BAB IV TINJAUAN FATWA DSN-MUI NO. 43/DSN-MUI/VIII/2004 TERHADAP PENTEPAN TA WI<D} PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH GRIYA IB HASANAH DI BNI SYARIAH KC SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

Setelah penulis mengumpulkan data dari lapangan melalui wawancara. dan dokumentasi di lapangan, yaitu di Bank BNI Syariah Kantor Cabang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB V PEMBAHASAN. Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB V PEMBAHASAN. kegiatan operasional yang berlangsung di kantor Koperasi Simpan Pinjam

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Persyaratan dalam Mengadakan Akad Murabahah di BMT-UMY

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Selain itu pasca fatwa MUI tentang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. syariah dapat berperan sebagai intermediasi antara unit-unit ekonomi yang

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BPRS BUANA MITRA PERWIRA PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Penyebab Pembiayaan Implan Bermasalah (Pasdu) Di Bank Syariah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak itu hingga sekarang perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN FATWA DSN-MUI NO. 43/DSN-MUI/VIII/2004 TERHADAP PENTEPAN TA WI<D} PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH GRIYA IB HASANAH DI BNI SYARIAH KC SURABAYA A. Analisis Pentepan Ta wi<d} Pembiayaan Mura>bah{ah Griya ib Hasanah di BNI Syariah KC Surabaya BNI Syariah Cabang Surabaya menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat dengan cara memberikan pembiayaan kepada individu, perusahaan atau pemilik usaha menengah. Adapun pemberian pembiayaan tersebut harus didasarkan keyakinan bahwa debitur atau nasabah mampu membayar kewajiban pada waktu yang ditentukan. Jika pembiayaan tersebut mengalami kemacetan dalam pembayarannya pihak bank harus menyelamatkan pembiayaan tersebut dengan berbagai cara tergantung kondisi nasabah. Pada dasarnya setiap kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang bersangkutan dapat dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama atau dengan itikad baik, namun dalam kenyataan kontrak sering sekali dilanggar yang dibuat oleh salah satu pihak tersebut. Hal itu harus diselesaikan supaya tidak ada pihak yang dirugikan. Oleh karena itu BNI Syariah dapat memetakan faktor-faktor yang menjadi penyebab nasabah tidak melaksanakan kewajibannya pada bank antara lain: 61

62 1) Penurunan pendapatan usaha yang diperoleh nasabah. Hal ini dikarenakan meningkatnya harga jual produk oleh nasabah sehingga mengakibatkan penurunan pada pendapatan yang diperoleh nasabah. 2) Nasabah kesulitan dalam melakukan pembayaran. Dikarenakan nasabah tidak ada pemasukan untuk melakukan pembayaran. 3) Nasabah mengalami PHK besar-besaran dalam perusahaan nasabah yang dinaungi. Sehingga mengalami kesulitan keuangan. 4) Perusahaan dikelola oleh keluarga yang tidak professional. Sehingga tidak mampu mengembalikan pembiayaan karena terganggunya kelancaran usaha. 5) Kemampuan manajemen yang kurang serta kemampuan pemasaran yang tidak memadai dikarenakan pengalaman yang terbatas. 6) Globalisasi ekonomi yang berakibat negative dengan adanya perubahan kurs mata uang. 7) Adanya kenaikan bahan baku sehingga produksi mengalami penurunan dan daya beli masyarakat yang menurun 8) Nasabah mengalami force majeure. Jika seseorang nasabah tidak dapat menyelesaikan hutang-hutang tersebut, bank memberikan sanksi ganti rugi sebagai bentuk mekanisme perbankan untuk mewaspadai kerugian pada pihak perbankan. Karena hal ini dapat mengurangi perhitungan keuntungan bagi lembaga keuangan syariah. Oleh karenanya, tepat sekali jika BNI Syariah Surabaya memberikan sanksi bagi semua nasabah yang tidak melakukan pembayaran pinjaman,

