharmacist s Role in Drug Use Evaluation, American Juournal of Hospital Pharmacy 45, 1988. Departemen Farmakologi dan Terapeuti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Farmakologi dan Terapi, Edisi 5: Jakarta.2007 Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional, Edisi, Departemen Kesehatan RI, 1992. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional, edisi I, Jakarta,1992 Formularium, Rumah Sakit Dr. M. Djamil edisi IV 2003 Katzung, B.G, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi alih bahasa staf dosen Farmokologi Kedokteran Universitas Sriwijaya, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1998. Mutschler, Ernst, Dinamika obat Buku Farmakologi dan Toksikologi Edisi Kelima, ITB Bandung, 1991. Siregar, Ch.J.P, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2004. Siregar, C,J,P,E Kumolosari, Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, EGC penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 2006 Tjay, T. H dan K. Rahardja, obat - obat Penting khasiat Penggunaan dan Efek Sampingnya, edisi 4, Elex Media Komputindo, Jakarta 1986. 70 3

71