BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang bermula dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor.

BAB I PENDAHULUAN telah memunculkan ide untuk reformasi tata kelola perusahaan (corporate governance) di

BAB 1 PENDAHULUAN. standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan perusahaan. menentukan struktur dan strategi keuangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Imbas the U.S. subprime mortgage crisis ke perekonomian negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. sebuah berita mengenai negara dengan direksi wanita terbanyak. Disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Gitman & Zutter (2012) menyatakan bahwa tujuan utama

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (Meidera, 2013). Modal juga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. akan sumber daya tambang. Menurut data USGS, potensi cadangan emas

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

1 BAB I PENDAHULUAN. besar dirasakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sektor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau yang lebih dikenal dengan nama Chief Executive Officer (CEO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi di mana di dalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai perusahaan dapat tercermin dari nilai sahamnya. Jika nilai sahamnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa wacana mengenai kinerja perusahaan secara umum,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

Judul : RGEC Sebagai Determinasi dalam Menanggulangi Financial Distress

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG). Menurut The. Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. teknologi di segala bidang yang semakin berkembang, menjadikan dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Objek Penelitian

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Amerika Serikat yaitu subprime mortgage yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal, struktur modal telah menjadi salah satu faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Sri Mulyati, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan bisnisnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan ekonomi negara menjadi isu hangat yang sering diperbincangkan. Perkembangan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan krisis Subprime Mortgage telah merontokkan Amerika, juga sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. meningkatkan penjualan sahamnya di pasar modal. Jika diasumsikan investor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Investasi merupakan usaha investor untuk mendapatkan hasil yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Peran manajemen keuangan dalam suatu perusahaan yaitu

BAB V PENUTUP. ROA dan ROE pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar (listing) pada Bursa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global yang bermula dari krisis yang terjadi di Amerika Serikat kemudian menyebar ke negara lain di seluruh dunia. Krisis ini terjadi karena adanya peningkatan pembelian properti (kredit perumahan) dari warga Amerika Serikat di luar batas kemampuan pendapatan yang diterimanya. Sehingga mereka tidak sanggup membayar dan membuat lembaga keuangan yang memberikan kredit tersebut bangkrut karena kehilangan likuiditasnya. Krisis di Amerika Serikat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar atas produkproduk dari berbagai negara di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan menurunnya volume ekspor dari negara-negara produsen di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Perdagangan, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor non migas Indonesia yang menempati urutan kedua setelah Jepang. Pangsa pasar non migas Indonesia ke Jepang sebesar 12.46%, disusul Amerika Serikat 11.4% pada tahun 2008. Dengan kondisi krisis tersebut mengakibatkan penurunan kemampuan membeli dan membayar produk ekspor dari Indonesia. Hal ini mengancam industri dan produksi di Indonesia. 1

Selain itu, krisis global yang berasal dari Amerika Serikat tersebut mengakibatkan jatuhnya nilai mata uang Rupiah atas Dollar. Pemerintah AS memberlakukan kebijakan pengetatan likuiditas global, yang menyebabkan supply dollar menurun, sehingga berpengaruh pada Rupiah yang terdepresiasi. Selain menjatuhkan nilai mata uang Rupiah, kondisi pasar modal di Indonesia terkena dampak yang signifikan. Rabu (8/10/2008) IHSG merosot tajam hingga 168,052 poin atau 10.38% ke posisi 1.451,669. Posisi IHSG ini merupakan terendah sejak September 2006, hal ini membuat otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menutup perdagangan saham pada sesi I mulai pukul 11.08 WIB karena hancurnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kejadian pada tahun 2008 tersebut dapat diartikan sebuah ancaman perusahaan ataupun sebuah kesempatan bagi perusahaan untuk memperbesar kesempatan mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Managing Director of the IMF Dominique Strauss-Kahn (2010), mengatakan crisis is an opportunity. Penglihatan yang berbeda tergantung dilihat dari kaca mata penglihat sendiri atau subjektif, para pengambil kebijakan atau direksi perusahaan dapat berbeda cara pandang masing-masing. Perbedaan cara pandang ini berasal dari kemampuan dan keterampilan dirinya dalam menghadapi ketidakpastian atau keadaan yang sulit. 2

