BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang mempunyai peranan sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut George A Miller (dalam Chaer 2009:19) bahasa adalah kemampuan manusia yang sangat rumit, tidak hanya menyangkut masalah arti saja, kemampuan yang rumit ini menurutnya juga telah dimungkinkan oleh rumus-rumus linguistik yang telah dinuranikan oleh manusia. Oleh karenanya gaya berbahasa sesorang tidak terlepas dari pengaruh psikologi. Selain itu juga bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan perasaan batin seperti marah, sedih, kecewa, senang, bahagia, kagum, dan jengkel, meskipun tingkah laku, mimik, dan gerak juga berperan dalam ungkapan ekspresi batin tersebut. Variasi bahasa pasti dimiliki setiap individu. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan, yaitu lingkungan yang berisi banyak individu dari berbagai latar belakang atau yang populer disebut lingkungan hitrogen. Hartman dan Stork (dalam Chaer dan Agustina 2004:62) membedakan variasi bahasa berdasarkan tiga kriteria (a) latar belakang geografis dan sosial penutur (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Dari sini dapat dikatakan bahwa gaya bahasa yang digunakan seseorang dapat mencerminkan lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan juga berpengaruh dalam pembentukan gaya bahasa seseorang. 1
2 Bahasa pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis yang berarti dalam hal ini bahasa lisan adalah yang primer dan bahasa tulis adalah sekunder. Dalam bahasa lisan atau primer ada istilah retorika. Menurut Gorys Keraf (2009:1) retorika merupakan teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada pengetahuan yang tersusun baik. Adapun kemampuan retorika ini pada masyarakat luas dikenal sebagai kemampuan berpidato yang cukup baik atau oratoris. Kemampuan oratoris ini dapat diidentifikasi melalui penggunaan gaya bahasa. Alasan penulis meneliti tentang gaya bahasa calon presiden. Pertama, gaya bahasa merupakan salah satu ciri khas setiap individu untuk mengungkapkan perasaannya dan menjadi pembeda antara individu satu dengan individu lainnya. Kedua, gaya bahasa yang beragam dan bervariasi dari masing-masing individu dalam hal ini calon presiden, merupakan cara individu untuk mewakili apa yang ingin disampaikan kepada pendengar dalam hal ini masyarakat luas dengan cara berpidato atau berorasi. Dan ketiga gaya bahasa merupakan aspek terpenting dari sebuah pidato atau orasi. Secara umum sasaran penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gaya bahasa. Sedangkan secara khusus sasaran penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis gaya mana yang paling sering digunakan oleh seorang calon presiden dalam berpidato atau berorasi. Gaya bahasa yang akan menjadi rujukan pada penelitian ini adalah gaya bahasa menurut Gorys Keraf. Gaya bahasa mempunyai berbagai macam jenis. Menurut Keraf (2009:112-145) gaya bahasa dibedakan menjadi dua. Yaitu dari segi bahasa dan non bahasa. Dari segi nonbahasa terdapat: (1)berdasarkan
3 pengarang, (2) berdasarkan masa, (3) berdasarkan medium, (4) berdasarkan subjek, (5) berdasarkan tempat, (6) berdasarkan hadirin, dan (7) berdasarkan tujuan, sedangkan dari segi bahasa terdapat: (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) gaya bahasa berdasarkan nada, (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Penelitian tentang gaya bahasa juga pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, pertama Khotimah (2004) yang berjudul, Analisis Gaya Bahasa Parikan Ludruk pada Grup Kartolo CS. Penelitian tersebut mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa bardasarkan struktur kalimat dan mendeskripsikan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna pada parikan ludruk Kartolo CS., kedua Novita (2012) yang berjudul, Analisis Penggunaan Gaya Bahasa pada Syair Ronggeng Anak Dgang Vokal Kiyat dan Sayus. Penelitian tersebut mendeskripsikan gaya bahasa pertentangan dan gaya bahasa perulangan dari segi fungsi. Informatif, emotif maupun makna gaya bahasa yang digunakan pada syair ronggeng Anak Dagang vocal Kiyat dan Sayus. Dan ketiga Handono (2014) yang berrjudul, Gaya Bahasa dalam Lirik lagu Band Coklat Album Utukmu Indonesia. Pada penelitian tersebut mendeskripsikan tentang struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna, mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa, dan mendeskripsikan fungsi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Pada penelitian ini terdapat beberapa kesamaan dengan tiga penelitian skripsi di atas yaitu dari segi substansi, seperti jenis-jenis gaya bahasa dari segi langsung tidaknya makna, struktur kalimat, dan gaya bahasa kiasan yang popular
