BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Shandy Fauzan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan masyarakat yang semakin kompetitif menuntut

BAB I PENDAHULUAN. alam, melainkan pada keunggulan sumberdaya manusianya. Perkembangan global

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irma Riswanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH. Dalam Konteks MBS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd.

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Bisa dilihat saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin cepatnya tuntutan kehidupan global sekarang ini akan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen berbasis mutu di sekolah. Usaha untuk perbaikan dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, sudah banyak perusahaan atau lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara, karena pendidikan merupakan sarana pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dilihat dengan banyaknya berdirinya perusahaan-perusahaan baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah terbatas pada aspek pembiayaan, sumber daya manusia dan

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas produk dan jasa pada perusahaan bertambah. Satu hal yang sangat berarti dalam

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hambatan. Keterbukaan ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan oleh setiap level manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pengertian Total Quality Management (TQM)

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia dan watak bangsa (Nation Character Building). Harkat dan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi tanpa batas, kemajuan iptek serta aplikasinya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

Independensi Integritas Profesionalisme

PENGELOLAAN PENERIMAAN SISWA BARU BERBASIS SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 Studi Situs SMK 1 Blora Tahun 2010 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. jabatan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan upaya bersama mencapai

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tantangan era globalisasi ditandai dengan adanya kompetisi yang sangat kuat dalam bidang teknologi terutama komunikasi dan elektronika, manajemen serta sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan penguasaan teknologi agar dapat meningkatkan nilai tambah, memperluas keragaman produk (barang/jasa) dan mutu produk. Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses peningkatan mutu pendidikan di tanah air. Sedangkan keunggulan SDM akan menentukan kelangsungan hidup, perkembangan persaingan dalam era gobal ini secara berkelanjutan dengan dukungan teknologi dan manajemen yang kuat. Terkait dengan mutu pendidikan, Pemerintah Indonesia merasa perlu untuk menyiapkan SDM unggul lewat pembenahan sistem pendidikan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut antara

lain memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu tinggi dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, disamping berdaya saing dalam kehidupan global. Tilaar (2006: 5-6) mengemukakan bahwa, kemerosotan mutu pendidikan nasional tidak terletak pada kemampuan intelegensi para siswa Indonesia, tetapi disebabkan oleh kesempatan yang tidak merata dalam memperoleh pendidikan yang baik pada anakanak bangsa ini. Selain itu, kualitas pembinaan para guru, kesempatan belajar yang tersedia di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat serta biaya-biaya yang dibutuhkan di dalam pendidikan berkualitas rupa-rupanya belum secara merata dapat dinikmati oleh anak-anak bangsa. Sebagaimana telah diketahui bahwa kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum (standar isi), tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti: penguasaan para siswa terhadap isi yang telah digariskan di dalam kurikulum serta tersedianya sumber-sumber belajar yang memadai. Hasairin (2008: 10) menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari negaranegara di dunia tetangga dan tidak terlepas dari tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia.

Komponen yang harus bertanggungjawab adalah semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam dunia pendidikan, baik guru, orang tua siswa, Dinas Pendidikan, Departemen Agama, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), maupun DPR yang membawai bidang pendidikan. Laporan Pembangunan Manusia atau Human Development Report (HDR) yang dikeluarkan oleh Lembaga PBB untuk Pembangunan United Nation Development Programme (UNDP) tahun 2014 menyatakan, Indonesia tahun 2013 berada di posisi ke-108 dari 187 negara dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) 0,684 dalam kategori sedang". Laporan tersebut juga menyebutkan Indonesia sendiri termasuk ke dalam kategori 'sedang', berada pada peringkat 108. Posisi tersebut di atas Myanmar (150), Laos (139), Kamboja (136), Timor-Leste (128), Vietnam (121) dan Filipina (117). Sementara negara-negara ASEAN di atas Indonesia adalah Singapura (9), Brunei (30), Malaysia (62) dan Thailand (89). Masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dibanding dengan negara-negara ASEAN tersebut menunjukkan bahwa tingkat kualitas pendidikan di Indonesia belum juga menuju perbaikan