Kinerja perusahaan dalam kondisi tersebut ditentukan oleh kebijakan yang diambil dari dewan direksi dan pengawasan yang berasal dari dewan komisaris. Anggota dewan sebuah perusahaan tidak hanya terdiri dari satu orang melainkan lebih dari satu orang untuk menjalankan perusahaan. Jumlah anggota dewan harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan agar tetap efektif dalam pengambilan keputusan (Pedoman GCG, 2010). Dikarenakan anggota dewan tidak hanya satu orang, menyebabkan kebijakan perusahaan terkadang memakan waktu yang lama karena memerlukan pertimbangan dari anggota direksi yang lain yang memiliki pola pemikiran yang berbeda dan memiliki perbedaan dalam menghadapi sebuah risiko. Dasar yang menjadi pembeda pola fikir berasal dari perbedaan gender, pria dan wanita memiliki perbedaan emotional dan intelektual. Pria dengan sifat maskulinnya memiliki ciri sifat mandiri, pertimbangan penuh, rasional, dan kompetitif. Wanita dengan sifat feminimnya memiliki ciri mengayomi, penuh perhatian, sensitive, dan mengandalkan intuisi, Unger (1979) dalam Umar, (1999). Hal ini menyebabkan perbedaan pendekatan setiap keputusan yang diambil antara pria dan wanita. Hal ini yang menjadikan suatu kendala dalam pengambilan keputusan masing-masing anggota dewan berdasarkan pada perilaku dasarnya yang menyebabkan perbedaan dalam memandang suatu masalah dan bagaimana cara menyelesaikanya. 3

Dewasa ini, peran wanita di dunia kerja terlihat lebih baik, jumlah wanita yang mengejar jenjang karir telah meningkat signifikan (Omar dan Davidson, 2001). Oleh karena itu keanggotaan dewan tidak selalu dikuasai oleh pria, tetapi terdapat proporsi wanita. Keberagaman gender dalam dewan dipercaya mempengaruhi setiap kebijakan yang diambil dan akan memberikan manfaat kepada perusahaan diantaranya terdapat banyak alternative prespektif dalam pengambilan keputusan, lebih kreatif dan inovatif dan sukses dalam hal marketing untuk menghadapi konsumen yang berbeda-beda (Krishan dan Parsons, 2008). Robinson dan Dechan (1997) yang dikutip Aji (2009) menyatakan bahwa keberagaman dewan diyakini dapat mempengaruhi nilai keuangan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan European Commission (2003) keberagaman gender merupakan sebuah aset dari image perusahaan yang dapat mendekatkan perusahaan dengan konsumen, pemegang saham dan karyawan. Telah banyak perusahaan investment fund, contohnya Calpers di US dan Amazone yang menjadikan keberagaman gender sebagai indikator dalam kriteria investasi. Mckinsey (2007), meneliti kecakapan organisasi dari 101 perusahaan terpilih di Asia, Amerika dan Eropa, mendapatkan hasil keberadaan tiga wanita atau lebih dalam jajaran top manajemen memberikan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak adanya perwakilan wanita di dalam top manajemen. 4

