BAB I PENDAHULUAN. periode waktu tertentu (Widya, 2012). Selain itu pertumbuhan ekonomi juga

dokumen-dokumen yang mirip
ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi

BAB III MONOGRAFI DAN KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pokok utama suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan harus mampu memberi

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

Sumatera Barat. Jam Gadang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam perekonomian menurut Adam Smith (1776) dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

Kata kunci: Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Per Kapita, Uji Beda Rata-rata (t test equal mean), Indeks Location Quotient (LQ).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III-2016

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Penutup. Sekapur Sirih

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yan tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut pada suatu periode waktu tertentu (Widya, 2012). Selain itu pertumbuhan ekonomi juga menunjukan sejauh mana aktivitas perekonomian akan mengasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Begitu juga pembangunan di daerah sasaran utamanya yaitu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk didalamnya pemerataan pendapatan antar daerah. Dalam mencapai sasaran pembangunan tersebut, diperlukan perencanaan pembangunan ekonomi yang baik. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan pembangunan. Menurut Mankiw (2007) pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dan sebagai penentu adanya kebijakan pembangunan selanjutnya. Suatu negara dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi kenaikan pendapatan nasional dan peningkatan output. Kenaikan pendapatan nasional dapat dilihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan setiap tahunnya oleh suatu negara. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi suatu daerah dilihat

dari jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan setiap tahun (Kontesa, 2018). PDRB merupakan pendapatan nasional yang dapat dihitung dari sisi produksi, pengeluaran, maupun penerimaan. Dari sisi pengeluaran dapat dihitung pengeluaran yang dibayarkan oleh masing-masing pelaku ekonomi. pihak luar negeri melakukan perdagangan internasional baik melalui ekspor ataupun impor, pemerintah melakukan belanja untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan, sedangkan rumah tangga melakukan pengeluaran berupa konsumsi yang dipengaruhi oleh jumlah pendapatan yang telah dikurangi dengan pajak, perusahaan atau swasta mengeluarkan biaya untuk berinvestasi. PDRB dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kebijakan pemerintah itu. Kebijakan tersebut harus dikenali secara cepat dan tepat agar suatu daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Pertumbuhan PDRB Sumatera Barat pada tahun mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Sumatera Barat tahun 2016 sebesar 5,52 persen, sedangkan tahun 2015 mencapai 5,52 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha penyedia akomodasi dan makan dan minum sebesar 11,15 persen, diikuti oleh lapangan usaha pengadaan listrik dan gas sebesar 10,94 persen, dan lapangan usaha jasa lainnya sebesar 9,95 persen. Untuk lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan terendah adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 1,96 persen ( Badan Pusat Statistik, 2017).

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 Kabupaten/Kota PDRB (Juta Rupiah) Kabupaten 1. Kep. Mentawai 3.721,50 2. Pesisir Selatan 10.685,34 3. Solok 11.046,63 4. Sijunjung 7.721,36 5. Tanah Datar 10.727,03 6. Padang Pariaman 17.521,18 7. Agam 16.520,89 8. Lima Puluh Kota 12.627,31 9. Pasaman 6.995,78 10. Solok Selatan 4.598,32 11. Dharmasraya 8.433,53 12. Pasaman Barat 12.795,02 Kota 1. Padang 49.296,19 2. Solok 3.238,35 4. Sawahlunto 2.938,79 5. Padang Panjang 2.773,91 6. Bukittinggi 6.749,79 7. Payakumbuh 4.983,38 8. Pariaman 4.004,35 Jumlah/Total 197.378,74 Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka 2017 Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat tidak luput dari pertumbuhan perekonomian pada setiap Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Barat. Sebagaimana kondisi pada tahun-tahun sebelumnya, perekonomian Kota Padang tetap menjadi barometer dari perekonomian Sumatera Barat. Hal ini bisa dimengerti karena Padang adalah ibu kota provinsi dengan potensi ekonomi yang paling besar bila dibandingkan dengan kabupaten/ kota lainnya. Dari nilai PDRB yang dihasilkan, Kota Padang jauh mengungguli

kabupaten/kota lainnya. PDRB Kota Padang tahun 2016 adalah sebesar 49.296,19 juta rupiah, sementara diurutan berikutnya adalah Kabupaten Padang Pariaman dengan nilai PDRB sebesar 17.521,18 juta rupiah, dan diurutan ketiga adalah kabupaten Agam dengan nilai PDRB sebesar 16.520,89 juta rupiah.kota Padang Panjang menjadi Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB sebesar 2.773.91 juta rupiah dan diikuti oleh Kota Sawahlunto dengan PDRB sebesar 2.938,35 juta rupiah. Untuk mengetahui pekembanngan PDRB Kota Padang Panjang dari tahun- ketahun dapat dilihat dari data PDRB harga konstan kota Padang Panjang, sebagai berikut : Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto Kota Padang Panjang atas harga konstan Tahun 2010, pada tahun 2003-2016 PDRB ADHK 2010 (Rp) Laju Pertumbuhan PDRB (%) 2003 1.018.667.163.000 2004 1.072.956.701.000 5,32 2005 1.134.538.319.000 5,73 2006 1.203.813.083.000 6,10 2007 1.280.598.689.000 6,37 2008 1.360.884.493.000 6,26 2009 1.446.850.828.000 6,31 2010 1.534.408.988.000 6,05 2011 1.628.687.164.000 6,14 2012 1.730.270.000.000 6,23 2013 1.839.393.130.000 6,30 2014 1.951.674.180.000 6,10 2015 2.065.996.860.000 5,85 2016 2.185.791.000.000 5,79 Rata-tata 1.532.466.471.000 6,04 Sumber : Sumatera Barat dalam Angka, data diolah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Padang Panjang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama 14 tahun terakhir Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Padang Panjang terus mengalami kenaikan tahunnya. Jumlah PDRB tertinggi pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp 2.185.791.000.000 dengan laju pertumbuhan 5,79 persen. Dan terendah pada tahun 2003 sebesar Rp 1.018.667.163.000 dengan laju pertumbuhan PDRB ratarata sebesar Rp 1.532.466.471.000 dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 6,04 persen. Dilihat dari Kontribusi kota Padang Panjang terhadap jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang Panjang merupakan daerah dengan kontribusi terkecil dibandingkan dengan daerah lain yang di Sumatera Barat. Pada tahun 2016 kota Padang Panjang memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sumatera Barat sebesar 1,41 persen, mengalami kenaikan sebesar 0.01 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan daerah dengan kontribusi terbesar adalah Kota Padang, dengan kontribusi sebesar 24,88 persen pada tahun 2015, mengalami kenaikan sebesar 0,1 persen pada tahun 2016 menjadi 24,98 persen (Badan Pusat Statistik, 2017). Peningkatan/penurunan PDRB Kota Padang Panjang diduga dipengaruhi oleh perubahan pengeluaran pemerintah dan TPAK hal ini dikarenakan Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja daerah dalam APBD, yang digunakan dalam membiayai aktivitas pembangunan dan program-program layanan publik di daerah pengeluaran pemerintah mempengaruhi Pendapatan daerah.. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah dan tergantung dari besarnya penerimaan pemerintah.

Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut merupakan pencerminan pengeluaran pemerintah. Untuk melihat perkembangan jumlah pengeluaran yang harus dikeluaran pemerintah Kota Padang Panjang dapat dilihat pada Laporan realisasi pengeluaran pemerintah yang terdapat dalam APBD Kota Padang Panjang. jumlah pengeluaran pemerintah kota Padang Panjang yang terus mengalami kenaikan setiap tahun, terlihat dengan jumlah pengeluaran pemerintah Pengeluaran Rp 406.617.041.000 di tahun 2014 menjadi Rp 692.346.992.000 pada tahun 2016, dengan laju pertumbuhan 3,89 persen di tahun 2014 terus naik hingga 41,20 persen di dua tahun sesudahnya. Perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan pajak akan mempengaruhi tingkat pendapatan (Dornbusch dan Fischer,1999). Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Jika perekonomian berada dalam resesi, pajak harus dikurangi atau pengeluaran pemerintah ditingkatkan untuk menaikkan output. Jika sedang berada dalam masa makmur (booming), pajak seharusnya dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi agar kembali ke penggunaan tenaga kerja penuh (Afrizal,2013). Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu mendapat jaminan bahwa suatu daerah tersebut makmur apabila tidak diikuti dengan perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga kerja baru (Kontesa, 2018). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berguna untuk mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi disuatu negara/wilayah, dengan interpretasi semakin tinggi TPAK menunjukkan semakin tinggi pula

tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian (Badab Pusat Statistik, 2010). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Padang Panjang mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada tahun 2005 TPAK sebesar 61.71% meningkat menjadi 64.47% pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 sebesar 71.56% mengalami penurunan sebesar 5.05% pada tahun 2011 menjadi 67.94%., pada dasarnya pertumbuhan alami dari jumlah penduduk usia kerja yang juga di ikuti dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja baik yang telah memasuki dunia kerja maupun yang mencari pekerjaan. Namun seberapa besar pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan TPAK tersebut terhadap PDRB kota Padang Panjang belum dapat diketahui. Berdasarkan analisis dan uraian di atas maka peneliti ingin mengkaji dan menganalisis Analsisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan TPAK Terhadap PDRB Kota Padang Panjang tahun 2003-2016. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang sudah ditetapkan. Adapun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Kota Padang Panjang tahun 2003-2016? 2. Bagaimana Pengaruh TPAK terhadap PDRB Kota Padang Panjang tahun 2003-2016?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB Kota Padang Panjang tahun 2003-2016? 2. Untuk menganalisis pengaruh TPAK terhadap PDRB Kota Padang Panjang tahun 2003-2016. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah Kota Padang Panjang, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Kota Padang Panjang, baik dilihat dari pengaruh pengeluaran pemerintah maupun TPAK. 2. Bagi masyarakat umum, diharapkan menjadi salah satu media untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perekonomian Sumatera Barat terutama PDRB Kota Padang Panjang. 3. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi, referensi dan literatur untuk penelitian selanjutnya mengenai PDRB. 4. Bagi penulis, dapat menambah dan memperdalam pengetahuan mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah dan TPAK terhadap PDRB Kota Padang Panjang.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Kota Padang Panjang. Faktor-faktor yang menjadi variabel bebas dalam penelitian terdiri dari pengeluaran pemerintah dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Sedangkan tujuan akhir penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat yaitu PDRB Kota Padang Panjang. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kota Padang Panjang dengan data yang digunakan dimulai dari tahun 2003 hingga 2016 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 1.6. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini statistika yang digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang yang mendasari pemilihan masalah dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan yang merupakan uraian singkat dari isi penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang teori-teori, penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian, kerangka konseptual, serta hipotesa yang terkait

mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah dan TPAK terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padang Panjang. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai jenis serta sumber data, variabel-variabel yang digunakan, metode analisa data, serta alat analisa dalam penelitian BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Bab ini menjabarkan tentang gambaran umum dan perkembangan variabel-variabel penelitian di Kota Padang Panjang. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini mengemukakan temuan empiris dari hasil regresi dan pembahasannya serta menjelaskan implikasi kebijakan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan pada Bab V, selain itu bab ini juga berisi saran-saran yang nantinya berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.