Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2), 3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

dokumen-dokumen yang mirip
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta, , 3)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

Lihar RaudinaIzzati 1), Sutopo 2), Henny Ekana Chrisnawati 3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS 2),3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

*Keperluan korespondensi, HP: ,

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan P MIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model PBL Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Materi SPLDV pada Siswa Kelas X SMKN 6 Semarang

Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

*Keperluan korespondensi, HP: ,

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SIMO

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN METODE INKUIRI

Nur Jati Zahrah Saputri 1, Agung Nugroho Catur Saputro 2*, dan Haryono 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. menemukan dan menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip dalam biologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kalianda kelas VII

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

Ervina Yulias Veva Universitas Sebelas Maret Abstrak

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS MEMECAHKAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

Pi: Mathematics Education Journal 8

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan hasil penelitian, maka

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. menerapkan model pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK KELAS X PADA MATERI PROGRAM LINIER (Penelitian Dilakukan di SMK Taruna Farmasi Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015) Doni Fernando 1), Mardjuki 2), Henny Ekana Ch. 3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2), 3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS Alamat Korespondensi: 1) Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan Surakarta, 085728029946, donitorres47@yahoo.com 2) Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan Surakarta, 081578731438, mardjuki50@yahoo.com 3) Jl. Ir. Sutami no. 36 A Kentingan Surakarta, 08562511395, henny_ekana@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model (PBL) dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah setidaknya rata-rata persentase kerjasama siswa mencapai 75% dan setidaknya banyaknya siswa yang tuntas minimal 75% dengan KKM sebesar 75. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa langkah pembelajaran dengan model (PBL) yang dapat meningkatkan kerjasama siswa dan prestasi belajar siswa adalah: 1) Kegiatan awal, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menginformasikan pembagian kelompok belajar siswa dalam mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) pada kegiatan inti. Guru menginformasikan bahwa akan ada penghargaan diakhir pembelajaran bagi siswa yang aktif selama proses pembelajaran. Kemudian siswa diberikan apersepsi. 2) Kegiatan inti, siswa dihadapkan kepada masalah yang memancing siswa untuk berpikir. Guru memberikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata dan mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. 3) Kegiatan penutup, guru merefleksi hasil pembelajaran dengan proses tanya jawab dan guru dapat menunjuk siswa jika tidak ada yang angkat tangan. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari pada hari itu. Guru memberikan kuis individu dan menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan hasil observasi, persentase rata-rata kerjasama siswa pada Prasiklus sebesar 15,54%. Pada siklus I rata-rata kerjasama siswa mengalami peningkatan sebesar 31,13% menjadi 46,67% dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 30,90% menjadi 77,57%. Sedangkan dari hasil tes, persentase siswa yang tuntas pada siklus I sebesar 0%, pada siklus II persentase siswa yang tuntas adalah 77,78%. Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran dan hasil tes siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan model (PBL) dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015. Kata kunci: Problem Based Learning (PBL), kerjasama siswa, prestasi belajar I. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu bidang studi di sekolah yang harus dikuasai oleh siswa pada jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika memiliki kedudukan yang penting dalam pendidikan, karena matematika merupakan sarana komunikasi sains tentang pola-pola yang berguna untuk melatih berfikir logis, kritis, 104 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018