yang signifikan. Berbagai masalah pendidikan berkaitan dengan masih rendahnya mutu pembelajaran yang dilaksanakan, baik mengenai kualitas pengajaran guru, kompetensi guru, output yang dihasilkan, kurikulum yang digunakan, bahkan mengenai kepemimpinan kepala sekolah masih menjadi sorotan utama. Kritik mengenai kualitas pendidikan di Indonesia banyak dikemukakan oleh pakar pendidikan, peneliti bidang pendidikan, dan pemerhati pendidikan. Mulyasa (2014: 20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembangan pendidikan bukan semata-mata pada aspek keuangan tapi bertumpu pada aspek manajemen. Oleh karena itu dalam memperbaiki mutu pendidikan harus dimulai dari perbaikan manajemen pendidikan. Manajemen merupakan suatu proses dimana sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan yang lainnya lalu ditegaskan menjadi suatu system menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Untuk dapat meningkatkan kualitas di dunia pendidikan dengan meningkatkan pembangunan SDM yang berkualitas melalui kebijakan pendidikan antara lain Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau school based management (SBM) (Rohiat, 2010: 49). Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah

satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi dengan memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengelola sumber daya maupun sumber dana sesuai prioritas kebutuhan sekolah. Manajemen pendidikan menurut MBS adalah manajemen yang berpusat pada sumber daya yang ada pada sekolah itu sendiri sehingga akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah yang pada mulanya diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang berbasis pada potensi internal sekolah untuk mengambil keputusan mengenai pengelolaan sumbersumber daya pendidikan (manusia, keuangan, material, metode, teknologi, dan waktu) yang didukung dengan partisipasi warga sekolah, orang tua, serta adanya pelibatan masyarakat. Pelibatan masyarakat ini dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu dan mengontrol pengelolaan pendidikan. Sukmadinata, Nana Syaodih dkk (2010: 11-12) mengemukakan bahawa manajemen mutu total (MMT) merupakan suatu metodologi yang dapat membantu para profesional pendidikan mengatasi lingkungan yang terus berubah. Manajemen total dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk ikatan antara sekolah, dunia bisnis, dan pemerintah. Ikatan tersebut akan memungkinkan para profesional di sekolah dilengkapi

dengan sumber-sunber yang dibutuhkan dalam pengembangan program mutu. Manajemen mutu total merupakan aspek utama dari manajemen total. MMT merupakan metodologi yang mempermudah mengelola perubahan, membentuk fokus perubahan, membentuk infrastruktur yang lebih fleksibel, cepat merespon pada tuntutan perubahan masyarakat, serta membantu pendididkan dalam mengatasi hambatan-hambatan, biaya dan waktu. Perubahan terhadap MMT dimulai dengan mengadopsi pembagian tugas tentang pelaksanaan mutu pada tingkat majelis sekolah, administrator, guru, staf administrasi, siswa, orang tua, dan masyarakat. Kegiatan diawali dengan merumuskan visi dan misi dari sekolah, jurusan/program studi, dan seksi-seksi pendidikan sekolah. Visi MMT dipusatkan pada menemukan kebutuhan para pengguna lulusan, persiapan melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam program peningkatan mutu, mengembangkan sistem untuk mengukur nilai tambah dari pendidikan, sistem dukungan yang memungkinkan guru, staf administrasi dan siswa dalam mengelola perubahan, dan melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan dengan tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik.

