BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komparasi Kredit Bank Versus Financial Leasing untuk Mengefisiensikan Beban

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WAJIB PAJAK DALAM NEGERI / BENTUK USAHA TETAP

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.


BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak

ABSTRAK. Kata kunci : Leasing, kredit dari bank. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tujuan perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

AKUNTANSI PAJAK. Dr. B. Sundari, Hotel Amaroossa - Bandung, 2-3 may back to pg 26

BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "Pajak" yang dikemukakan

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang

BAB II LANDASAN TEORI. kepada negara dimana penerimaan pajak tersebut digunakan oleh negara untuk. membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan negara.

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Irwan (2012) dengan judul Analisa Komparasi Kredit Bank Versus Financial Leasing untuk Mengefisiensikan Beban Pajak atas Perolehan Aktiva Tetap (Studi Kasus di Perusahaan Percetakan). Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di perusahaan percetakan. Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan yaitu metode garis lurus. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa pembebanan leasing lebih menguntungkan daripada pembebanan kredit bank, perusahaan dapat menghemat sebesar Rp. 67.216.492,-. Penelitian yang dilakukan oleh Poere dan Rosita (2013) dengan judul Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing. Objek dalam penelitian ini yaitu di PT Sarana Garment. Metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan dalam penelitian tersebut adalah metode garis lurus. Hasil dari penelitian yaitu pertama, pembelian secara tunai dapat menghemat pajak paling besar yaitu sebanyak Rp. 28.000.000,-. Kedua, penghematan pajak dengan leasing dapat menghemat pajak sebesar Rp. 27.982.097,-. Ketiga, penghematan pajak dengan pembelian kredit bank dapat menghemat pajak sebesar Rp. 27.729.952,-. Penelitian yang dilakukan oleh Budiarti dan Hidayati (2015) dengan judul Analisis Perbandingan Pendanaan Aset Tetap Alternatif Leasing dengan 7

8 Pinjaman Bank dalam Efisiensi Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada PT Cahaya Gasdom). Objek dalam penelitian ini yaitu di PT Cahaya Gosdom yang akan melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan analisis perbandingan present value cash outflow dan efisiensi pajak penghasilan. Hasil dari penelitian ini yaitu, pertama dengan menggunakan penyusutan metode garis lurus, penghematan pajak alternatif sewa guna (leasing) lebih besar dibandingkan dengan alternatif pinjaman bank. Kedua dengan menggunakan penyusutan metode saldo menurun menunjukkan hasil bahwa penghematan pajak menggunakan alternatif sewa guna (leasing) lebih besar dibandingkan alternatif pinjaman bank. Sehingga hasil penelitian di atas baik menggunakan penyusutan metode garis lurus maupun saldo menurun hasil menunjukkan bahwa alternatif sewa guna usaha (leasing) lebih menguntungkan dari pada alternatif pinjaman bank. Hasil beberapa penelitian di atas menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu pengadaan aset tetap dengan alternatif sewa guna usaha (leasing) yang paling banyak dalam penghematan pajak. Perbedaan dalam penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti yaitu objek yang digunakan, tahun penelitian, serta variabel yang akan dipakai dalam penelitian kali ini tanpa pembelian tunai. Penelitian kali ini hanya pembelian aset tetap secara kredit bank, leasing dengan hak opsi dan penghematan pajak. Persamaan penelitian yang akan diteliti dengan penelitian terdahulu sama sama bertujuan dalam penghematan pajak.

9 B. Kajian Pustaka 1. Definisi Pajak Devinisi pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.***) Menurut Agoes (2016) Pajak adalah: (a) pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya; (b) dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah; (c) pajak dipungut oleh pemerintah negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah; (d) pajak digunakan untuk keperluan pengeluaranpengeluaran pemerintah, dan jika lebih (surplus) maka digunakan untuk investasi publik; (e) digunakan untuk membebani tujuan tidak bujeter, ialah fungsi mengatur. Menurut PSAK 46 tahun 2017 tentang Pajak Penghasilan, Beban Pajak (penghasilan pajak) merupakan jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu periode. Pengertian Wajib Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah orang pribadi atau badan, meliputi membayar pajak, memotong pajak, dan memungut

10 pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 2. Pengelompokkan Pajak Menurut Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI), sistem pemungutan pajak di Indonesia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: a) Self Assessment System Sistem ini digunakan dalam memungut pajak pusat/pusat negara. Arti dalam sistem ini adalah: wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri, memperhitungkan sendiri, menyetor & melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Sistem ini tercermin dalam perhitungan PPh di akhir tahun, keberhasilan sistem ini sangat tergantung dari kesadaran masyarakat, kejelasan UU, dan profesionalisme aparat b) Official Assessment System Sistem ini masih digunakan dalam memungut pajak daerah dan pajak pusat (Pajak Bumi dan/atau Bangunan). Dalam sistem ini yang menentukan besarnya pajak adalah aparat pajak (fiscus) dan wajib pajak bersifat pasif. Keberhasilan sistem ini sangat tergantung dari keaktifan dan profesionalisme aparat (fiscus) c) Witholding System Sistem ini masih digunakan dalam pemungutan pajak pusat maupun pajak daerah. Pengertian sistem ini adalah dalam pemungutan dan