kreatif dan inovatif dan memberi banyak bantuan dalam berbagai disiplin ilmu yang lain. Oleh karena itu maka dapat dikatakan bahwa setiap orang memerlukan pengetahuan matematika untuk membekali diri dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Salah satu kunci sukses untuk mengprestasikan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif serta untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat adalah kreativitas guru. Langkah yang bisa ditempuh antara lain dengan mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap prestasi dan materi sebagai proses. Oleh karena itu pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah. Dari data Pamer 2013 mengenai penguasaan materi soal Matematika (Teknologi, Kes & Pertanian) Ujian Nasional SMK tahun Pelajaran 2012/2013 untuk provinsi Jawa Tengah Kabuten Karanganyar diperoleh data untuk kemampuan yang diuji menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Program Linier untuk Kabupaten Karanganyar adalah 34.32%, dimana masih berada di bawah penguasaan materi yang sama pada tingkat provinsi sebesar 42.29% dan tingkat nasional sebesar 40.81%. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMK pada materi program linier. Masalah rendahnya prestasi belajar matematika siswa juga terjadi di SMK Taruna Farmasi Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sigit Pamungkas, S. Pd (guru matematika kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar) pada bulan september tahun 2014, diperoleh informasi bahwa prestasi belajar matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya siswa tidak terbiasa bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan belajar, rendahnya kesadaran siswa untuk berdiskusi dengan teman yang lain, kemampuan memecahkan masalah sangat rendah sehingga timbul kejenuhan dan sulit menganalisis soal cerita, dan masih sering ditemukan siswa yang tidak memperhatikan ketika guru mengajar sehingga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti juga memperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran matematika yang diukur dari dengan batasan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan sekolah masih rendah, terbukti dari rata-rata nilai murni Ujian Tengah Semester (UTS) pada semester ganjil kelas X tahun ajaran 2014/2015 hanya mencapai 39,42 dengan hanya 2,7% siswa yang mencapai KKM yaitu 75. Sedangkan kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2013/2014 hanya 10% siswa yang mencapai KKM pada Ulangan Harian materi Program Linier. Oleh karena itu diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari observasi awal di X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015, guru memberikan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab, selanjutnya guru memberikan contoh soal kepada siswa kemudian guru membahas contoh soal tersebut dan dilanjutkan dengan latihan soal. Pada proses pembelajaran tersebut siswa enggan memperhatikan materi yang disampaikan guru dan enggan untuk bertanya kepada guru, sehingga sebagian besar siswa tidak terlibat dalam proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, terdapat tiga siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru secara bergantian dan berulang-ulang, sementara siswa yang lain hanya diam dan tidak memperhatikan. Agar siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran, guru dapat meningkatkan komunikasi guru dengan siswa atau antara sesama siswa dengan Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 105

meningkatkan kerjasama siswa. Dengan kerjasama siswa yang baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan, siswa dapat saling berinteraksi dalam proses pembelajaran dan dapat berkomunikasi dengan guru secara terorganisir, satu siswa dapat menyampaikan pertanyaan kepada guru untuk mewakili beberapa temannya. Kerjasama siswa perlu ditingkatkan karena setiap siswa memiliki potensial development yaitu siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan bantuan guru atau dengan kerjasama dengan teman sebaya. Berdasarkan observasi awal dan hasil wawancara peneliti dengan guru diperoleh informasi bahwa pembelajaran konvensional yang sering diterapkan di kelas X mungkin menyebabkan siswa kurang tertarik dengan pelajaran matematika sehingga prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika tidak mengalami peningkatan. Dengan pembelajaran konvensional, siswa tidak dituntut untuk saling bekerja sama. Sering dijumpai bahwa siswa cenderung tidak berani bertanya kepada guru jika ada kesulitan, oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara siswa agar siswa yang memahami materi dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan. Berkaitan dengan kasus di atas maka peneliti mempunyai beberapa alasan untuk mencari ide agar pembelajaran matematika dapat berlangsung dengan efektif dan menyenangkan sehingga memperoleh prestasi yang lebih baik dari sebelumnya. Salah satu cara yang akan ditempuh untuk merealisasikan tujuan pembelajaran adalah dengan membentuk kelompok-kelompok belajar untuk siswa. Siswa akan berdiskusi dan bekerjasama dalam kelomponya. Selain itu, guru dalam memilih model pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam belajar. Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan nyata secara berkelompok sesuai dengan materi yang akan disampaikan guru, yaitu Program Linier. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran [1]. Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran aktif yang berdasarkan pada penggunaan masalah terstuktur sebagai rangsangan pembelajaran [2]. Peran guru dalam Problem Based Learning (PBL) adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Problem Based Learning (PBL) melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika, karena model pembelajaran ini menuntut siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan dalam kelompok. Siswa diminta berusaha menyelasaikan permasalahan yang diberikan guru dengan bekerjasama dalam kelompok, dengan bekerja berkelompok siswa akan lebih terlibat dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok. Dengan aktivnya semua siswa dalam kelompok, siswa dapat saling berdiskusi dan bertanya jawab, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam model Problem Based Learning (PBL), masalah yang nyata dan kompleks memotivasi siswa untuk 106 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018

mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang perlu mereka ketahui untuk berkembang melalui masalah tersebut, siswa akan mengetahui bahwa matematika mempunyai banyak kegunaan. Siswa bekerjasama dalam tim kecil memperoleh, mengomunikasikan, serta memadukan informasi dalam proses yang menyerupai atau mirip dengan menemukan. Model Problem Based Learning (PBL) terdiri dari lima tahap yaitu orientasi peserta didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan prestasi karya, dan menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Alasan dipilihnya model (PBL) pada kegiatan belajar mengajar di SMK Taruna Farmasi Karanganyar sebagai perbaikan dari pembelajaran konvensional diharapkan mampu meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa pada materi program linier. Melalui model (PBL), guru menyajikan materi program linier yang abstrak berupa masalah nyata yang menarik sehingga mampu membuat siswa tertarik untuk memperhatikan dan mempermudah siswa dalam memahami materi program linier yang disajikan guru. Selain itu salah satu aspek yang perlu ditingkatkan adalah aspek kerjasama, hal ini sesuai dengan karakteristik Problem Based Learning (PBL). Dengan siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan setiap individu sehingga setiap siswa bisa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan diharapkan permasalahan individu dalam setiap kelompok dapat terselesaikan sehingga mampu membawa siswa mencapai kompetensi belajar yang baik pada pelajaran matematika. Berdasarkan permasalahan di atas akan dilakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan cara menerapkan model Problem Based Learning (PBL) sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika di kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganar tahun ajaran 2014/2015. Peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di SMK Taruna Farmasi Karanganyar karena model Problem Based Learning (PBL) belum dilaksanakan disekolah tersebut. Dengan begitu diharapkan melalui model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti bermaksud untuk untuk mengetahui apakah penerapan model (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar ranah kognitif khususnya prestasi belajar siswa pada materi program linier dan ranah afektif khususnya kerjasama siswa terhadap matematika kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan latar belakang tersebut, selanjutnya dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) akan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015 pada materi program linier? (2) Apakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) akan meningkatkan kerjasama siswa terhadap matematika kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015? II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa menggunakan model (PBL). Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 36 siswa. Penelitian ini dimulai dari bulan September 2014 sampai dengan Februari Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 107

2015. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam 3 tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu persiapan penelitian yang berlangsung pada bulan September 2014 hingga bulan Desember 2014. Tahap kedua yaitu pelaksanaan tindakan yang berlangsung pada bulan Februari 2015. Tahap ketiga yaitu analisis data dan pelaporan yang dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan hasil tes akhir siklus. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data keterlaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan untuk mengumpulkan data kerjasama siswa. Instrumen bantu yang digunakan pada observasi ini adalah pedoman observasi. Dalam penelitian ini, dilakukan proses validasi untuk lembar observasi. Observasi ini dilakukan dengan cara mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan kerjasama siswa selama proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati ketika mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan pembelajaran meliputi terlaksana tidaknya langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP untuk meningkatkan kerjasama siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, peneliti juga mempunyai catatan lapangan tentang proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kegiatan pembelajaran yang terjadi pada setiap pertemuan pada siklus. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa. Butir-butir soal yang akan diujikan terlebih dahulu diuji validitasnya. Suatu instrumen disebut valid jika mengukur apa yang seharusnya diukur [3]. Tes diselenggarakan setiap akhir siklus dengan tujuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah adanya tindakan. Hal ini untuk mengukur prestasi belajar siswa pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Untuk menguji validitas dari data hasil pelaksanaan pembelajaran dan hasil observasi Kerjasama siswa digunakan triangulasi pengamat, yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari beberapa pengamat [4]. Berikut ini teknik analisis data yang digunakan: (1) Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran: Analisis dimulai dengan menelaah sumber data yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menelaah kesesuaian langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru dengan RPP yang telah disusun sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan kerjasama siswa, kemudian dilihat apakah langkah-langkah proses pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada RPP dapat meningkatkan kerjasama siswa serta kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pembelajaran. Setelah itu juga perlu dilihat catatan lapangan yang telah dibuat oleh peneliti yang berisi tentang catatan peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan reaksi siswa selama proses pembelajaran. (2) Analisis Data Hasil Observasi Kerjasama Siswa: Analisis hasil observasi aktivitas belajar siswa dimulai dengan menelaah lembar observasi dengan menggunakan triangulasi pengamat, kemudian memberikan skor 1 untuk siswa yang melakukan setiap indikator kerjasama dan skor 0 untuk siswa yang tidak melakukan indikator kerjasama. Selanjutnya dianalisis dengan menghitung persentase kerjasama menggunakan rumus berikut. Keterangan: = 100% 108 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018

