Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: ), Juni 2018

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

LUMUT KERAK SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

Identifikasi Jenis-Jenis Lichenes Sebagai Indikator Pencemaran Udara Asap Kendaraan Bermotor Di Hutan Lindung Aek Nauli-Parapat Kab.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

Pencemaran Lingkungan

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

KEANEKARAGAMAN LUMUT KERAK SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KAWASAN INDUSTRI CITEUREUP DAN HUTAN PENELITIAN DRAMAGA NUSAIBAH SOFYAN

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasian fasilitas transportasi yang ada (Wahyuni.R, 2008 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Karakteristik Stasiun Pengamatan. Stasiun I terletak pada area dengan kepadatan lalulintas yang tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

KELIMPAHAN LUMUT KERAK (LICHENS) SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KAWASAN PERKOTAAN KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii. ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...viii. DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

Transkripsi:

ANALISIS POPULASI LIKEN MAKRO EPIFITIK SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KAWASAN TERMINAL PINANG BARIS KOTA MEDAN Ashar Hasairin 1), Rosliana Siregar 2) 1) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan 2) FKIP Universitas Islam Sumatera Utara, Medan E-mail: nst.ashar@yahoo.com (correspondence author) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi liken, hubungan konsentrasi Pb dan Cr pada talus liken di tegakan pohon mahoni dengan kepadatan lalu lintas di Kawasan Terminal Pinang Baris Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survey eksploratif. Penelitian ini telah mengabil 3 titik lokasi penelitian yaitu 1). Jl. TB Simatupang, 2). Jl. Pinang Baris dan 3). Jl.Swadaya. Desain penelitian ini menggunakan korelasi pearson product moment. Parameter yang diamati adalah jumlah kadar Pb dan Cr serta jumlah kepadatan lalu lintas. Hasil penelitian diperoleh jenis liken yang memiliki kadar timbal (Pb) dan Krom (Cr) paling tinggi adalah jenis liken dengan jumlah kendaran yang tinggi juga. Terdapat hubungan tidak signifikan antara kandungan Pb pada talus liken dengan kepadatan lalu lintas dengan nilai r =0,11.Korelasi sangat rendah, berkorelasi positif tidak signifikan. Dengan perhitungan menggunakan analisis Pearson Product Momment diperoleh t hitung (0,28) dari t tabel (1,895),adanya hubungan Pb pada talus liken dengan kepadatan lalu lintas. Sedangkan Korelasi Cr pada masing-masing talus liken dengan kepadatan lalu lintas yang diperoleh sebesar 0,08 positif signifikan. Dengan perhitungan menggunakan analisis Pearson Product Momment diperoleh t hitung (2,6) dari t tabel (1,895) maka dapat dikatakan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepadatan lalu lintas terhadap kandungan setiap spesies pada talus liken. Kata kunci: populasi, lichenes, bioindikator, terminal PENDAHULUAN Pencemaran udara terjadi di terminal disebabkan bahan bakar bensin yang berasal dari berbagai jenis kendaraan bermotor. Berbagai gas yang di keluarkan oleh knalpot kendaraan bermotor antara lain: gas CO 2, NO 2, dan NO yang dikenal dengan NOx, SO 2, Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi sehingga selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan selama diperjalanan mengeluarkan hasil pembakarannya. Oleh karena itu kendaraan bermotor disebut sebagai sumber yang bergerak dari bahan pencemar (Rukaesih, 2004). Asap kendaraan bermotor bisa mengeluarkan partikel Pb yang kemudian bisa mencemari udara. Emisi Pb dari pembakaran mesin menyebabkan jumlah Pb udara dari asap buangan kendaraan meningkat sesuai meningkatnya jumlah kendaraan. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kontaminasi Pb dalam lingkungan adalah pemakaian mesin bertimbal yang masih tinggi di Indonesia (Widowati, 2008). Percepatan pertumbeuhan sektor transportasi, kepadatan arus lalu lintas serta tingginya volume kendaraan bisa menyebabkan tingginya tingkat polusi udara. Kota Medan merupakan Provinsi No.3 terpadat lalu lintas di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Jumlah bus dan mobil pengangkutan umum angkot yang keluar masuk setiap hari ke Terminal Pinang Baris, Kota Medan sebanyak 3540 unit (Maria, 2013). Dampak negatif kemacetan lalu lintas bisa menyebabkan tingginya tingkat polusi udara di lingkungan kota. Hasil emisi gas pembuangan kendaraan bermotor akan meningkatkan kadar Pb di udara (Widowati, 2008) Krom atau Cr merupakan jenis logam yang sering digunakan sebagai pelapis knalpot kendaraan bermotor. Cr dapat ikut terlepas ke atmosfer bersamaan dengan emisi kendaraan bermotor khususnya yang berbahan bakar solar. Cr adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan penyakit lainnya jika terserap oleh manusia (Panjaitan, dkk., 2005). Liken salah satu organisme yang digunakan sebagai bioindikator pencemaran 156

