BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pasar modal mengalami perkembangan yang pesat. Adanya pasar modal ini menjadkan investor memiliki alat untuk mengukur kinerja dan kondisi keuangan perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan yang berisi informasi-informasi berupa posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas perusahaan yang bermanfaat bagi pembuatan keputusan investasi. Kelangsungan hidup suatu perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan terutama investor. Investor menanamkan modalnya untuk mendanai operasi perusahaan. Ketika akan melakukan investasi pada suatu perusahaan, investor perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup (going concern) perusahaan tersebut. Kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya akan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Namun pada kondisi tertentu perusahaaan yang telah menyusun laporan keuangannya dengan dasar going concern suatu saat dapat mengalami kegagalan akibat kondisi ekonomi global yang tidak stabil. Hal ini menyebabkan munculnya ide-ide untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut dengan menyembunyikan kondisi sesungguhnya perusahaan untuk tetap menarik pihak investor menanamkan modalnya. 1
Menurut Foroghi yang dikemukakan oleh Pratiwi (2013:1) mengemukakan bahwa Perusahaan didirikan dengan tujuan memiliki kelangsungan hidup untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu perusahaan dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut, contoh kerugian operasi yang signifikan dan berlangsung secara terus menerus sehingga menimbulkan keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Fanny dan Saputra (2005:37) mengemukakan bahwa Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Kelangsungan hidup biasa dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kelangsungan usaha suatu entitas bisnis selalu dikaitkan dengan peran penting manajemen entitas bisnis dalam me-manage entitas tersebut agar dapat terus survive sehingga pertanggungjawaban pertama dibebankan pada peranan manajemen namun pertanggungjawaban juga melebar pada auditor entitas terkait. Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Auditor, melalui opininya yang terangkum dalam laporan audit mulai diminta tanggung jawabnya untuk mengungkap kelangsungan usaha entitas (going concern). Going concern digunakan sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aset kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (PSA No.30). Opini yang diberikan auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi. 2
Menurut Astuti dan Darsono (2012:1) mengemukakan bahwa pemberian opini modifikasi (going concern) oleh auditor merupakan dampak keraguan perusahaan untuk dapat melanjutkan kelangsungan usahanya. Menurut Januarti dan Fitrianasari (2008:15) mengemukakan bahwa Opini ini merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Sulitnya memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan menyebabkan banyak auditor yang mengalami dilema moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Kepercayaan dari pihak-pihak yang berkepentingan sangatlah penting bagi perusahaan go public. Namun kini, segelintir masyarakat telah kehilangan kepercayaannya terhadap auditor. Dewasa ini telah banyak terjadi kasus hukum yang melibatkan entitas bisnis, terutama dalam manipulasi akuntansi. Fenomena yang mempengaruhi going concern adalah terjadi kasus hukum yang melibatkan manipulasi data akuntansi oleh entitas bisnis. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan besar di Amerika, seperti Enron dan Worldcom. Enron menerima opini wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan Arthur Anderson, salah satu kantor akuntan publik (KAP) dalam jajaran big five, namun secara mengejutkan pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. Dimana ArthurAnderson memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis. Kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. 3
Penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai opini audit going concern di Indonesia masih menjadi objek penelitian yang penting dan menarik karena opini audit going concern suatu badan usaha merupakan salah satu hal yang mendasari para investor dalam mengambil keputusan investasi dan juga para kreditor dalam meminjamkan dananya dengan tujuan untuk memperoleh laba dari entitas tersebut. Selain itu, opini audit going concern sering dihubungkan dengan kamampuan manajemen perusahaan untuk lebih mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan going concern. Tujuan Dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Opini Audit Going Concern. Penelitian di Indonesia tentang going concern telah dilakukan oleh Nuraprianti (2011), Annisa (2013), Pratiwi (2013), Elmawati dan Yuyetta (2014), Nirmalasari (2014) dan Nanda (2015). Menurut Espahbodi yang dikemukakan oleh Januarti (2009:29) mengemukakan bahwa Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan dengan auditee yang sama. Menurut Chen dan Church y ang dikemukakan oleh Septiyanto (2011:31) mengemukakan bahwa debt default sebagai kegagalan debitor 4
(perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada jatuh tempo. Menurut Januarti (2009:16) mengemukakan bahwa status hutang perusahaan dapat dikatakan sebagai faktor utama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Beberapa penelitian yang dilakukan Werastuti (2013), Ardiani et al ( 2012), Astuti dan Darsono (2012), Januarti (2009) mendapatkan bukti empiris bahwa adanya status debt default, semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Menurut Junaidi dan Jogiyanto (2010:23) mengemukakan bahwa perusahaan yang tidak mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus dan mengungkapkan dampak kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya akan meningkatkan kemungkinan menerima opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2013), Elmawati dan Yuyetta (2014) telah menunjukan bahwa disclosure mempengaruhi dikeluarkannya opini audit going concern. Audit lag merupakan jumlah hari yang dihitung antara tanggal laporan keuangan hingga tanggal laporan auditor independen dikeluarkan yang mengindikasikan lamanya waktu seorang auditor dalam menyelesaikan suatu audit.. Penelitan Januarti dan Fitrianasari (2008) menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. 5
Penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian Putra (2010) yang menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. Menurut Arsianto dan Shiddiq (2013:10) mengemukakan bahwa Perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki aset yang secara umum masih dapat digunakan sebagai sumber kas operasional perusahaan. Hasil penelitian Arsianto dan Shiddiq (2013), membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai opini audit going concern di Indonesia masih menjadi objek penelitian yang penting dan menarik karena opini audit going concern suatu badan usaha merupakan salah satu hal yang mendasari para investor dalam mengambil keputusan investasi dan juga para kreditor dalam meminjamkan dananya dengan tujuan untuk memperoleh laba dari entitas tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Disclosure, Audit Lag dan Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 1.2 Perumusan Masalah Persoalan mendasar yang hendak diteliti adalah: 6
1. Apakah Audit tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 2. Apakah Debt Default berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 3. Apakah Disclosure berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 4. Apakah Audit Lag berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 5. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015 6. Apakah Audit Tenure, Debt Default, Disclosure, Audit Lag dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah Audit tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 7
2. Untuk mengetahui apakah Debt Default berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 3. Untuk mengetahui apakah Disclosure berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 4. Untuk mengetahui apakah Audit Lag berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 5. Untuk mengetahui apakah Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015 6. Untuk mengetahui apakah Audit Tenure, Debt Default, Disclosure, Audit Lag dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2013-2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti unutuk menambah pengetahuan peneliti mengenai topik yang diteliti. 2. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana serta referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai 8
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan. 3. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan bagi investor dan kreditor untuk mengambil keputusan investasi dan pemberian pinjaman kepada perusahaan. 4. Bagi pembaca dan peneliti lain Penulisan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat memberikan gambaran tentang pemberian opini audit going concern. 9