= Persentase siswa yang melakukan setiap indikator kerjasama BSI = Banyak siswa yang melakukan indikator BS = Banyak siswa seluruhnya Persentase rata-rata dari semua indikator kerjasama siswa dihitung dengan menggunakan rumus: = Keterangan: = persentase rata-rata kerjasama siswa JPI = Jumlah dari persentase semua indikator kerjasama siswa BI = Banyak indikator kerjasama siswa (3) Analisis Data Tes Akhir Siklus. Analisis hasil tes dimulai dengan mengoreksi pekerjaan masing-masing siswa dengan memperhatikan kriteria penskoran yang telah dibuat pada masingmasing tes. Dari data nilai yang diperoleh siswa kemudian dihitung persentase ketuntasan belajar siswa. Siswa dikatakan tuntas jika nilai yang diperoleh lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran matematika yakni 75. Terlebih dahulu dihitung jumlah siswa yang telah mencapai KKM yang dilihat dari nilai yang diperoleh masing-masing siswa. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. = 100% Keterangan: PK = Persentase ketuntasan belajar BST = Banyak siswa yang tuntas (mencapai KKM) BS = Banyak siswa seluruhnya Setelah satu siklus tindakan selesai, kepada siswa diberikan tes akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kompetensi siswa dari aspek kognitif yakni prestasi peserta didik. Dari hasil tes akhir siklus, dapat diketahui tercapai atau tidaknya indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat kuantitatif, dianalisis menggunakan rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas [5], yaitu : = 100% Keterangan : P = Persentase peningkatan PR (PostRate) = Nilai rata-rata sesudah tindakan BR (BaseRate) = Nilai rata-rata sebelum tindakan Dari analisis hasil observasi, dapat diketahui tentang pelaksanaan tindakan yang meliputi kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rancangan yang telah dibuat dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan. Analisis tindakan terhadap tes siklus dan hasil observasi digunakan pada tahap refleksi, sebagai dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menunjukkan bahwa tingkat kerjasama siswa mengalami peningkatan. Peningkatan kerjasama siswa dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil observasi langsung pada kegiatan Pra Siklus, tindakan Siklus I, dan tindakan Siklus II. Indikator pencapaian tingkat kerjasama siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar adalah setidaknya rata-rata kerjasama siswa yang mengikuti proses pembelajaran adalah sebesar 75%. Pada kegiatan Pra Siklus, rata-rata kerjasama siswa aspek komunikasi sebesar 21,00%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek koordinasi sebesar 19,00%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek keseimbangan kontribusi antar anggota 15,51%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek mutual support sebesar 11,67%, dan rata-rata kerjasama Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 109

