BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Syarofi (2014) Tandelilin (2010:102) Darmadji Fakhrudin (2012:102)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Industri

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. modal (IDX, 2016). Dibandingkan dengan investasi surat berharga lainnya di

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian suatu negara termasuk di Indonesia. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Dan juga lewat. dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing.

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

Abstrak. Kata kunci : IHSG, Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penyimpangan yang sering disebut ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perusahaan tentu terdapat bagian manajemen keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,0 persen.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi. Berbagai perusahaan tertarik terhadap investasi karena memberikan

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzan Arif, 2014 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Ekspektasian Portofolio Saham

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sektor yang penting bagi sebuah negara. Pasar modal memiliki peranan yang strategis sebagai ketahanan ekonomi serta berperan dalam menggerakkan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki dua fungsi yaitu pertama, sebagai sarana untuk pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan dalam mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua, sebagai sarana yang menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan pada suatu perusahaan. Investor menginvestasikan dananya dengan tujuan utama memperoleh keuntungan berupa dividen dan capital gain Syarofi (2014). Di dalam investasi, return dan risiko merupakan faktor yang memotivasi investor berinvestasi. Semakin besar risiko sekuritas, semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya pun begitu bila semakin kecil return yang diharapkan, maka semakin kecil risiko yang akan ditanggung. Dengan demikian menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik dan dapat memberikan keuntungan terhadap saham yang telah ditanamkan oleh investor pada pasar modal. Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko yang dihadapinya Tandelilin (2010:102). Return saham terbentuk dari pergerakan harga pasar saham suatu sekuritas. Harga saham merupakan harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik ataupun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham Darmadji dan Fakhrudin (2012:102). Pasar modal menawarkan banyak saham yang tersebar pada berbagai jenis industri. Investor dapat memilih untuk mencapai tingkat return yang maksimal 1

2 pada tingkat risiko tertentu yang bersedia dibayar oleh investor. Investor memerlukan suatu model penilaian return untuk memilih saham yang akan dibeli atau dijual. Pendekatan dengan model Arbitrage Pricing Theory (APT) dapat menjadi alternatif untuk meminimalisir risiko investor. Model penilaian (pricing model) merupakan sebuah model untuk menentukan tingkat pengembalian aset yang diperlukan atau diharapkan. Arbitrage Pricing Theory (APT) pertama kali diformulasikan oleh Ross (1976) sebagai alternatif model keseimbangan untuk menilai hubungan antara risiko dan return suatu aset selain model Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dikemukakan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965) dan Mossin (1969). Model CAPM menyebutkan bahwa return saham dipengaruhi oleh portofolio pasar dan risiko sistematis (beta). Sedangkan Model APT menyebutkan bahwa return saham tidak hanya dipengaruhi oleh portofolio pasar dan risiko sistematis, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor mikro dan makro. Arbitrage Pricing Theory (APT) muncul untuk mengatasi kelemahan dari model CAPM yang memungkinkan dimasukkannya lebih dari satu faktor untuk menentukan return asset selain risiko sistematis. APT pada dasarnya memiliki pandangan bahwa return harapan untuk suatu sekuritas dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang menunjukkan kondisi perekonomian secara umum. Menurut Tandelilin (2010) faktor faktor risiko tersebut harus mempunyai karakteristik seperti berikut ini; 1) masing-masing faktor risiko harus mempunyai pengaruh luas terhadap return saham-saham di pasar, 2) faktor-faktor risiko tersebut harus mempengaruhi return harapan, 3) pada awal periode, faktor risiko tersebut tidak dapat diprediksi oleh pasar. APT memiliki asumsi investor percaya bahwa return sekuritas akan ditentukan oleh model faktorial sejumlah (n) faktor risiko. Risiko dalam APT merupakan sensitivitas saham terhadap faktor-faktor ekonomi makro, dan besarnya return harapan akan dipengaruhi oleh sensitivitas tersebut. Dalam pengujian APT ini banyak literatur yang membahas perkembangan teori APT dan mencoba menyempurnakan teori yang dikemukakan oleh Ross tersebut seperti riset yang dilakukan oleh Chamberlain dan Rothschild (1983), Grinblatt dan Titman (1983), Beggs (1986) dalam Faff (1988) dan Cetin, dkk.

