PEMELIHARAAN JALAN (1JP)

dokumen-dokumen yang mirip
JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement Condition Index

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan analisis data dijelaskan dalam bagan alir seperti Gambar 4.1. Start.

BAB II RETAK PADA PERKERASAN JALAN RAYA. umur rencana. Kerusakan pada perkerasan dapat dilihat dari kegagalan fungsional dan

STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA)

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung II - 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Metode Penelitian. Persiapan. Pengambilan Data

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung volume lalu lintas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB IV METODE PENELITIAN

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

BAB IV METODE PENELITIAN

Setelah Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.

Evaluasi Kualitas Proyek Jalan Lingkar Selatan Sukabumi Pada Titik Pelabuhan II Jalan Baros (Sta ) ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kondisi Eksisting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

melintang atau memanjang dan disebabkan oleh pergerakan plat beton dibawahnya) Kerusakan alur/bahu turun (lane / shoulder drop-off)...

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Teguh Yuono. Abstrak

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Teknik Sipil ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. volume maupun berat muatan yang membebani jalan. Oleh karena perubahan

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dijelaskan dalam bagan alir pada Gambar 4.1. Mulai. Studi Pustaka.

KATA PENGANTAR. Kami berharap dokumen ini dapat menjadi masukan dan dasar bagi pihak-pihak terkait. Terima kasih. Hormat Kami, Mirka Pataras, ST. MT.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI JENIS KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus Ruas Jalan Kedungmundu-Meteseh)

KUMPULAN SOAL SOAL UNTUK UJIAN KOMPETENSI

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : HIMANTORO MILUDA NIM. I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 78 / VI / 2005

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kondisi Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

Dalam usaha penanganan jaringan jalan diperlukan suatu sistem evaluasi yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lintas. Struktur perkerasan harus mampu mereduksi tegangan yang terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN BETON DITINJAU DARI JENIS KERUSAKANNYA IDENTIFICATION OF CONCRETE ROAD DAMAGE SEEN FROM THE DAMAGE TYPE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Transkripsi:

MATERI SUPLEMEN PENGETAHUAN PEMBEKALAN KEPROFESIAN PEMELIHARAAN JALAN (1JP) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI

O U T L I N E PENGERTIAN PERMASALAHAN TUJUAN KLASIFIKASI 2

P E N G E R T I A N Pekerjaan pemeliharaan konstruksi jalan merupakan pekerjaan yang penting untuk dilaksanakan karena konstruksi jalan merupakan investasi modal yang besar sehingga apabila pelaksanaaannya diabaikan akan membutuhkan biaya rekonstruksi yang sangat mahal untuk bisa mempertahankan performance standard (perbaikan ke standar kondisi yang layak) 3

T U J U A N M E M P E RTAHANK AN K O N D I SI J A L A N Mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi dalam melayani lalu lintas sehingga keselamatan lalu lintas terjamin dan pelayanan jalan meningkat. Artinya kecelakaan yang diakibatkan oleh konsidi jalan yang buruk dapat ditekan seminimal mungkin dan karena kondisi jalan yang baik para pengguna jalan akan menikmati kenyamanan selama perjalanannya. M E M P E R KECI L B I AYA O P E R ASI K E N D A R AAN Besarnya biaya operasi kendaraan tergantung pada jenis kendaraan, geometric dan kondisi jalan. Apabila jalan dalam kondisi baik maka Biaya Operasi Kendaraan (BOK) tidak meningkat, sedangkan yang sangat berkepentingan dengan BOK adalah para pengguna jalan. M E N G U R ANG I L A J U K E R U SAKAN Memperlambat atau mengurangi laju kerusakan (rate of deterioration) sehingga diharapkan dapat memperpanjang umur jalan. 4

K L A S I F I K A S I ( F R E K U E N S I ) Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara terus menerus sepanjang tahun. Misalnya, perbaikan kerusakan kecil, penambalan lubang, pemburasan, perbaikan kerusakan tepi perkerasan, perawatan trotoar. Kegiatan pemeliharaan yang diperlukan hanya pada interval beberapa tahun karena kondisi jalan sudah mulai menurun 1 2 Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance) Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance) Kegiatan ini diperlukan untuk hal-hal yang sifatnya mendadak /mendesak/ darurat, misalnya jalan putus akibat bencana alam. 3 Rehabilitasi/Penanganan Darurat (Urgent Maintenance) 5