siswa pada aspek effort sebesar 10,50%. Apabila dirata-rata secara keseluruhan maka kerjasama siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar adalah sebesar 15,54%. Pada kegiatan Siklus I, hasil observasi secara langsung didapatkan rata-rata kerjasama siswa aspek komunikasi sebesar 65,22%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek koordinasi sebesar 42,06%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek keseimbangan kontribusi antar anggota sebesar 45,31%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek mutual support sebesar 39,09%, dan rata-rata kerjasama siswa pada aspek effort sebesar 41,69%. Apabila dirata-rata secara keseluruhan maka kerjasama siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar adalah sebesar 46,67%. Selanjutnya pada tindakan Siklus II, rata-rata kerjasama siswa pada aspek komunikasi sebesar 82,83%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek koordinasi sebesar 74,49%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek keseimbangan kontribusi antar anggota sebesar 74,25%, rata-rata kerjasama siswa pada aspek mutual support sebesar 68,19%, dan ratarata kerjasama siswa pada aspek effort sebesar 84,09%. Apabila dirata-rata secara keseluruhan maka kerjasama siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar adalah sebesar 77,57%. Berdasarkan hasil tersebut, kerjasama siswa pada tindakan Siklus II sudah memenuhi indikator pencapaian, sehingga tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Setelah pelaksanaan tindakan pada tiap siklus selesai, dilakukan tes akhir siklus untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model (PBL). Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Terjadi peningkatan presentasi siswa yang tuntas dari Siklus I ke Siklus II dengan nilai KKM adalah 75. Setelah dianalisis dapat diketahui bahwa pada Siklus I belum ada siswa yang tuntas (nilainya KKM) dengan nilai KKM adalah 75, dan rata-rata nilai ulangan siswa adalah 47,42. Prestasi belajar siswa pada Siklus I lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan atau Pra Siklus. Pada Pra Siklus juga tidak ada siswa yang tuntas (nilainya KKM), dengan rata-rata nilai tes adalah 25,28. Sedangkan pada akhir Siklus II, siswa yang tuntas (nilainya KKM) mencapai 77,78% dengan rata-rata nilai ulangan siswa 72,11. Banyaknya siswa yang telah tuntas di kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar pada Siklus II telah mencapai target yang ditentukan, yaitu rata-rata kerjasama siswa 75%, sehingga tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Melihat dari hasil perubahan ketuntasan hasil belajar siswa dari setiap tindakan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar adalah sebagai berikut. (1) Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kerjasama siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kerjasama siswa dari kegiatan pra siklus ke tindakan siklus I, dan dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II. Pada kegiatan pra siklus rata-rata kerjasama siswa sebesar 15,54%, pada tindakan siklus I rata-rata kerjasama siswa sebesar 46,67%, dan pada tindakan siklus II rata-rata kerjasama siswa sebesar 77,57%. (2) Penggunaan model (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika 110 Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018

siswa kelas X SMK Taruna Farmasi Karanganyar tahun ajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dari kegiatan pra siklus ke tindakan siklus I, dan dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II. Pada kegiatan pra siklus, tidak ada siswa yang tuntas (nilainya KKM) atau 0% dari banyak siswa, dengan nilai rata-rata 52,28. Pada tindakan siklus I, masih belum ada siswa yang tuntas, dengan nilai rata-rata 47,42, nilai rata-rata pada tindakan siklus I meningkat 87,52% dari kegiatan pra siklus. Kemudian pada tindakan siklus II, banyak siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa atau 77,78% dari banyak siswa, dengan nilai rata-rata 72,11, nilai rata-rata pada tindakan siklus II meningkat 52,07% dari tindakan siklus I. Saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini adalah: (1) Kepada Guru, (a) Guru sebaiknya lebih memperhatikan model yang mampu melibatkan siswa secara aktif, meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (b) Guru sebaiknya melakukan inovasi dalam penggunaan model pembelajaran sehingga dalam menyampaikan materi ajar siswa tidak merasa jenuh dan dapat dengan mudah menerima serta memahami materi yang disampaikan sehingga prestasi belajar siswa meningkat. (2) Kepada Siswa, siswa hendaknya dapat menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam memberikan pendapat, menjawab pertanyaan, mencoba mengerjakan permasalahan yang diberikan guru, bertanya apabila mengalami kesulitan, serta dalam menyampaikan hasil pekerjaannya. Dengan melakukan setiap kegiatan tersebut diharapkan dapat memperkaya pengalaman belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. (3) Kepada Sekolah, sekolah hendaknya memberikan sosialisasi kepada guru terutama tentang model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), sehingga guru mempunyai gambaran dan mengetahui langkah pembelajarannya sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belaja siswa pada pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA [1] Arends, R.I. 2004. Learning To Teach. United State of America: Mc Graw Hill Companies. [2] Hmelo-Silver, C.E & Barrows, H. S. 2006. Facilitating Collaborative Ways of Knowing. Manuscript submitted for publication. [3] Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. [4] Moleong, Lexy J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. [5] Faizin. 2009. Efektifitas Diskusi Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Berpendapat (Studi Kasus Pada Pembelajaran Civic Society di IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo ). Jurnal Pendidikan Islam. No. 01 ISSN 2085-3033. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.II No.2 Maret 2018 111