3 (2004). Sejumlah penelitian mencoba untuk menemukan bukti empiris dari aplikasi teori APT dengan menggunakan sejumlah prosedur yang sudah ditetapkan seperti yang dilakukan oleh Roll dan Ross (1980) yang memasukkan total varian return saham individual dan membuktikan bahwa model APT benar. Selanjutnya Chen (1983) memasukkan variabel return pada periode sebelumnya dan ukuran perusahaan, hasilnya juga mendukung teori APT (Arifin, 2005). Model APT dinilai lebih fleksibel dibandingkan dengan CAPM karena APT dalam membuat model dapat menggunakan variabel makro ekonomi variabel yang beragam dalam menghitung premi risiko suatu asset. Pada model APT tingkat keuntungan lebih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Indraseno (2006). Variabel makro ekonomi dapat dijadikan sebagai faktor-faktor dalam model APT. Pada tahun 1986, Chen dkk. (1986), kembali melakukan penelitian dengan memasukkan faktor makro ekonomi dan menemukan bahwa semua faktor makro ekonomi yang digunakan valid untuk memprediksi return ekuitas. Hasil penelitian Iqbal, dkk. (2012) menunjukkan bahwa variabel makro ekonomi tidak menentukan return saham dan hasil keseluruhan tidak signifikan. Penelitian oleh Anantayoga, dkk. (2014) menunjukkan analisis menggunakan APT faktor makroekonomi yaitu harga minyak dunia, nilai tukar, dan inflasi mempengaruhi return saham sektoral. Namun harga minyak dunia dan inflasi tidak berpengaruh pada semua sektor yang diamati, seperti halnya nilai tukar yang berpengaruh pada semua sektor. Hasil penelitian selanjutnya oleh Ouma dan Muriu (2014) menggunakan teori APT dengan penerapan model The Ordinary Least Square (OLS) hasil penelitian ini menunjukkan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap return saham dan variabel makroekonomi. Jumlah uang beredar, nilai tukar dan inflasi mempengaruhi return pasar saham, sedangkan kurs berpengaruh negatif terhadap return saham di Kenya. Samadi dkk. (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa harga emas, inflasi dan nilai tukar yang mempengaruhi pada return saham dan harga minyak tidak berdampak pada return saham Teheran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Isenmila dan Ose erah (2012) penelitian ini menggunakan data time series dan data sekunder menggunakan perkiraan kuartal. Hasil menunjukkan bahwa jumlah uang beredar (M2) nilai tukar, dan harga

4 minyak negatif dan juga signifikan terhadap return saham. Namun suku bunga berhubungan negatif dan juga tidak signifikan terhadap return saham. Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu informasi bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Saham LQ 45 umumnya diminati oleh para investor. Saham tersebut aktif diperdagangkan dan memiliki likuditas yang lebih tinggi. Indeks LQ 45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Berikut ini disajikan grafik return saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2015. Sumber: www.idx.co.id data diolah Grafik 1.1 Perkembangan Return Saham Indeks LQ 45 Periode 2008-2015 Berdasarkan grafik 1.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata per tahun return saham pada perusahaan Indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015 berfluktuatif. Pada tahun 2008, rata-rata return saham sebesar 46%. Pada tahun 2009 rata-rata return saham naik mencapai 100% menjadi sebesar 148%. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup tajam menjadi sebesar 37%. Penurunan ini terus berlanjut sampai dengan