63 karena dapat memberikan mud}a>rat bagi semua pihak kecuali nasabah yang mengalami force majeure. Bank dapat mengambil tindakan melalui prosedur hukum untuk mendapatkan kembali hutangnya, atau dengan cara mengklaim kerugian financial yang terjadi. Seperti halnya dalam surah QS Al-Baqarah (2) 280 yang berbunyi: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 1 Dalam ayat ini menjelaskan bahwasanya jika pihak yang berhutang itu dalam kesukaran berilah dia tempo, hingga dia sanggup membayar hutangnya. Sebaliknya bila yang berhutang dalam keadaan lapang, maka ia wajib segera membayar hutangnya. Termasuk dalam ayat kaidah fiqih ini Kebijakan ta wi<d} yakni penetapan beban biaya yang dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pada pihak lain. Hal tersebut secara ekonomis akan menimbulkan kerugian bagi bank karena penundaan pengembalian. Masing-masing bank mempunyai kebijakan tersendiri mengenai ta wi<d}. Bank BNI Syariah Surabaya menggunakan praktik ganti rugi yang dilakukan dengan adanya memberikan sanksi atau denda kepada nasabah yang melakukan penundaan, baik mampu maupun tidak mampu dalam 1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), 65.

64 membayarnya tanpa melihat latar belakang nasabah itu seperti apa. Sehingga BNI Syariah tetap melakukan pendisiplinan nasabah agar mendapatkan efek jera. Dalam proses pengenaan ta> zir atau denda dana yang diterima masuk ke dalam dana kebajikan bukan pendapatan bank syariah, adapun dengan ta wi<d} masuk ke dalam dana pendapatan bank syariah sesuai kerugian yang telah dikeluarkan. Semua itu dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk menagih. Semakin lama seseorang itu menunggak, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. Misalnya kerumah nasabah 4 kali maka dapat diakumulasikan keseluruhan Rp 50.000 x 4 = Rp 200.000. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya telepon, surat, mendatangi langsung nasabah, dan biaya-biaya yang lain yang terkait dengan penagihan. Menurut Fatwa DSN N0. 43 Jika suatu nasabah telat dalam membayar pada waktu yang telah ditentukan tetapi nasabah tersebut belum bisa membayarnya maka nasabah tersebut akan dikenakan ganti rugi (ta wi<d{). Bahwa besarnya ganti rugi yang dapat diakui sebagai pendapatan bank adalah sesesuai dengan nilai kerugian (real loss) yang berkaitan dengan upaya bank untuk memperoleh pembayaran dari nasabah dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi (potensial loss) karena adanya peluang yang hilang. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya lainnya yang timbul akibat

65 proses penyelesaian perkara. Di dalam fatwa tersebut kerugian riil itu dimaksudkan pemberian ganti rugi diberikan saat di tengah-tengah nasabah tidak bisa membayar angsuran bukan diawal akad. Sedangkan Fatwa DSN NO. 17 bahwa sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani, jika kesepakatan dibuat diawal kontrak maka dana hasil denda itu akan dimasukkan ke dana kebajikan bukan untuk perusahaan itu sendiri. B. Tinjauan Fatwa DSN-MUI No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 Terhadap Pentepan Ta wi<d{ Pembiayaan Mura>bah{ah Griya ib Hasanah di BNI Syariah KC Surabaya BNI Syariah menerapakan ganti rugi (ta wi<d}) untuk semua nasabah yang memang sengaja atau lalai dalam melakukan pembayaran angsuran. Adapun dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor: 43/DSNMUI/ VIII/2004 tentang Ganti Rugi (ta wi<d}), menyebutkan bahwa: Ketentuan Umum: 1. Ganti rugi (ta wi<d}) hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pada pihak lain. 2. Kerugian yang dapat dikenakan ta wi<d} sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas. 3. Kerugian riil sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah biaya-biaya riil yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan.