Susilowati (2013: 3-4) mengemukakan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah diharapkan dapat tercapai Total Quality Management (TQM). TQM dapat diartikan sebagai sistem manajemen yang berusaha meningkatkan kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, serta lingkungannya. TQM ini hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM yang meliputi fokus pada pelanggan baik itu internal maupun eksternal, memiliki obsesi tinggi terhadap kualitas, menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan, memiliki komitmen jangka panjang, adanya teamwork, perbaikan proses secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, memberikan kebebasan yang terkendali, adanya kesatuan tujuan, serta keterlibatan guru maupun staff karyawan. Manajemen mutu sekolah dapat dikemukakan bahwa pada masa mendatang eksistensi suatu sekolah tidak semata-mata tergantung pada pemerintah melainkan pada penilaian stakeholders (baik itu siswa, orang tua, perguruan tinggi, dunia kerja, pemerintah, guru, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan) tentang mutu sekolah yang diselenggarakannya.

Sistem manajemen mutu untuk pelaksanaan MBS ini menggunakan sistem manajemen mutu berstandar internasional, yaitu: Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008. SMM ISO 9001:2008 merupakan prosedur terdokumentasi dan praktekpraktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian suatu proses dari produk baik barang maupun jasa terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu yang ditentukan oleh pelanggan. Penerapan ISO 9001:2008 berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan sehingga diharapkan dapat memuaskan para pelanggan pendidikan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan mutu sekolah maupun mutu pendidikan secara nasional di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Suardi (2003: 3), Sistem manajemen mutu akan memberikan jaminan bagi pelanggan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab tentang mutu dan mampu menyediakan produk maupun jasa sesuai dengan kebutuhan mereka. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah menanggapi sistem manajemen mutu adalah mengembangkan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Salah satu standar yang dapat diterapkan untuk menjadi sekolah berstandar internasional adalah dengan memenuhi persyaratan

ISO khususnya Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008. Sekolah harus menunjukkan proses belajar mengajar yang terpadu antara teori dan praktek dan pelayanan kepada siswa, orang tua, dan masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri serta pemerintah untuk memperoleh sertifikat tersebut. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 adalah standar internasional untuk sistem manajemen kualitas, ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu manajemen kualitas, bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan persyaratan yang ditetapkan dapat berupa fisik dari pelanggan, dimana organisasi yang dikontrak itu untuk menjamin kualitas dari produk produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi. Konsep sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di sekolah adalah sistem penyelenggaraan lembaga sekolah yang harus merupakan kegiatan proses, artinya merupakan kegiatan yang selalu mengalami peningkatan terus menerus yang dimulai dari munculnya ide ideal lulusan sekolah yang ditargetkan

pengembangan kurikulum, proses pembelajaran yang menggunakan active learning dan kegiatan terus menerus untuk berusaha memuaskan pengguna lulusan/masyarakat. Oleh karena itu, penjaminan mutu menempati posisi sebagai pengendali agar setiap proses dapat terjaga dan dalam jalur (track) yang benar (Sihwarno: 2012) Manfaat penerapan Sistem Manajemen Mutu di SMA Negeri 1 Boja Kendal berkembang menjadi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) pada tahun ajaran 2009/2010, dan menetapkan kebijakan mutu sebagai pedoman untuk meningkatkan mutu. Kebijakan mutu tersebut ditujukan kepada seluruh jajaran SMA Negeri 1 Boja Kendal dengan kebulatan tekad untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang pada akhirnya akan menjadi lembaga penyelenggara pendidikan yang berorentasi pada terwujudnya peserta didik sebagai insan yang cerdas dan komprehensif yang memiliki keseimbangan spiritual, intelektual, moral, budaya, dan berdaya saing tinggi dalam perspektif global. Karena kemampuan organisasi sekolah menerapkan sistem manajemen yang bagus, ditunjang dengan kompetensi guru, dukungan staf dan warga sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dan pemasaran lulusan serta fasilitas belajar demi