5 tahun 2013 dengan rata-rata return saham menjadi sebesar -6%. Kemudian pada tahun 2014 kembali membaik dengan rata-rata return saham mencapai 25%. Pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan yang cukup tajam dengan rata-rata return saham sebesar -20%. Pada tahun 2015 indeks LQ 45 diprediksi mengalami penguatan mencapai 1.00%. Kondisi ini artinya, semua indeks saham berada pada zona yang aman dengan grafik yang benar-benar hijau. Hal tersebut di dorong oleh Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG tahun 2015 ini terjadi peningkatan yang signifikan, maka dari itu perdagangan saham juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan (teropongbisnis.com). Dengan adanya prediksi tersebut diperkirakan harga saham akan mengalami peningkatan, mencerminkan bahwa investor percaya pada indeks LQ 45. Walaupun berfluktuasi tren indeks LQ 45 cenderung mengalami penurunan. Dapat dilihat pada kenyataannya di tahun 2015 return LQ 45 yang dihasilkan menunjukkan penurunan. Penurunan disebabkan laba bersih emiten yang tergabung dalam indeks LQ 45 pada kuartal I/2015 turun sebesar 5.15% dengan pendapatan sebesar 2.57% pada periode yang sama (market.bisnis.com). Tingginya return saham menggambarkan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh investor atas dana yang diinvestasikan tinggi. Sedangkan rendahnya return saham menggambarkan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh investor atas dana yang diinvestasikan rendah. Fluktuasi return saham menurut Chen, Roll dan Ross (1986) dapat disebabkan oleh berbagai variabel makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, kurs, jumlah uang beredar, harga minyak dunia, harga emas. Menurut Sunariyah (2006) Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian dividen dan daya beli masyarakat juga menurun, sehingga inflasi yang tinggi mempunyai hubungan negatif terhadap ekonomi pasar modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap return saham sebagaimana dikemukakan penelitian Winarto, dkk. (2016) dan Azis, dkk. (2005). Namun

6 hasil penelitian Suwandy (2014) menunjukkan hasil pengujian membuktikan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap return indeks LQ 45. Berikut adalah grafik perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2008-2015: Sumber: www.bi.go.id data diolah Grafik 1.2 Perkembangan Tingkat Inflasi Periode 2008-2015 Berdasarkan grafik 1.2 Pada tahun 2008 Indonesia mengalami inflasi yang tinggi mencapai 11.06% disebabkan kenaikan harga minyak dunia dan mengakibatkan harga komoditi tinggi. Inflasi terus menunjukkan nilai yang fluktuatif, tahun 2009 inflasi mengalami penurunan dan merupakan inflasi terendah hanya 2.78%. Inflasi kembali naik ditahun 2010 menjadi 6.96%. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.79%. Pada tahun 2012, inflasi terus bergerak sebesar 4.30% dan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 inflasi sebesar 8,38% hingga 8.36%. Namun ada tahun 2015 inflasi kembali turun nilai inflasi sebesar 3.35%. Suku bunga seringkali dijadikan oleh investor sebagai pembanding dengan return yang akan diperoleh Manurung (1996). Suku bunga biasanya memiliki hubungan yang negatif dengan return saham, semakin tinggi suku bunga, maka semakin rendah return saham sebagaimana juga dikemukakan oleh Adaragi, dkk. (2002), Isenmila dan Ose erah (2012). Hasil penelitian Wiradharma (2016), Suartini dan Mertha (2013) menemukan bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap return saham, artinya semakin tinggi suku bunga maka akan semakin

7 tinggi pula return saham. Dwialesi dan Darmayanti (2016) menunjukkan hasil penelitian bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Berikut adalah grafik perkembangan suku bunga di Indonesia pada tahun 2008-2015: Sumber: www.bi.go.id data diolah Grafik 1.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Periode 2008-2015 Berdasarkan grafik 1.3 dapat dilihat dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Pada tahun 2008 BI rate atau tingkat suku bunga mencapai 9,25%. Tingkat suku bunga terus mengalami pergerakan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 tingkat suku bunga 6.50% hingga 6.00% pertahun. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia melambat beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2012 tingkat suku bunga 5.75% sampai dengan tahun 2015 suku bunga acuan (BI rate) meningkat menjadi 7.50%. Nilai tukar atau kurs juga diduga memiliki hubungan yang erat dengan return saham Haryanto (2007), Fluktuasi nilai kurs yang tidak terkendali dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Melemahnya nilai kurs domestik terhadap mata uang asing (misalnya Rupiah terhadap US Dollar) dapat memberikan dampak negatif bagi pasar ekuitas karena pasar ekuitas menjadi tidak punya daya tarik Samsul (2006). Beberapa peneliti menemukan kurs berpengaruh negatif terhadap return saham seperti Jatirosa (2014), Wiradharma, dkk (2016) dan Winarto, dkk. (2016). Namun penelitian