udara. Liken sangat sensitif terhadap pencemaran udara. Liken dapat menyerap gas dan partikel polutan secara langsung melalui permukaan talusnya. Penggunaan Liken sebagai bioindikator dinilai lebih efisien dibandingkan menggunakan alat atau mesin indikator ambient dalam pengoperasiannya memerlukan biaya besar dan penanganan khusus. Berdasarkan uraian ini perlu dilakukan penelitian tentang liken yang terdapat pada Tegakan Pohon Mahoni dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas udara di Kawasan Pinang Baris, Kota Medan. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kawasan Terminal Terpadu Pinang Baris (TTPB) Medan. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan kondisi udara yang berbeda. Metode yang digunakan deskriptif dengan cara survei eksploratif dan inventarisasi terhadap jenis liken pohon mahoni. Jumlah tegakan pohon mahoni sebanyak 10 pohon. Teknik pengambilan sampel dengan metode transek vertikal ke atas setinggi 1 m. Pertama dibuat 50 cm sebagai plot 1, dan 50 cm kedua sebagai plot 2. Jumlah plot pohon tegakan mahoni pada kedua lokasi sebanyak 10 x 2 x 2 = 40 plot. Setiap jenis liken dikoleksi untuk keperluan identifikasi dan dokumentasi. Identifikasi liken menggunakan rujukan dari Key to the lichens genera of Bogor, Cibodas and Singapore (Sipman, 2003) dan Grasses, Ferns, Mosses & Lichens (Phillips, 1990), laporan-laporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan liken. Parameter yang diamati tipe morfologi talus secara makroskopis, mikroskopis dan karakteristik habitat. Mengukur kondisi fisik-kimia lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan kecepatan angin). Selanjutnya menghitung jumlah talus, persentase kehadiran, indeks keanekaragaman menggunakan rumus dari Shannon Wienner (Juwana, 2001). Pola distribusi setiap jenis Liken menggunakan rumus rasio varians dengan nilai tengah (Odum, 1993; Hasairin, 2014). HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi penelitian Terminal Terpadu Pinang Baris atau sering disingkat sebagai TTPB adalah salah satu dari 2 terminal terpadu perhubungan darat di Kota Medan. Terminal ini khusus menampung bus-bus antar provinsi dan dalam provinsi yang masuk ke Kota Medan dari sebelah barat dalam hal ini terutama bus-bus dari Nanggroe Aceh Darussalam. Terminal ini terletak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Terminal Terpadu Pinang Baris memiliki luas lahan ±4 ha (40.000 m 2 ) dengan jumlah bus dan mobil pengangkutan umum angkot yang keluar/masuk setiap hari yaitu 3540 unit. Jenis-Jenis Liken pada Tegakan Pohon Mahoni Hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Pinang Baris Medan ditemukan 5 jenis liken dari 4 famili pada tegakan pohon mahoni dan meliputi empat famili. Tipe talus yang ditemukan yaitu tipe foliose (struktur talus menyerupai daun, banyak dijumpai berwarna hijau hingga keabuabuan) sebanyak 3 jenis dan crustose (struktur talus seperti lapisan kerak yang melekat erat pada substrat dengan warna talus bervariasi sebanyak 2 jenis) (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Jenis Liken yang Ditemukan di Seluruh Lokasi Pengamatan No Spesies Famili Tipe Lokasi Talus I II III 1 Ochrolechia tartarea Ochrolechiaceae Crustose 5 8 7 2 Buellia canescens Physciaceae Foliose 8 10 13 3 Parmelia saxatilis Parmeliaceae Foliose 9 15 10 4 Parmelia sp Parmeliaceae Foliose - - 8 5 Graphis scripta Graphidaceae Crustose - 12 6 Total koloni 22 45 44 Rata-rata 4,4 9 8,8 Persentasi Kehadiran (%) 19,81 40,54 39,63 Keterangan: Lokasi I; Jl.TB.Simatupang; Lokasi II; Jl.Pinang Baris; Lokasi III; Jl. Swadaya 157