K A T E G O R I K E R U S A K A N Kerusakan Struktural (Structural Failure) Kerusakan Struktural adalah kerusakan pada struktur jalan yang menyebabkan perkerasan tidak mampu lagi menahan beban yang bekerja diatasnya. Kerusakan Fungsional (Functional Failure) Kerusakan fungsional adalah kerusakan pada permukaan jalan yang menyebabkan terganggunya fungsi jalan dalam melayani lalu lintas pengguna jalan. 6

J E N I S K E R U S A K A N DEFORMASI Alur (Rutting) Keriting (Corrugation) Sungkur (Shoving) Amblas(Deppression) RETAK (CRACK) Retak Blok (Block Cracks) Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks) Retak Garis (Line Cracks) RUSAK PERMUKAAN (SURFACE DEFECT) Lubang (Potholes) Delaminasi (Delamination) Pengausan Batu Tambalan (Patching) 7

Retak Buaya Retak sarang laba-laba tanah dasar melunak akibat pengaruh air binder aspal yang sudah kehilangan daya lengket/pengaruh oksidasi/panas permukaan tinggi Kerusakan setempat dapat bersambung memanjang, air menerobos masuk, lubang terbuka, depresi setempat makin melebar, gangguan terhadap kelancaran lalu lintas Mei in tritani referrentur, ei partem Sedini mungkin di tambal dengan material yang rapat air, tahan beban, tidak menyusut Segera dievaluasi apakah perlu peningkatan/lapis ulang 8

Kegemukan Aspal (Bleeding Aspal terlihat berlebihan dan mengumpul disatu tempat setempat biasanya pada jejak ban, membuat permukaan menjadi lunak, mengkilat, sangat mungkin basah, kadang menempel di ban mobil menjadi luka terbuka Dapat berkembang menjadi jembul (bulging) yang mengganggu kecepatan kendaraan, menempel di ban mobil membuat rusak terbuka, permukaan licin dapat menyebabkan selip Permukaan jalan yang bleeding di panaskan dengan alat pemanas khusus ditabur material halus atau pasir atau dihanguskan sekalian kemudian di garuk dengan cold-mill. 9

Jembul (Bulging) Dan Menggeleser (Shoving) diakibatkan oleh pemakaian aspal dari jenis lunak/titik lembek rendah (PI negatip), panas permukaan tinggi, beban berat padat dan kecepatan rendah, sering terjadi di perempatan jalan dengan lampu lalulintas, menyebabkan beban statis saat kendaraan tertahan untuk berhenti Tidak nyaman dilalui, kecepatan terhambat, marka jalan tidak lurus tidak nyaman untuk dilihat. Daerah yang terpengaruh jembul dan shoving digaruk diganti dengan material hotmix yang lebih tahan terhadap panas dan beban lalulintas (dapat diatasi dengan memberi penulangan pada campuran aspal) atau jika perlu diganti dengan perkerasan kaku. 10

Ambles (Depression) Permukaan jalan melendut setempat, bisa dikuti dengan retak buaya atau tidak, bisa disebabkan oleh kelemahan daya dukung perkerasan atau infiltrasi air dilokasi itu yang menyebabkan melendut waktu dibebani Berbahaya untuk lalulintas cepat, kemudi tidak terkendali Berlanjut menjadi lubang akibat infiltrasi air Menjadi genangan air diwaktu hujan yang menyebabkan cipratan (splash) Bila ada retak harus digali dan ditambal Dapat langsung ditambal dengan materal tambal yang sesuai Bila meliputi daerah yang lebar perlu dievaluasi untuk dilakukan penggantian atau perkuatan 11

Retak Sambungan Retak yang terjadi disambungan, bisa melintang atau memanjang, biasanya diawali dari butiran batu yang terburai akibat gerakan disambungan, bisa juga akibat kurang padat waktu pelaksanaan membuat sambungan, kurang tack coat, bisa juga akibat refleksi retak dari bawah (pada kasus beton semen dilapis dengan beton aspal) Infilitrasi air semakin besar, kerusakan terbuka cepat terjadi. apabila air mencapai tanah dasar maka akan terjadi patahan dan kerusakan lebih luas Usahakan cara yang tepat untuk menghentikan gerakan sambungan misalnya antara lain dengan grouting atau penggunaan material joint yang kuat Mengingat ini mengakibatkan pekerjaan sulit dan mahal, diperingatkan pelaksanaan overlay agar lebih teliti melaksanakan pekerjaan sambungan 12

