2 Tahun Pelaksanaan Lisensi FLEGT, Kredibilitas dan Akuntabilitas Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Harus Ditingkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MARI DUKUNG! I M P L E M E N T A S I P E N U H. oleh Agus Justianto

BAB I PENDAHULUAN. Buku laporan State of the World's Forests yang diterbitkan oleh Food and

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : P.14/VI-BPPHH/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P.95/Menhut-II/2014 TENTANG

Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN J A K A R T A

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN Nomor 78/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK KEHUTANAN

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

KONSEP. Revisi Permenhut Nomor P.43/Menhut-II/2014 jo. PermenLHK Nomor P.95/Menhut-II/2014

2 Mengingat : kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. ba

KONSULTANSI SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KONSULTANSI SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

DRAF REVISI. 21. ISO/IEC 17000:2004 Conformity assessment vocabulary and general prinsiples

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI NOMOR : P.14/PHPL/SET/4/2016 TENTANG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN


Mengekspor dalam Lasekap Hukum yang Bergeser LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS. Kota, Negara Tanggal, 2013

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : TENTANG TATA CARA PERMOHONAN DAN PENERBITAN REKOMENDASI IMPOR PRODUK KEHUTANAN

Mencegah Kerugian Negara Di Sektor Kehutanan: Sebuah Kajian Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penatausahaan Kayu

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

Butir Penting Penyempurnaan Peraturan Standar dan Pedoman Pelaksanaan SVLK

Catatan Pengarahan FLEGT

Pemeriksaan uji tuntas Penggunaan Kerangka Kerja Legalitas Kayu (bagi importir)

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan

Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016

Perihal: Pengembangan Sistem Data Base dan Informasi MFP3 Referensi:

Kota, Negara Tanggal, 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA ETPIK NON-PRODUSEN

SOSIALISASI PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 97/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK KEHUTANAN

KERANGKA PROGRAM. Lokasi : Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Ciamis. Periode Waktu :

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Buku laporan State of the World's Forests yang diterbitkan oleh Food

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usa

Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

Laporan Tahunan. Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia Uni Eropa

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI

Mei 2015 Desember Penerapan Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT Indonesia-Uni Eropa

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan telah mencapai 2 juta ha per tahun pada tahun 1996 (FWI & GWF,

kepentingan pemantauan.

Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT antara Indonesia dan Uni Eropa

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TANDA DAFTAR INDUSTRI (TDI)

TANGGAPAN DAN KLARIFIKASI TERHADAP LAPORAN JPIK DAN EIA

dari Indonesia demi Indonesia

Media Briefing. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Mengingkari Undangundang Kehutanan dan Keterbukaan Informasi Publik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

PENGUMUMAN PERUBAHAN SERTIFIKAT LEGALITAS KAYU (S-LK) DI CV SAUDARA BANGUN SEJAHTERA, KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

Penjelasan Singkat FLEGT

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

RAPAT ANGGOTA APKI. Jakarta, 12 Januari Direktur Eksekutif Liana Bratasida

Nomor : P.38/Menhut-II/2009, Nomor : P.68/Menhut-II/2011, Nomor : P.45/Menhut-II/2012, dan Nomor : P.42/Menhut-II/2013

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Legalitas Kayu/Startegy Timber Legality and Assurance System

Newsletter. Jaringan Pemantau Independen Kehutanan. Pemberlakuan Lisensi FLEGT harus Menjadi Tonggak Keberlanjutan Perbaikan Tata Kelola Hutan...

BAB I PENDAHULUAN. memilikinya,melainkan juga penting bagi masyarakat dunia.

KEMENTERIAN - KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

Keterbukan Infomasi Pintu Perbaikan Tata Kelola Hutan

PEDOMAN PEMANTAUAN INDEPENDEN DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

Beberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati:

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

Identitas LV-LK : Identitas Auditee :

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIK DRAFT PERUBAHAN PERDIRJEN BUK NO. P.8/VI-BPPHH/2012 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PHPL DAN VLK

RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGUMUMAN PERUBAHAN SERTIFIKAT LEGALITAS KAYU (S-LK) DI PERUM PERHUTANI INDUSTRI KAYU WILAYAH I KBM IK CEPU, KABUPATEN BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR

LVLK PT MUTUAGUNG LESTARI DIAGRAM ALIR PENERBITAN DOKUMEN V-LEGAL

PT MUTUAGUNG LESTARI RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI/TDI

P03 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Sertifikasi Legalitas Kayu Secara Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan

PT MUTUAGUNG LESTARI RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

dari satu atau beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

SURAT KEPUTUSAN. Nomor : 027/EQC-KEP.Cert/Rev/XII/2013. Tentang

Powered by TCPDF (

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

Tanya-Jawab Kesepakatan Kemitraan Sukarela Indonesia-UE

CATATANKEBIJAKAN. Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan. No. 02, Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti.