8 lain menunjukkan adanya pengaruh positif kurs terhadap return saham seperti penelitian yang dilakukan oleh Halim (2013) dan Tursoy, dkk. (2008). Berikut grafik perkembangan kurs di Indonesia pada tahun 2008-2015: Sumber: www.bi.go.id data diolah Grafik 1.4 Perkembangan Kurs Periode 2008-2015 Berdasarkan grafik 1.4 kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah Rp 10.895 tercatat pada Desember akhir tahun 2008 dikarenakan Indonesia mengalami krisis ekonomi. Pada tahun 2009 kurs terhadap dollar AS Rp 9.353. Pada tahun 2010 kurs terhadap dollar AS kembali menguat Rp 8.496. Kurs terus mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Indonesia kembali mengalami krisis pada tahun 2013 membuat rupiah kembali melemah Rp 12.128 dan terus mengalami pelemahan menjadi Rp 13.726 terhadap dollar AS di tahun 2015. Uang memiliki peranan yang berarti dalam perekonomian, perkembangan perekonomian dapat diamati dari dua sektor yang saling terkait yaitu sektor riil (pasar barang dan jasa) dan sektor moneter (pasar uang). Aliran uang sebanding dengan aliran barang dan jasa Putong (2009). Ouma dan Muriu (2014) menemukan bahwa jumlah uang beredar mempengaruhi return saham. Penelitian lain menemukan jumlah uang beredar negatif dan berpengaruh signifikan terhadap return saham Isenmila dan Ose erah (2012) Hasil penelitian Dewanti (2013) menunjukkan bahwa jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap return saham.

9 2008-2015: Berikut grafik perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun Sumber: www.bps.go.id data diolah Grafik 1.5 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Periode 2008-2015 Berdasarkan grafik 1.5 diatas dapat dilihat jumlah uang beredar dalam kategori M2 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Rata-rata jumlah uang beredar (M2) adalah 3,124,124,625 miliyar rupiah. Sedangkan jumlah uang beredar tertinggi adalah 4,404,085,000 miliyar rupiah yang terjadi pada bulan Desember tahun 2015. Jumlah uang beredar terendah adalah 1,895,839,000 miliyar rupiah terjadi pada tahun 2008. Jumlah uang beredar di Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2015 selalu mengalami fluktuatif hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin naik setiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan penduduk semakin naik namun daya beli masyarakat tetap. Harga minyak akan berdampak pada dunia usaha. Dampak tersebut dapat dirasakan dengan naiknya biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang pada akhirnya menaikan harga jual produk dan menurunkan keuntungan perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Park dan Kilian (2007), Kesuma (2012), dan Lawrence (2013) yang menemukan adanya pengaruh yang positif signifikan dari harga minyak dunia terhadap return saham. Namun hasil penelitian Samadi, dkk. (2012) dan Kuwomu (2012) menemukan bahwa harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap return saham.

10 2008-2015: Berikut grafik perkembangan harga minyak dunia di Indonesia pada tahun Sumber: www.eia.gov data diolah Grafik 1.6 Perkembangan Harga Minyak Dunia Periode 2008-2015 Berdasarkan grafik 1.6 diatas harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada tahun 2008 menyentuh harga Rp 1.08 per barel. Namun pada tahun 2009 minyak mentah mengalami penurunan ke harga Rp 579 per barel. Minyak mentah kembali naik harga pada tahun 2010 sebesar Rp 711 per barel, dan pada 2011 dan tahun 2012 kembali naik ke kisaran harga Rp 856 hingga Rp 904 per barel. Sedangkan pada tahun 2013 harga minyak terus mengalami kenaikan ke harga Rp 1.18 dan menjadi Rp 1.15 per barel pada tahun 2014. Terjadi penurunan pada tahun 2015 harga minyak ke harga Rp 667 per barel. Emas merupakan salah satu komoditas yang turut mempengaruhi return saham. Hal ini didasari karena emas merupakan salah satu alternatif investasi yang cenderung aman. Hal ini dikarenakan sifat emas yang nilainya relatif bebas dari tekanan inflasi Lawrence (2013). Hasil penelitian Samadi, dkk. (2012) menunjukkan bahwa harga emas berpengaruh terhadap return saham. Namun ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan antara harga emas dengan return saham seperti penelitian yang dilakukan oleh Winarto, dkk. (2016) dan Dewanti (2013).