Berdasarkan Tabel 1 jenis Ochrolechia tartarea, Buellia canescens, dan Parmelia saxatilis ditemukan di tiga lokasi pengamatan. Jenis-jenis liken ini tergolong ke dalam tipe kosmopolit dan toleran karena dapat ditemukan diseluruh lokasi pengamatan. Sedangkan Parmelia sp belum teridentifikasi. Graphis scripta jumlahnya terbatas dibandingkan Parmelia saxatilis karena ditinjau dari tipe kosmopolitnya. Proporsi keanekaragaman liken berbeda disetiap lokasi penelitian disebabkan daerah tercemar dengan kepadatan kendaraan bermotor. Tipe talus yang paling banyak ditemukan yaitu crustose. Pratiwi (2006) menemukan liken tipe crustose lebih banyak ditemukan daripada tipe talus foliose. Liken crustose dinilai lebih toleran terhadap pencemaran udara karena memiliki struktur talus yang relatif lebih toleran terhadap pencemaran udara karena memiliki struktur talus yang lebih relatif lebih sederhana dibandingkan tipe talus liken lainnya. Panjaitan (2012) mengatakan tingkat kepadatan lalu lintas berpengaruh terhadap keanekaragaman liken yang ditemui pada pohon peneduh jalan. Semakin rendah tingkat kepadatan lalu lintas maka akan semakin tinggi keanekaragaman jenis liken yang ditemukan di suatu lokasi, begitu juga sebaliknya. Jumlah dan jenis liken sangat bervariasi, tiap jenis liken yang ditemukan memiliki karakteristik yang begitu beragam antara satu spesies dengan spesies lainnya. Hal ini dapat diperhatikan mulai dari tipe talus, bentuk, warna, permukaan, dan ciri lainnya. Kadar Pb (Timbal) dan Cr (Krom) pada Talus Liken Hasil analisa diperoleh kadar Pb (Timbal) dan Cr (Krom) pada talus liken bervariasi (Tabel 2). Tabel 2. Kadar Pb (Timbal) dan Cr (Krom) Pada Talus Liken Berat Awal Kadar Pb No Jenis liken /Lokasi (gr) (µg/ml) Lokasi I Kadar Cr (µg/ml) 1. Ochrolechia tartarea 1,02 36,27 34,31 2. Parmelia saxatilis 1,03 45,63 31,74 3. Buellia canescens 1,02 35,29 25,29 Lokasi II 1. Ochrolechia tartarea 1,02 37,25 26,96 2. Buellia canescens 1,03 33,98 34,31 3 Parmelia saxatilis 1,03 44,66 31,45 Lokasi III 1. Ochrolechia tartarea 1,03 35,92 26,50 2. Parmelia saxatilis 1,04 43,26 30,96 3. Buellia canescens 1,01 21,78 25,14 Keterangan: Lokasi I. Jl.TB Simatupang; Lokasi II. Jl.Pinang Baris; Lokasi III. Jl. Swadaya Pada Tabel 2 kadar Pb dan Cr setiap jenis liken berbeda-beda di setiap lokasi pengamatan. Parmelia saxatilis adalah jenis liken tipe foliose yang memiliki kadar Pb (45,63 µg/ml) dan Cr (31,74 µg/ml) yang paling tinggi dibandingkan jenis liken lainnya. Tingkat Kepadatan Lalu Lintas di Tiga Lokasi Pengamatan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Pinang Baris Medan terhadap 3 titik pengamatan yaitu Jl. TB Simatupang, Jl. Pinang Baris dan Jl. Swadaya diperoleh data rata-rata jumlah lalu lintas yang di hitung berdasarkan jumlah kepadatan lalu lintas kendaraan yang melintasi 3 titik pengamatan (Tabel 3). 158

Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan lalu lintas ketiga lokasi pengamatan memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang berbeda-beda. Lokasi 3 (Jalan Swadaya) termasuk kedalam lokasi kepadatan lalu lintas rendah dengan rata-rata 5371 kendaraan/hari kerja. Lokasi II dengan kepadatan lalu lintas sedang jumlah kendaraan sebanyak 14139 kendaraan/hari kerja. Kepadatan lalu lintas tertinggi (Jl.TB Simatupang) sebanyak 1517 kendaraan /hari kerja. Jenis kenderaan terlihat pada Gambar 1. Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemar udara yang paling dominan. Pada Gambar 4 bahwa jenis kenderaan sepeda motor merupakan jenis terbanyak digunakan masyarakat. Kemacetan di setiap ruas jalan akan memperparah tingkat polusi udara di daerah perkotaan. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Kepadatan Lalu Lintas Pada Tiga Jalan di Kota Medan No Titik Pengambilan Sampel Kepadatan Lalu lintas (Kendaraan/ Hari) Senin Rabu Jumat Rata-rata/ Hari 1 Lokasi I 15569 13880 16082 15177 2 Lokasi II 4322 4282 5692 14139 3 Lokasi III 5352 5128 5634 5371 Keterangan: Lokasi I. Jl.TB Simatupang; Lokasi II. Jl.Pinang Baris; Lokasi III. Jl. Swadaya Korelasi Kepadatan Lalu Lintas dengan Kandungan Pb dan Cr Liken Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment. Hasil perhitungan korelasi Tingkat Kepadatan Lalu Lintas dengan Kandungan Pb dan Cr pada talus liken tidak sama (Tabel 4). Hubungan kepadatan lalu lintas dengan Pb dan Cr berdasarkan Tabel 4 yaitu semakin rendah kandungan Pb dan Cr maka semakin rendah juga jumlah kendaraan yang lewat. Korelasi rendah terjadi karena jumlah kepadatan lalu lintas rendah. Korelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan lalu lintas, maka akan semakin tinggi nilai konsentrasi Pb dan Cr pada setiap talus liken. Berdasarkan perhitungan statistik dengan Pearson Product Moment, korelasi dengan Pb didapat harga r = 0,11 artinya korelasi ini sangat rendah. positif tidak signifikan antara kepadatan lalu lintas terhadap kandungan setiap spesies pada talus liken. Sedangkan korelasi dengan Cr didapat harga r =0,08 artinya korelasi ini sangat rendah. Nilai t hitung (2,6) t tabel (1,895), maka dapat dikatakan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepadatan lalu lintas terhadap kandungan setiap spesies pada talus liken. Perhitungan korelasi berbeda-beda dari setiap spesies, ada yang berkorelasi tinggi dan ada yang berkorelasi sangat tinggi. Kenaikan tingkat kepadatan lalu lintas tidak diiringi dengan peningkatan akumulasi Pb pada talus liken. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kondisi jalan. Kondisi badan jalan yang sempit di lokasi ini menyebabkan tingginya kecepatan angin dan perubahan pola persebaran Pb. Nilai t hitung (0,28) t tabel (1,895) dapat dikatakan terdapat hubungan yang 159