Keberagaman gender ini dipercaya memiliki pengaruh kuat terhadap profitabilitas dan pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Catalyst (2004) dikutip oleh Faizah (2009), yang telah berhasil membuktikan hasil penelitiannya mengenai hubungan antara kinerja korporasi dengan keragaman gender. Penelitian mengunakan 353 perusahaan selama 5 tahun dari 1996-2000 sebagai sampel. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan Return on Equity (ROE) dan Total Return to Shareholders (TRS). Didapatkan hasil bahwa ROE meningkat sebesar 35.1% dan TRS meningkat sebesar 34%, seiring meningkatnya jumlah wanita dalam jajaran top manajemen. Keberagaman gender dalam struktur manajemen puncak menjadi hal yang menarik berkaitan dengan corporate governance. Indonesia dengan mayoritas Muslim, meyakini bahwa yang pantas menjadi pemimpin adalah pria seperti yang terdapat pada Al-Quran QS. Al-Nisa (4): 34 bahwa: الر ج ال ق و ام ون ع ل ى الن س اء Terjemahnya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini menyebabkan sudut pandang masyarakat Indonesia menilai wanita jika menjadi pemimpin bertentangan dengan agama. 5

Selain itu, berdasarkan Harvard Business Review Survey (2005) hanya terdapat 15% dari jumlah sampel wanita yang menginginkan berada pada posisi yang memiliki kekuasaan (pemimpin), sedangkan pria 27%. Hal ini memperlihatkan wanita kurang memiliki keinginan untuk berada di manajemen puncak. Selain itu dalam survey tersebut, terdapat 45% wanita berhenti bekerja dikarenakan ingin menghabiskan waktunya bersama keluarga dan anaknya. Inilah yang menyebabkan wanita kurang dapat menempati posisi puncak manajemen perusahaan. Terdapat sejumlah penelitian terdahulu yang meneliti tentang board diversity, antara lain: 1) Penelitian oleh Shrader et al. (1997) dalam Aji (2009), melakukan penelitian terhadap hubungan antara keberadaan wanita dalam dewan dengan kinerja perusahaan terhadap sampel 200 perusahaan besar di Amerika Serikat. Hasil penelitian presentase wanita dalam dewan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. 2) Smith dan Verner (2005) meneliti keberagaman gender (propotion of woman) di 2500 perusahaan di Denmark selama 1993-2001, menemukan hubungan yang positif antara proporsi wanita dalam jajaran manajemen puncak terhadap performa perusahaan. 3) Penelitian Mckinsey dan Amazon Euro Fund pada tahun 2007 meneliti 89 perusahaan yang terdaftar di bursa Eropa. Dengan sampel level 6

gender diversity yang tinggi dan memiliki kapitalisasi di pasar saham lebih besar dari 150 juta, didapatkan hasil bahwa performa keuangan perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata perusahaan di dalam satu industri. 4) Penelitian oleh Darmadi (2010) melakukan penelitian Do women in top management affect firm performance? Evidence from Indonesia. Hasil penelitian representasi wanita di top eksekutif memiliki hubungan yang negatif terhadap ROA dan Tobin s Q. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka tampak bahwa adanya peran keberadaan wanita yang berpengaruh terhadap performa perusahaan, hal ini disebabkan wanita memiliki karakter sendiri dalam menghadapi risiko. Terdapat pro dan kontra mengenai keberadaan wanita dalam komposisi top manajemen. Pada saat ini, penelitian yang mengevaluasi pengaruh keberagaman gender dalam dewan direksi masih sangat jarang dilakukakan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Gender Diversity Dewan Direksi terhadap Performa Keuangan Perusahaan dalam Menghadapi Krisis Keuangan Global pada Tahun 2008 (Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Kompas 100 Periode 2007-2012) 7

1.2 Rumusan Masalah Krisis keuangan global tahun 2008 menyebabkan gejolak pada sistem ekonomi di seluruh dunia, sehingga masing-masing perusahaan berusaha untuk menghindar dari krisis tersebut atau mengambil kesempatan di dalam kegamangan ekonomi dunia. Keputusan strategis perusahaan harus segera diambil atau diputuskan, dikarenakan jika tidak diatasi akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Keputusan strategis perusahaan ditentukan oleh para direksi perusahaan baik keputusan masing-masing divisinya maupun keputusan besar yang harus dilakukan konfirmasi kepada direksi divisi lainya. Dalam anggota dewan direksi terdapat komposisi yang berbeda dan terutama perbedaan karakter antargender yang memiliki ciri sifat yang sangat berbeda, sehingga akan adanya perbedaan sudut pandang dalam menghadapi risiko atau masalah yang terjadi. Berdasarkan latar belakang di atas, selanjutnya dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara keberadaan wanita dalam dewan direksi dengan kinerja perusahaan pada sebelum, pada saat krisistransisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global? 8