11 2015: Berikut grafik perkembangan harga emas di Indonesia pada tahun 2008- Sumber: www.indexmundi.com data diolah Grafik 1.7 Perkembangan Harga Emas Periode 2008-2015 Berdasarkan grafik 1.7 harga emas terus berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 harga emas menyentuh nilai terendah sebesar 8.89/gram dikarenakan kenaikan inflasi yang cukup tinggi. Harga emas kembali naik pada tahun 2009 sebesar 10.6/gram dan terus mengalami kenaikan ditahun 2010 sebesar 12.4/gram, pada tahun 2011 sebesar 14.8/gram serta puncak tertinggi harga emas berada pada tahun 2012 mencapai 16.2/gram. Namun pada tahun 2013 sampai 2015 harga emas mengalami penurunan sebesar 14.8/gram 14.6/gram. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menguji penelitian dengan judul PENGGUNAAN METODE ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) UNTUK MENILAI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2015

12 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penggunaan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) mempengaruhi variabel inflasi terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015? 2. Bagaimana penggunaan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) mempengaruhi variabel suku bunga (SBI) terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015? 3. Bagaimana penggunaan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) mempengaruhi variabel kurs terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015? 4. Bagaimana penggunaan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) mempengaruhi variabel jumlah uang beredar terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015? 5. Bagaimana penggunaan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) mempengaruhi variabel harga minyak dunia terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015? 6. Bagaimana penggunaan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) mempengaruhi variabel harga emas terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015?

13 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dengan menggunakan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) variabel inflasi dapat berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015. 2. Untuk mengetahui dengan menggunakan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) variabel suku bunga (SBI) dapat berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015. 3. Untuk mengetahui dengan menggunakan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) variabel kurs dapat berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015. 4. Untuk mengetahui dengan menggunakan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) variabel jumlah uang beredar dapat berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015. 5. Untuk mengetahui dengan menggunakan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) variabel harga minyak dunia dapat berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015. 6. Untuk mengetahui dengan menggunakan metode Arbitrage Pricing Theory (APT) variabel harga emas dapat berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015.

14 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan manfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan dan memperhatikan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan return saham. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kinerja keuangan perusahaan dan dapat mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modal di perusahaan. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan calon investor maupun investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. 3. Bagi Akademisi Bagi mahasiswa penelitian ini dapat dijadikan sarana studi banding dengan penelitian terdahulu dan penelitian ini dapat menjadi referensi serta tambahan informasi dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya. 4. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dalam bangku kuliah. Dalam hal ini untuk menambah pengetahuan penulis dalam memahami metode dalam menganalisis dan memprediksi return saham Indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2015. Penelitian ini salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen S1 pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

15 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan dalam penelitian ini akan terbagi menjadi 5 bab, yaitu : 1. Bab I, Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika skripsi. 2. Bab II, Landasan Teori Bagian ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang melandasi penelitian dan menjadi dasar acuan teori yang relevan untuk menganalisis penelitian. Terdiri dari landasan teori, kajian penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran dan hipotesis. 3. Bab III, Metode Penelitian Bab ini akan menguraikan tentang objek penelitian, unit analisis, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, oprasional variabel, serta metode analisis data. 4. Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini dijelaskan hasil dan analisis yang terdiri dari faktor faktor variabel makroekonomi yang berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. 5. Bab V, Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya, sedangkan saran berdasarkan pertimbangan dari hasil penelitian.