Gambar 4. Kepadatan Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Kendaraan Menurut Rachmawati (2005), konsentasi partikel Pb akan berkurang jika kecepatan angin tinggi sehingga akan menyebarkan partikel-partikel Pb ke wilayah yang lebih luas. Akhadi (2014) menjelaskan ada dua sumber utama yang berperan sebagai pencemar udara di daerah perkotaan, yaitu sumber bergerak dalam bentuk kendaraan bermotor dan sumber tak bergerak dalam bentuk industri dan domestik. Namun untuk kota-kota besar yang lalu lintasnya sangat padat, kendaraan bermotor merupakan sumber pencemar udara yang paling dominan. Kemacetan di setiap ruas jalan akan memperparah tingkat polusi udara di daerah perkotaan. Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui kualitas lingkungan yang dapat dipengaruhi oleh gas buang tiap jenis kendaraan. Tabel 4. Analisis Korelasi Tingkat Kepadatan Lalu Lintas dengan Kandungan Pb dan Cr pada talus liken Nilai Korelasi Tingkat Hubungan No. Aspek (r) Keterangan 1 Kepadatan Lalu Lintas dengan Pb 2 Kepadatan Lalu Lintas dengan Cr 0,11 Berkorelasi sangat rendah 0,08 Berkorelasi sangat rendah Tidak Signifikan Signifikan KESIMPULAN Penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa (1) Ditemukan 5 jenis liken dari 4 famili dan 2 tipe talus yaitu foliose dan crustose pada tegakan pohon mahoni di Kawasan Pinang Baris Medan. Jenis Ochrolechia tartarea, Buellia canescens, dan Parmelia saxatilis tergolong tipe kosmopolit dan toleran karena dapat ditemukan diseluruh lokasi pengamatan, (2) Korelasi Pb pada masing-masing talus liken dengan kepadatan lalu lintas yang diperoleh sebesar 0,12 positif signifikan. Korelasi yang paling tinggi yaitu pada spesies Parmelia saxatilis dan paling rendah adalah Ochrolechia tartarea, dan (3) Korelasi Cr pada masing-masing talus liken dengan kepadatan lalu lintas yang diperoleh sebesar 0,08 positif signifikan. Korelasi yang paling tinggi juga terdapat pada spesies Parmelia saxatilis dan paling rendah adalah Ochrolechia tartarea. 160

DAFTAR PUSTAKA Akhadi, M. (2014). Isu Lingkungan Hidup, Mewaspadai Dampak Kemajuan Teknologi dan Polusi Lingkungan Global yang Mengancam Kehidupan Yogyakarta: Graha Ilmu. Maria, F. (2013). Analisis Sanitasi Lingkungan Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 (Skripsi). Ilmu Kesehatan Masyarakat, USU, Medan. Odum, E.P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press. Panjaitan, D.M., Fitmawati, & Atria, M. (2012). Keanekaragaman Liken Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Riau: FMIPA Universitas Riau. Pratiwi, M.E. (2006). Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara (Skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Rachmawati, D.S. (2005). Peranan Hutan Kota Dalam Menjerap dan Menyerap Timbal (Pb) di Udara Ambien (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi Bogor). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rukaesih, A. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Widowati, W. (2008) Efek Toksik Logam. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. 161