31 III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian mengenai analisis implementasi OHSAS 18001:2007 pada PT. X di Bandung, Jawa Barat (studi kasus Bagian Environment and Safety dalam penanganan kontraktor) diawali dengan identifikasi klausulklausul yang terdapat pada OHSAS 18001:2007 setelah itu mengidentifikasi implementasi setiap klausul-klausul OHSAS 18001:2007 yang di jalankan secara garis besar dalam perusahaan dan dianalisis secara deskriptif sebagai gambarannya. Setelah itu mengkaji implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety dalam pengelolaan terhadap kontraktor. Hasil kajian tersebut dilakukan terhadap klausul-klausul implementasi dan operasi OHSAS 18001:2007 yang telah ditetapkan. Analisis yang dilakukan diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan dokumentasi internal perusahaan. Hasil dari analisis tersebut ialah informasi yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan pada penerapan OHSAS 18001:2007. Identifikasi masalah dalam implementasi OHSAS 18001:2007 dilakukan melalui analisis deskriptif untuk menjabarkan permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam implementasi dan selanjutnya masuk pada tahap penggunaan metode AHP. Dengan metode AHP ini, dapat diketahui dan diajukan alternatif solusi untuk memecahkan masalah yang ada kepada Bagian Environment and safety PT. X di Bandung, dalam rangka memperbaiki pelaksanaan OHSAS 18001:2007. Uraian tersebut dapat dijabarkan dalam kerangka penelitian (Gambar 3).
32
33 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. X di Bandung, Jawa Barat yang berlangsung dari bulan November - Desember 2011. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pertimbangan bahwa PT. X telah mendapatkan sertifikasi OHSAS 18001:2007, sehingga relevan dikaji penerapannya dan adanya kesediaan perusahaan menyediakan tempat penelitian. 3.3. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara (Lampiran 1) dan pengisian kuesioner (Lampiran 2) oleh responden, sedangkan data sekunder berasal dari bahan pustaka, artikel, jurnal, data internal perusahaan dan hasil penelitian terdahulu. Responden dipilih melalui judgement sampling, yaitu beberapa pihak yang bertanggungjawab, memahami pelaksanaan dan permasalahan implementasi OHSAS 18001:2007 pada Bagian Environment and Safety PT. X. Pihak tersebut ialah Ketua Tim P2K3 yang juga merupakan Wakil Management Representative OHSAS 18001 perusahaan, Kepala Seksi Safety selaku penanggungjawab izin kerja kontraktor, Pelaksana Safety, serta Ahli K3 Umum dari Bagian Teknik PT. X yang berpengalaman dalam penanganan kontraktor. Data kualitatif berupa implementasi OHSAS 18001:2007 dan identifikasi masalah, sedangkan data kuantitatifnya ialah nilai prioritas dari tiap-tiap masalah, aktor, tujuan dan alternatif yang telah ditentukan. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh melalui metode survei, wawancara dan studi pustaka digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan pada penerapan OHSAS 18001:2007. Untuk analisis data digunakan analisis deskriptif dan AHP. Hasil dari wawancara dan pengamatan di lapangan menjadi sumber untuk membuat kuesioner. Kuesioner tersebut kemudian dibagikan kepada informan untuk memperoleh jawaban terkait pelaksanaan, permasalahan dan
34 alternatifnya. Setelah kuesioner diisi dengan lengkap, kemudian diolah dengan metode AHP. Langkah standar dalam proses pengambilan keputusan (Dermawan, 2009) : 1. Tentukan tujuan utama. Tentukan apa yang hendak diwujudkan, apa yang hendak diraih, mengapa tujuan yang ditetapkan penting untuk diraih dan sebagainya. 2. Identifikasi bagian-bagian dari tujuan. Setiap tujuan utama selalu dihadapkan pada sejumlah batasan, atau masalah. Batasan atau masalah ini yang dinamakan dengan sub tujuan, atau faktor-faktor yang memengaruhi tujuan. Tentukan pula cakupan waktu yang memengaruhi tujuan (jangka pendek, menengah, atau panjang). 3. Identifikasi kriteria, atau faktor dan sub kriteria secara jelas dan rinci. Langkah ini membutuhkan pengelompokkan sub kriteria berdasarkan wilayah tertentu. 4. Identifikasi alternatif pilihan yang memungkinkan. Semenjak proses analitis secara berjenjang merupakan metode perbandingan antar alternatif pilihan, maka tentukan alternatif pilihan yang diasumsikan memiliki nilai yang sama. 5. Tentukan dan identifikasi konsekuensi dan risiko atas setiap kriteria dan alternatif. 6. Tentukan pola relasi antar tujuan, peubah keputusan dan alternatif pilihan. 7. Tentukan evaluasi numerik manfaat dan biaya dari setiap alternatif solusi. 8. Tentukan keputusan akhir berdasarkan hasil perbandingan nilai numerik yang tersedia. Bandingkan pula nilai risiko yang terkandung di setiap alternatif solusi. 9. Keputusan akhir akan didasarkan atas alternatif yang memberikan nilai manfaat terbesar bila manfaat yang dijadikan acuan, sehingga dipilih alternatif yang memberikan nilai biaya terkecil, jika biaya menjadi ukuran dan risiko terkecil, maka risiko menjadi patokan pilihan.