menunjang kelancaran Proses Belajar Mengajar (PBM), maka SMA N 1 Boja meraih Sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM) International Organization Standardization (ISO) 9001:2008 dari PT. TUV International Indonesia pada tanggal 24 April 2010. Dari data sekolah, SMA Negeri 1 Boja Kendal mempunyai 4 (empat) wakil kepala sekolah (Wakasek), yaitu Wakasek Bidang Akademik/Kurikulum, Wakasek Bidang Kesiswaan, Wakasek Bidang Hubungan Masyarakat dan Wakasek Bidang Sarana Prasarana serta satu Kepala Bidang Administrasi/Tata Usaha. Untuk melaksanakan ISO 9001:2008, sekolah juga memiliki Wakil Manajemen Mutu (WMM). Semua komponen sekolah saling mendukung satu sama lainnya demi mencapai keberhasilan yang dicitacitakan. Kemampuan SMA N 1 Boja Kendal untuk melaksanakan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada saat ini merupakan suatu tuntutan sehingga lulusan yang dihasilkan oleh lembaga ini mampu mengatasi masalah pengangguran dan ketenagakerjaan hingga saat ini masih dikeluhkan oleh dunia usaha. Melalui penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 diharapkan lulusan menjadi tenaga kerja yang mempunyai karakteristik seperti yang diinginkan,

yaitu tenaga kerja terampil atau menjadi tamatan mampu mengikuti pendidikan lebih lanjut. Edward Sallis (2012:236) memandang pentingnya evaluasi dalam sistem manajemen mutu pada suatu organisasi. Berdasarkan pandangan ini, implementasi sistem manajemen apapun yang terkait dengan pengelolaan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan harus dikaji (review) untuk mengetahui efektifitasnya dan kendala-kendala ketika melaksanakan SMM ISO 9001:2008. Tanpa pengkajian dan penelitian, sulit diketahui apakah sistem manajemen mutu itu berjalan sebagaimana mestinya atau tidak. Dilandasi latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMA Negeri 1 Boja Kendal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini maka rumusan masalahnya adalah:

1. Komponen Konteks Bagaimanakah tingkat kesesuaian pemahaman terhadap kebijakan mutu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 dengan visi, misi, tujuan, dan kebijakan pemerintah di SMA N 1 Boja Kendal? 2. Komponen Input Bagaimanakah tingkat standar mutu input pendidikan dengan kebijakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang melibatkan pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, kurikulum, serta sarana dan prasarana di SMAN 1 Boja? 3. Komponen Proses Bagaimanakah mutu kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran dengan diterapkannya kebijakan mutu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMA N 1 Boja Kendal? 4. Rumusan Produk Bagaimanakah dampak pelaksanaan kebijakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terhadap kelengkapan dokumen perangkat pembelajaran dan

kinerja guru, serta prestasi peserta didik di SMA N 1 Boja Kendal? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendiskripsikan program pembelajaran di SMA N 1 Boja Kendal yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian pemahaman terhadap kebijakan mutu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 dengan visi dan misi, tujuan pembelajaran, dan kebijakan pemerintah. 2. Mendiskripsikan program pembelajaran di SMA N 1 Boja Kendal yang berkaitan dengan tingkat standar mutu input pendidikan dengan kebijakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang melibatkan pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, kurikulum, dan sarana prasarana.. 3. Mendiskripsikan program pembelajaran di SMA N 1 Boja Kendal yang berkaitan dengan ketrampilan guru dan tata usaha dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan diterapkannya kebijakan mutu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.

4. Mendiskripsikan program pembelajaran di SMA N 1 Boja Kendal yang berkaitan dengan dampak pelaksanaan kebijakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMA N 1 Boja Kendal terhadap kelengkapan dokumen perangkat pembelajaran, kinerja guru, prestasi peserta didik dan hasil ujian nasional. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis bagi para pemerhati pendidikan: a. Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang evaluasi implementasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008. 2. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta sebagai landasan untuk pengadaan penelitian lebih lanjut. b. Manfaat Praktis 1. Bagi guru SMA N 1 Boja Kendal. Hasil penelitian ini untuk memotivasi guru agar terus meningkatkan kemampuannya.

2. Bagi kepala SMA N 1 Boja Kendal. Penelitian ini kiranya dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas melalui Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008.