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA TPT. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian

Powered by TCPDF (

Transkripsi:

1 Kertas Posisi Kertas Posisi 2 Tahun Pelaksanaan Lisensi FLEGT, Kredibilitas dan Akuntabilitas Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Harus Ditingkatkan Jaringan Pemantau Independen Kehutanan Independent Forest Monitoring Fund Kaoem Telapak ICEL Auriga Forest Watch Indonesia Papua Forest Watch Kaharingan Institute Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Adat Yayasan Leuser Lestari PADI Indonesia JAPESDA Walhi Sulbar Walhi Lampung Jurnal Celebes KOMNAS Desa AHI PPLH Mangkubumi EVERGREEN GRID PBHI LEI Yayasan Pusaka LSPP

1 Kertas Posisi 2 Tahun Pelaksanaan Lisensi FLEGT, Kredibilitas dan Akuntabilitas Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Harus Ditingkatkan Penerapan SVLK menghasilkan kemajuan yang signifikan ketika lisensi FLEGT (Forest Law Enforcement, Governance and Trade) diterapkan pada produk-produk kayu dari Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa sejak dua tahun yang lalu. Keputusan pemberlakuan Lisensi FLEGT tersebut disepakati bersama pada forum Joint Implementation Committee (JIC) Perjanjian Kerjasama Sukarela (VPA) antara Indonesia dan Uni Eropa di bidang FLEGT yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 15 Agustus 2016. Hal ini merupakan wujud nyata pengakuan dan dukungan Uni Eropa secara berkelanjutan untuk pembenahan tata kelola kehutanan, serta merupakan prestasi bagi Indonesia sebagai negara pertama di dunia yang mendapatkan Lisensi FLEGT. Pelaksanaan lisensi FLEGT mendongkrak nilai ekspor produk kayu Indonesia di pasar Uni Eropa. Berdasarkan Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, nilai ekspor produk kayu ke Uni Eropa pada periode Januari hingga 15 November 2017 meningkat, hampir mencapai angka US$1 miliar dibanding dengan nilai ekspor pada periode tahun sebelumnya yang hanya US$852 juta. Dan setelah dua tahun pemberlakuan Lisensi FLEGT, pada 15 November 2018, nilai ekspor dengan tujuan yang sama telah mencatatkan lebih dari US$1.006 miliar dengan lebih dari 35 ribu dokumen Lisensi FLEGT yang diterbitkan. 1 Komitmen seluruh pihak baik Indonesia maupun Uni Eropa dalam meningkatkan nilai perdagangan kayu legal serta mengatasi peredaran kayu ilegal patut diapresiasi. Peningkatan nilai ekspor merupakan wujud dari penerimaan pasar terhadap produk bersertifikat legal. Meskipun demikian, peningkatan nilai perdagangan tersebut tidak lantas menjadi akhir dari upaya-upaya perbaikan SVLK. Penguatan kredibilitas dan akuntabilitas sistem itu sendiri harus selalu dilakukan. Hal ini tentu saja dapat diukur dengan jelas melalui peningkatan pengawasan dan penegakan hukum yang optimal, peningkatan partisipasi publik melalui keberlanjutan pemantauan yang intensif, serta selaras dengan perkembangan produk hukum dan aturan lainnya yang berkaitan dengan tindak kriminal perusakan hutan, korupsi, konflik sosial, konflik tata batas, kebakaran, pelanggaran perizinan dan masalah maladministrasi lainnya. 1 http://silk.dephut.go.id/index.php