35 Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010) terdapat tiga (3) prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis. 1. Penyusunan hirarki Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokoknya. Unsur pokok tersebut diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya lagi dan seterusnya secara hirarki yang terdiri atas goal, faktor, aktor, tujuan dan alternatif. a. Penilaian setiap level hirarki Penelitian setiap level hirarki dinilai melalui perbandingan berpasangan menurut Saaty dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), dengan skala 1-9 sebagai skala terbaik mengekspresikan pendapat. Skala dengan sembilan satuan dapat menggambarkan derajat mana mampu membedakan intensitas tata hubungan antar unsur. Tabel 3. ilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty Nilai Keterangan 1 Faktor vertikal sama penting dengan faktor horisontal 3 Faktor vertikal lebih penting dari faktor horisontal 5 Faktor vertikal jelas lebih penting faktor horisontal 7 Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dari faktor horizontal 9 Faktor vertikal mutlak lebih penting dari faktor horisontal 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur yang berdekatan 1/(2-9) Kebalikan dari keterangan nilai 2-9 Sumber : Marimin dan Maghfiroh, 2010 2. Penetapan Prioritas Untuk setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk menentukan prioritas. Sepasang unsur dibandingkan berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas preferensi antar
36 unsur. Hubungan antar unsur dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan dengan membandingkan unsur itu dalam pasangan. Perbandingan berpasangan dilakukan dalam sebuah matriks. Berikut merupakan contoh tabel matriks (Tabel 4). Tabel 4. Matriks Perbandingan Kriteria Goal K1 K2 K3 K1 K2 K3 Sumber : Marimin dan Maghfiroh, 2010 3. Konsistensi logis Semua unsur dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang mempunyai konsistensi tinggi sangat diperlukan dalam persoalan pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat. Penyelesaian dengan Persamaan Matematik Ada tiga (3) langkah untuk menentukan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus-kasus umum, yaitu : a. Langkah 1 : w i / w j = a ij (i,j = 1, 2,, n) w i = bobot input dalam baris. w j = bobot input dalam jalur. b. Langkah 2 : w i = a ij w j (i, j = 1, 2,, n) untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk : w i = rataan dari a ij w 1,, a in w n
37 c. Langkah 3 : Bila perkiraan a ij baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah w i /w j, jika n juga berubah, maka n diubah menjadi maks, sehingga diperoleh : Pengolahan horisontal Pengolahan horisontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah sebagai berikut : Perkalian baris (z) dengan rumus :... (1) Perhitungan vektor prioritas, atau vektor eigen :.. (2) Keterangan : evp i adalah unsur vektor prioritas ke-i. Perhitungan nilai eigen maksimum : VA = a ij x VP dengan VA = (V ai ) VB = VA/VP dengan VB = (V bi ) (3) VA=VB= Vektor antara Perhitungan indeks konsistensi (CI) : Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut :... (4) Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR 0,1. Rumus CR adalah :
38.. (5) Nilai RI merupakan nilai acak indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge laboratory seperti dimuat pada Tabel 5. Tabel 5. ilai RI 1 2 3 4 5 6 7 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 8 9 10 11 12 13 RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 Sumber : Marimin dan Maghfiroh, 2010 Pengolahan Vertikal Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap unsur dalam hirarki terhadap sasaran utama. Jika NP pq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka :.. (6) Untuk : p = 1, 2,, r t = 1, 2,, s Keterangan : NP pq = nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama. NPH pq = nilai prioritas unsur ke-p pada tingkat ke-q. NPT t = nilai prioritas pengaruh unsur ke-t pada tingkat q-1. Consistency Ratio (CR) Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Penentuan parameter ini dilakukan dengan proses sebagai berikut : Faktor Y A B C A X 1 X 2 X 3 B X 4 X 5 X 6 C X 7 X 8 X 9
39 Dari nilai faktor (nilai eigen) kriteria faktor Y adalah : A : Y 1 B : Y 2 C : Y 3 Weighted Sum Vector dapat dihitung dengan jalan mengalikan ke dua matriks tersebut : X 1 X 2 X 3 Y 1 n 1 X 4 X 5 X 6 * Y 2 = n 2 X 7 X 8 X 9 Y 3 n 3 Kemudian dihitung Consistency Vector dengan jalan menentukan nilai rataan dari Weighted Sum Vector : n 1 : Y 1 = n 2 : Y 2 = n 3 : Y 3 = Nilai rataan dari Consistency Vector adalah : = ((n 1 : Y 1 ) + (n 2 : Y 2 ) + (n 3 : Y 3 )) /3. (7) Nilai Consistency Index (CI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : (8) Penggabungan Pendapat Responden Pendapat beberapa ahli perlu dicek konsistensinya satu persatu, terutama yang konsisten digabungkan dengan menggunakan rataan geometrik. G n Xi.. (9) = rataan geometrik = jumlah responden = penilaian oleh responden ke - i = perkalian