2. Apakah terdapat hubungan antara proporsi wanita dalam dewan direksi perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan pada sebelum, pada saat krisis-transisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global? 3. Apakah terdapat hubungan antara presiden direktur yang dijabat wanita dengan kinerja keuangan perusahaan pada sebelum, pada saat krisis-transisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global? 4. Apakah terdapat hubungan antara direktur keuangan yang dijabat wanita dengan kinerja keuangan perusahaan pada sebelum, pada saat krisis-transisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global? 1.3 Batasan Penelitian 1. Keberagaman dalam dewan direksi dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan ukuran keberadaan wanita dalam dewan direksi. 2. Kinerja yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kinerja keuangan perusahaan yang dapat diukur dengan berbagai macam pengukuran. Dalam penelitian kali ini kinerja keuangan diproksikan dengan Return on Asset (ROA) dan Tobin s Q. 3. Penelitian dilakukan dalam rentan waktu terbatas yaitu pada tahun 2007-2012, untuk melihat sebelum (2007-2008), pada saat-transisi (2009-2010) dan setelah terjadi krisis keuangan global (2011-2012). 9

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris: 1. Menguji hubungan keberadaan wanita dalam dewan direksi terhadap performa keuangan perusahaan pada periode sebelum, pada saat krisistransisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global 2. Menguji hubungan proporsi wanita dalam dewan direksi terhadap performa keuangan perusahaan pada periode sebelum, pada saat krisistransisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global 3. Menguji hubungan kepemimpinan wanita sebagai presiden direktur pada performa keuangan perusahaan pada periode sebelum, pada saat krisis-transisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global 4. Menguji hubungan kepemimpinan wanita sebagai direktur keuangan pada performa keuangan perusahaan pada periode sebelum, pada saat krisis-transisi dan sesudah terjadi krisis keuangan global 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan pemaparan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Investor Memberikan bahan pertimbangan untuk investor dalam menentukan investasi dengan melihat keberadaan dan komposisi atau proporsi 10

wanita dalam dewan direksi terhadap hasil dari performa keuangan dan menjadikan landasan dalam pemilihan investasi di masa yang akan datang. 2. Perusahaan Bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan perubahan corporate governance dengan memberikan bukti pengaruh keberadaan wanita menduduki posisi yang strategis dalam dewan direksi perusahaan. 3. Akademisi Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan dan pengetahuan baru mengenai hal pengaruh keberagaman gender dalam dewan direksi terhadap profitabilitas perusahaan. Membuktikan stereotype mengenai wanita yang risk averse. 4. Regulator Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi regulator untuk menentukan kebijakan syarat minimum keberagaman anggota dewan direksi sehingga dapat dijadikan penilaian dalam Good Corporate Governance. 11

1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini mejelaskan segala sesuatu yang berhubungan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini membahas mengenai kerangka teori yang menjadi dasar penulis yaitu mengenai pengaruh gender dalam dewan direksi terhadap profitabilitas perusahaaan. Bab III Metode Penelitian Bab ini membahas mengenai metode penelitian dari sumber data, pengumpulan data, penentuan populasi dan jumlah sample yang dipilih serta metode pengolahan data Bab IV Analisis dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai hasil teknik analisis dan menjelaskan jawaban dari perumusan masalah dan pengujian hipotesis penelitian serta interpretasi setiap hasil teknis analisis di satiap variabel-variabelnya. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang seharusnya dilakukan sebagai penyempurna atas kekurangan dan keterbatasan yang dialami peneliti saat ini agar penelitian dapat berguna untuk lebih baik lagi. 12