4 disebut majas, selain itu ada juga perbebedaan dengan tiga penelitian skripsi di atas, pada penelitian ini mempunyai substansi yang lebih sempit, yaitu difokuskan pada gaya bahasa berdarkan langsung tidaknya makna yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Sedangkan perbedaan yang paling mendasar penelitian ini dengan tiga penelitian skripsi di ataas yaitu objek penelitiannya. Penelitian ini mengamati bentuk tuturan atau ucapan seorang atau individu, dalam hal ini calon presiden saat berpidato, beroratori maupun menjawab pertanyan. Gaya bahasa calon presiden pada acara debat calon presiden 2014 akan menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah gaya bahasa Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Pada acara debat tersebut mempunyai aturan tersendiri sehingga menjadikan gaya bahasa masing-masing calon presiden lebih seperti berpidato. Kedua calon presiden tersebut mempunyai gaya berbahasa sangat kontras. Dalam acara debat tersebut juga dihadiri orang-orang penting di negeri Indonesia ini, selain itu juga disiarkan secara langsung yang memungkinkan disaksikan oleh jutaan rakyat Indonesia sehingga membuat masing-masing calon presiden mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam berbahasa. Dari penjabaran latar belakang di atas maka penelitianinidiberi judul: Gaya Bahasa Calon Presiden pada Acara Debat Calon Presiden Pemilihan Umum 2014. Pada penelitian gaya bahasa mempunyai cakupan dan lingkup permasalahan yang sangat luas, maka perlu dilakukan pemfokusan masalah yangakan diteliti sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan. Selain itu juga karena keterbatasan kemampuan, tenaga dan waktu, maka peneliti membatasi
5 penelitian gaya bahasa calon presiden ini menggunakan gaya bahasa Keraf (2009:124-145). Gorys Keraf membedakan gaya bahasa menjadi dua yaitu dari segi bahasa dan non bahasa. Dari segi nonbahasa terdapat: (1) Berdasarkan pengarang, (2) berdasarkan masa, (3) berdasarkan medium, (4) berdasarkan subjek, (5) berdasarkan tempat, (6) berdasarkan hadirin, dan (7) berdasarkan tujuan, sedangkan dari segi bahasa terdapat: (1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) gaya bahasa berdasarkan nada, (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. 1.3 Fokus Masalah Berdasarkan cakupan masalah penelitian di atas, maka perlu dilakukan pemfokusan masalah pada penelitian ini. Adapun dalam penelitian ini akan difokuskan untuk membahas tentang gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Pada gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbagi menjadi dua unsur, yaitu pertama gaya bahasa retoris dan kedua gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris antara lain: aliterasi, asonasi, anastrof, apofasis atau preteresio, apostrof, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau epanortesis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron. Sedangkan gaya bahasa kiasan antara lain: persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel atau fabel, personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme,
6 sarkasme, satire, inuendo, antifrasis, dan pun atau paronomasia. Pada acara debat calon presiden masing-masing calon presiden mempunyai gaya bahasa sendiri dalam berpidato, hal ini erat kaitannya dengan gaya bahasa berdasrkan langsung tidaknya makna yang lazim disebut figure of speech yaitu cara bertutur seseorang. Gaya bahasa tersebut terbagi menjadi dua, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan cakupan dan fokus masalah di atas maka dapat ditarik rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimanakah jenis gaya bahasa retoris yang digunakan oleh Prabowo Subianto dan Joko Widodo pada acara Debat Calon Presiden dalam Pemilihan Umum 2014? 2) Bagaimanakah jenis gaya bahasa kiasan yang digunakan oleh Prabowo Subianto dan Joko Widodo pada acara Debat Calon Presiden dalam Pemilihan Umum 2014? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan gaya bahasa retoris yang digunakan Prabowo Subianto dan Joko Widodo pada acara Debat Calon Presiden Pemilihan Umum 2014.
7 2) Mendeskripsikan gaya bahasa kiasan yang digunakan oleh Prabowo Subianto dan Joko Widodo pada acara Debat Calon Presiden Pemilihan Umum 2014. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat secara teoritis maupun praktis. 1.6.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai bahan dasar penelitian untuk menambah wacana pengetahuan pengembangan upaya peningkatan mutu penelitian bahasa, terutama penelitian gaya bahasa dalam berpidato. Selain itu juga dapat dijadikan referensi atau salah satu bahan untuk pengembangan penggunaan bahasa kedepannya, terutama gaya bahasa dalam berpidato. 1.6.2 Manfaat Praktis Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat memberi masukan atau referensi untuk peneliti berikutnya dalam perkembangan ilmu linguistik. Disamping itu diharapkan dapat memberi pengetahuan dalam penggunaan gaya bahasa dan dapat mengaplikasikan pada saat mengajar maupun berpidato, sehingga dapat menggunakan bahasa yang lebih baik dan benar. 1.7 Penegasan Istilah Pada penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional yang digunakan. Definisi operasional pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.
8 a. Gaya bahasa : Merupakan hirarki kebahasaan yang mempersoalkan pemilihan kata, frase, dan klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Bahkan gaya bahasa mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan, tak terkecuali nada maupun intonasi. Keraf (2009:112). b. Gaya bahasa retoris: Gaya bahasa yang merupakan suatu penyimpangan dari suatu konstruksi biasa atau kalimat untuk mencapai efek tertentu. Keraf (2009:129). c. Gaya bahasa kiasan: gaya bahasa yang merupakan suatu penyimpangan yang lebih jauh terutama dalam bidang makna. Keraf (2009:129).