Tambalan (Patching) Tambalan akan menyebabkan ketidak rataaan setempat, menggangu gerakan lalulintas, kecendrungan bocor air dan tidak nyaman untuk dilihat Keretakan permukaan kurang baik (roughness), kecepatan kendaraan menurun Kecendrungan bocor air pada perkerasan semakin tinggi Pilih material tambal yang sesuai, non shrinkage, kepadatan mudah dicapai, waterproof, tidak rentan terhadap temperatur 13

Licin (Polishing Aggregate) Permukaan licin akibat batuan yang tergerus roda lalulintas menjadi licin. Membahayakan bagi lalulintas berkecepatan tinggi pada waktu hujan Perlu diberi lapis tipis non konstruksi diatasnya agar tahan gerusan (sma, opengraded mix) 14

Lepas Butir /Terburai (Raveling) Akibat berkurang atau hilangnya daya lengket binder aspal maka butir-butir batuan terlepas, permukaan jalan kasar, berlubang dan bocor air Terburai semakin luas Infiltrasi air semakin keras Bila tidak diikuti depresi bisa langsung di ditutup dengan lapis ulang yang kaya aspal Bila ada depresi maka perlu evaluasi untuk peningkatan kekuatan perkerasan 15

Alur (Rutting) Permukaan jalan yang terdesak akibat beban Berbahaya untuk kendaraan yang melaju cepat, kemudi tidak dapat dikontrol Musim hujan air menggenang dialur dapat meresap masuk ke subgrade Segera dilapis ulang dengan adonan hotmix yang tahan deformasi alur (PI positip, titik lembek diatas temperatur permukaan, gradasi superpave) 16

Blow up (Buckling) Pergerakan pelat beton keatas/kebawah pada seluruh lebarnya karena hilangnya dukungan tanah dasar atau kurangnya ruang cadangan untuk muai susut pada sambungan antar pelat beton semen Berbahaya bagi lalu lintas Air semakin menjalar kemana mana Seluruh pelat diganti Tanah dasar diganti dan di tambah material untuk mengembalikan kekuatan semula 17

Retak Sudut (Corner Crack) Bagian sudut dari pelat beton yang paling lemah adalah sudut dan tepi pelat, retak ini akan menyebar ke arah lebih parah. Air masuk pumping, retak menyebar, permukaan tidak layak untuk kecepatan tinggi Kalau masih sedikit dapat diisi dengan sealant atau material joint, kalau terlalu besar dibongkar dan diganti dengan yang baru 18

Patahan (Faulting) Pelat beton tidak sama fungsi dengan kedudukan pelat beton sebelahnya biasanya terjadi pada sambungan tanpa dowel. Biasanya pelat berikutnya lebih tinggi dari pelat depannya Ketidak rataan yang mengganggu kelancaran lalulintas Bila beda tinggi lebih dari 4 mm perlu digerus dengan grinda, agar tidak terasa menghentak kalau dilewati 19

Kerusakan Bahu Jalan Erosi, ambles atau ditumbuhi rumput, atau permukaan lebih tinggi dari permukaan perkerasan. Penyebabnya sistem drainase yang tidak baik sehingga menghambat aliran air dari perkerasan ke saluran tepi. Air yang menggenang dapat menerobos ke pondasi jalan dan merusak perkerasan memperbaiki kemiringan bahu dengan penimbunan atau penggalian serta pemadatan kembali. 20

Saluran Samping terjadinya penyempitan atau perluasan penampang saluran. dapat menimbulkan longsor, baik pada dinding dalam (kearah bahu) maupun pada dinding luar saluran pengendapan dibagian lain saluran sehingga aliran air menjadi tidak lancar memperbaiki kemiringan bahu dengan penimbunan atau penggalian serta pemadatan kembali. 21

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI T E R I M A K A S I H JL. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jumat, Pd. Pinang, Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12310 balaiptk@gmail.com sibimakonstruksi@gmail.com