66 4. Besar ganti rugi (ta wi<d{) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil (real loss) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss). 5. Ganti rugi (ta wi<d{) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang menimbulkan utang piutang (da>in), seperti sala>m, istis{na> serta mura>bah{ah dan ija>rah. 6. Dalam akad mud{a>rabah dan musha>rakah, ganti rugi hanya boleh dikenakan oleh sha>h{ibu al-ma>l atau salah satu pihak dalam musha>rakah apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan. Ketentuan Khusus: 1. Ganti rugi yang diterima dalam transaksi di LKS dapat diakui sebagai hak (pendapatan) bagi pihak yang menerimanya. 2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak. 3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad. 4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara. Tetapi di dalam praktiknya, BNI Syariah jelas-jelas menggunakan berupa denda (ta>'zîr). Adapun alam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor: 17/DSNMUI/ IX/2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Yang Mampu Yang Menunda nunda Pembayaran menyebutkan bahwa:

67 1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja. 2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan forcemajeur tidak boleh dikenakan sanksi. 3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi. 4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta>'zîr, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. 5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. 6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. Dalam menangani kasus yang berkaitan dengan keterlambatan pembayaran dari nasabah. Seharusnya menetapkan tata cara pembayaran denda, yaitu denda keterlambatan dapat dibayarkan pada akhir masa pembiayaan, sebelum nasabah melunasi pembiayaannya nasabah harus melunasi pembayaran dendanya. Sehingga dana yang berasal dari denda dapat diperuntukkan sebagai dana sosial. Suatu pembiayaan dikatakan bermasalah ditandai dengan adanya tanda-tanda dari nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan financial atau karena nasabah yang sengaja lalai dengan menunda-nunda tanggungan pembayarannya kepada bank.

68 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka Bank BNI Syariah Surabaya seharusnya mempunyai cara-cara yang lain, agar pembiayaan bermasalah tidak terjadi lagi, yaitu dengan menggunakan cara : 1. Analisa pengajuan pembiayaan harus benar-benar sesuai dengan persyaratan, artinya pihak Bank BNI Syariah Surabaya dalam menganalisa pengajuan pembiayaan, khususnya Griya ib Hasanah harus lebih ketat, selektif, cermat, teliti dan hati-hati dalam menganalisa calon nasabah. 2. Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan, hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada nasabah pembiayaan. Pendekatan dilakukan dengan cara mendatangi nasabah yang mengalami penunggakan, kemudian membicarakan atau mendiskusikan masalah yang sedang dihadapi nasabah dan memberikan alternatif jalan keluar dalam menyelesaikan masalah mereka dengan bank. Dengan demikian, bank segera mengetahui apa yang menjadi penyebab pembiayaan bermasalah, sehingga bank bisa memutuskan atau mengambil tindakan yang tepat dalam menyelesaikannya. Namun dalam prakteknya tidak semua nasabah mau bekerjasama untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik. Ada sebagian nasabah yang dengan sengaja menghindar untuk ditemui. 3. Collection, yaitu penagihan secara intensif, dalam hal ini bank BNI melakukan dengan cara bertahap. Pertama, konfirmasi melalui telepon. Kedua mengirimkan surat pemberitahuan angsuran. Ketiga, peringatan

69 atau teguran. Keempat, penagihan langsung yakni dengan mendatangi langsung kerumah nasabah pembiayaan KPR yang mengalami penunggakan. 4. Memahami faktor yang menjadi penyebab dan gejala dini pembiayaan bermasalah, artinya ketika sudah mulai terjadi hal-hal yang tidak wajar, pihak Bank BNI Syariah Surabaya dengan segera melakukan analisa apa yang terjadi dengan nasabah, mencari tahu penyebab masalah nasabah mengalami penundaan dalam mengangsur. Apabila dengan berbagai pendekatan dan upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah telah dilakukan Bank BNI Syariah Surabaya belum dapat menyelesaikan masalah, maka Bank BNI Syariah Surabaya dalam upaya penyelesaiannya mengedepankan cara-cara yang damai dan musyawarah serta tidak bertentangan dengan hukum syariah, yaitu melalui Pengadilan Agama (PA).

61