Kertas Posisi 2 Berdasarkan hasil pemantauan independen pada pemegang izin yang memiliki Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK) menemukan sebagian besar konsesi memiliki masalah ketidakjelasan dalam tata batas, termasuk ketidakjelasan mekanisme pembuatan batas/rekonstruksi batas kawasan secara partisipatif dan penyelesaian konflik batas kawasan. Persoalan tersebut mengakibatkan konflik dan permasalahan sosial di tingkat masyarakat lokal/adat. Dengan demikian perlu penguatan pada standar penilaian agar menempatkan aspek konflik dan proses perolehan izin dijadikan sebagai indikator utama kelulusan penilaian. Pemantau Independen juga masih menemukan pemegang izin yang sertifikatnya dibekukan atau dicabut dan kayu yang tidak bersertifikat SVLK masih dapat masuk ke dalam Sistem Informasi Penata Usahaan Hasil Hutan (SIPUHH) atau sistem ketelusuran bahan baku. Hal ini memungkinkan terjadinya pencampuran bahan baku yang berasal dari sumber yang asal-usulnya tidak jelas. Selain itu data dan informasi tentang penata usahaan kayu termasuk peredarannya yang terdapat di dalam SIPUHH belum bisa diakses secara detil oleh Pemantau Independen dan publik secara luas. 2 Masalah krusial lain yang menjadi perhatian serius Pemantau Independen adalah tentang penerapan Deklarasi Kesesuaian Pemasok (DKP) yang awalnya untuk memberikan kemudahan jaminan legalitas kayu hasil budidaya dari hutan hak yang dikelola masyarakat, baik kayu bulat maupun yang telah diolah oleh industri. Namun dalam pelaksanaannya, pengawasan terhadap penerbitan dan penggunaan DKP masih sangat minim. Tidak ada informasi yang memadai terkait hasil inspeksi acak dan inspeksi khusus pengawasan DKP yang seharusnya dilakukan pemerintah. Selain itu pengawasan terhadap Tempat Penampungan Terdaftar Kayu Bulat (TPT-KB) dan Tempat Penampungan Terdaftar Kayu Olahan (TPT-KO) harus diperkuat, karena tempat penampungan kayu ini terindikasi disalahgunakan untuk pencucian kayu yang berasal dari sumber yang legalitasnya dipertanyakan. Pemerintah sebagai pengampu sistem memiliki peran krusial dalam menjaga dan memastikan integritas sistem. Pengawasan secara reguler dan penegakan hukum menjadi tugas vital yang harus berjalan efektif. Pemerintah perlu mengintegrasikan 2 SVLK: Proses Menuju Tata Kelola Bertanggung Gugat

3 Kertas Posisi setiap sistem yang dimiliki oleh setiap unit kerja agar dapat saling mendukung untuk kepentingan pengawasan dan penegakan hukum yang cepat dan tepat waktu. Selain itu, Pemerintah juga perlu meningkatkan standar penilaian secara kontinu dengan mereview kembali indikator yang berdampak langsung bagi keberlanjutan lingkungan dan melakukan upaya pencegahan dan resolusi konflik yang memicu terjadinya pelanggaran HAM bagi masyarakat lokal dan masyarakat adat. Disamping itu, Uni Eropa sebagai negara penerima juga harus melakukan pengawasan yang sama dalam memastikan perdagangan produk kayu legal. Transparansi perdagangan produk kayu antara Indonesia dan Uni Eropa, penguatan penerapan EUTR (European Union Timber Regulation) di seluruh negara anggota Uni Eropa, khususnya terkait dengan standarisasi kapasitas Competent Autority (CA) dalam menangani kasus tertentu, serta melakukan pencegahan terjadinya pencucian kayu bila terjadi upaya manipulasi dalam implementasi Lisensi FLEGT, maupun pencucian kayu lewat negara ketiga tertentu sebelum berujung masuk ke konsumen di pasar Uni Eropa. Berdasarkan situasi tersebut, kelompok masyarakat sipil Indonesia merekomendasikan kepada Pemerintah Indonesia, Uni Eropa, Lembaga Sertifikasi dan pelaku usaha di sektor kehutanan dan perdagangannya untuk: 1. Meningkatkan transparansi a. Ditetapkannya PermenLHK No.18 Tahun 2018 tentang pelayanan informasi publik merupakan capaian yang baik dan konkrit dalam mendukung implementasi transparansi dalam pelaksanaan SVLK sebagaimana diatur dalam Annex 9 VPA, dengan demikian Pemerintah harus memastikan pelaksanaan pelayanan informasi tersebut dengan proses yang cepat, tepat dan efektif. Data dan informasi peredaran kayu yang terdapat di dalam sistem informasi online, terutama Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SIPUHH) harus bisa diakses oleh Pemantau Independen; b. Keterbukaan informasi juga harus diimplementasikan oleh kementerian atau lembaga lain, di luar KLHK, yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan dalam hal ini Bea Cukai dan Pemerintah Daerah; c. Pemerintah dan lembaga sertifikasi harus meningkatkan transparansi dalam proses pelaksanaan SVLK, termasuk penanganan laporan ketidaksesuaian dan penindakannya agar dapat diakses publik, serta diketahui perkembangan penanganannya. 2. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum a. Pemerintah harus melakukan penegakan hukum dengan menyertakan sanksi yang tegas dan berefek jera agar pelanggaran yang sama dapat dicegah dan tidak terulang. Sanksi pencabutan sertifikat harus ditindaklanjuti dengan pecabutan izin operasi, hal ini dimaksudkan agar tidak adanya peredaran kayu yang dihasilkan oleh pemilik izin yang bermasalah secara hukum; b. Berbagai kementerian dan lembaga-

Kertas Posisi 4 pelaksanaan penggunaan DKP bagi IKM dan hutan rakyat, serta izin TPT-KB dan TPT-KO; b. Pemerintah harus mengkaji dan memperbaiki kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan pembenahan tata kelola, sehingga persoalan terkait dengan konflik, kebakaran hutan dan gambut, serta korupsi perizinan dapat segera diselesaikan. lembaga pemerintah termasuk pemerintah daerah harus bersinergi dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum, baik dalam penerbitan peraturan perundangundangan dan pelaksanaannya. Penggunaan pendekatan multi-door dalam penanganan temuan-temuan pelanggaran terutama pada tindak pidana di bidang kehutanan harus didorong. c. Pemerintah harus menindaklanjuti pemegang izin yang tidak memenuhi kewajiban untuk melaksanakan penilikan, termasuk pemegang izin yang sudah dicabut sertifikatnya; d. Pemerintah bersama lembaga sertifikasi harus melakukan recheck rantai pasok pemegang izin untuk memastikan tidak adanya peredaran kayu dari sumber yang tidak bersertifikat, serta peningkatan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan kayu CITES; 4. Peningkatan dan penguataan SVLK sebagi sebuah sistem a. Penilaian sertifikasi, terutama PHPL harus menunjukkan tren perubahan kinerja yang membaik; b. Memastikan aspek legalitas dan kelestarian dalam penilaian PHPL sebagai indikator utama kelulusan penilaian; c. Penilaian PHPL harus menempatkan aspek konflik, korupsi perizinan, dan kebakaran hutan dan gambut dalam prioritas perolehan sertifikat; d. Kebijakan dan aturan pengadaan barang/jasa pemerintah untuk kayu dan produk kayu SVLK harus diperkuat dan diimplementasikan secara penuh, agar insentif penerapan SVLK untuk pasar domestik bisa dirasakan oleh pelaku usaha; e. Peraturan SVLK harus memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan inline/sinergi dengan kebijakan dan peraturan terkait tata kelola hutan dan wilayah kelola masyarakat, termasuk penguatan hak-hak masyarakat lokal dan masyarakat adat. 5. Uni Eropa sebagai importir kayu dari Indonesia harus memastikan penanganan kasus yang berkaitan dengan EUTR berjalan efektif, melalui standarisasi kapasitas Competent Autority di masing-masing negara. 3. Review perizinan a. Pemerintah harus mengkaji ulang aturan

Kertas Posisi 2 Kelompok masyarakat sipil Indonesia merekomendasikan kepada Pemerintah Indonesia, Uni Eropa, Lembaga Sertifikasi dan pelaku usaha di sektor kehutanan dan perdagangannya untuk, meningkatkan transparansi, peningkatan pengawasan dan penegakan hukum, review perizinan, peningkatan dan penguataan SVLK sebagi sebuah sistem, serta Uni Eropa sebagai importir kayu dari Indonesia harus memastikan penanganan kasus yang berkaitan dengan EUTR berjalan efektif, melalui standarisasi kapasitas Competent Autority di masing-masing negara Desember 2018 Jaringan Pemantau Independen Kehutanan