11 penyetoran pajak pemerintah (fiscus) melibatkan wajib pajak yang lain. Sistem ini kontribusinya terhadap penerimaan pajak masih sangat dominan. Contoh: Pemerintah Daerah memungut pajak hotel melalui pengusaha hotel, Pemerintah Pusat memungut PPh 21 melalui pemberi kerja, dsb. 3. Definisi Perencanaan Pajak Menurut Efendi (2014) Perencanaan pajak merupakan salah satu fungsi dari manajemen pajak (tax management) dengan melalui perencanaan pajak, pajak penghasilan perusahaan dapat ditekan secara optimal dengan cara legal. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Manajemen pajak sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam nanajemen pajak, dan dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Menurut Suandy (2011) perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajmen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat di seleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan di lakukan. Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan

12 berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful). 4. Penghematan Pajak (tax saving) Penghematan pajak (tax saving) adalah upaya wajib mengelakan utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam pekerjaan yang dapat dilakukannya, sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. Istilah lain yang sering digunakan dalam perpajakan ialah: a. Tax Avoidance yaitu penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dengan memanfaatkan celah yang terdapat dalam peraturan perpajakan yang ada untuk menghindari pembayaran pajak atau melakukan transaksi yang tidak memiliki tujuan selain untuk menghindari pajak. b. Tax Evasion yaitu penghindaran pajak secara penggelapan pajak dimana penggelapan pajak terkait dengan penggunaan cara-cara yang melanggar hukum untuk menghindari atau menghilangkan beban pajak. 5. Definisi Aset Tetap Menurut PSAK 16 2017, aset tetap adalah aset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

13 b. Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Sedangkan menurut pajak, sesuai dengan Pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Menurut PSAK 16 2017 penyusutan aset dimulai sejak aset siap untuk digunakan, yaitu ketika aset berada di lokasi dan kondisi ynag diperlukan supaya aset siap untuk dimanfaatkan sesuai dengan instensi manajemen. Penyusutan aset akan dihentikan lebih awal saat aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual. Sedangkan untuk umur ekonomis aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diperkirakan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset dari entitas mencakup pelepasan aset setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemakaian sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomis masa depan suatu aset. Maka dari itu, umur ekonomis suatu aset dapat lebih pendek daripada umur ekonomis aset tersebut. Estimasi umur ekonomis suatu aset membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa. 6. Alternatif Pengadaan Barang Melalui Kredit Bank Menurut Agoes (2016) utang bank dalam perpajakan tidak dibedakan antara utang bank maupun utang bank jangka panjang. Peminjaman uang di bank dapat dilakukan dengan membuka tabungan atau deposito atau jasa giro dalam bank tersebut dengan nilai yang sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak bank.

14 (Safitri dan Selvi) menyatakan bahwa pembelian barang modal melalui kredit bank dapat dikategorikan sebagai pengeluaran modal yang bermanfaat dalam kegiatan atau usaha untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan lebih dari satu tahun pajak. Bila perusahaan memilih meminjam uang dan kemudian membeli barang modal atau membeli barang modal secara angsuran, maka telah terjadi pengalihan hak atas barang awal. Hak kepemilikan barang tersebut telah beralih kepada pembeli sejak barang tersebut diterima oleh pembeli. Karena barang tersebut telah menjadi hak milik perusahaan, maka secara akuntansi barang tersebut diakui sebagai aset perusahaan dan dalam hal ini perusahaan dapat membebankan beban penyusutan atas barang modal tersebut, beban atas bunga dan administrasi atas pinjaman pada bank. Menurut Brigham dan Houston (2010) Nilai Masa Depan, satu dolar saat ini akan berbeda dengan satu dolar masa depan karena, jika memilikinya sekarang, Anda dapat menginvestasikannya, mendapatkan bunga, dan akhirnya mendapatkan lebih dari satu dolar di masa depan. PV = Nilai sekarang atau jumlah awal. FV n = Nilai masa depan atau jumlah akhir dari akun Anda setelah periode N. i n = Tingkat suku bunga yang diterima per tahun. = Jumlah periode di dalam analisis. Nilai masa depan: FV n = PV (1+i) n bunga (i) Pada rumus masa depan juga dapat digunakan dalam perhitungan tingkat

15 PV = ( ) 7. Alternatif Pengadaan Barang Melalui Sewa Guna Usaha (Leasing) dengan Hak Opsi Pengertian sewa menurut PSAK 30 2017 adalah sebagai berikut: Sewa merupakan suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Sedangkan menurut Suandy (2011) dalam buku yang berjudul Perencanaan Pajak, sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lesee (pengguna barang modal); lessor memberikan hak kepada lesee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan bekala dari lesee yang besarnya tergantung dari perjanjian antara lessor dengan lesee, lesee dapat diberikan hak opsi (option right) untuk membeli barang modal tersebut ada akhir masa kontrak. Dengan demikian, hak milik atas barabf nodal tersebut tetap menjadi milik lessor selama jangka waktu kontrak. Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa Sewa Guna Usaha (SGU) adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara SGU dengan hak opsi (finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lease selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selain itu,

16 perlakuan perpajakan untuk SGU diatur pula dalam SE-29/PJ.42/1992jo.SE- 02/PJ.31/1993. Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2, yaitu: a. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease) Digolongkan sebagai SGU dengan Hak Opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: (1) Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor. (2) Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan, (SE-10/PJ.42/1994 jo.se-129/pj/2010). (3) Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee b. Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi (Operating Lease) (1) Jumlah pembayaran SGU selama periode SGU pertama tidak dapat menutupi harga perolehan aset tetap yang di-sgu-kan ditambah keuntungan yang diperhitungkan lessor. (2) Perjanjian SGU tidak dapat memuat ketentuan tentang opsi untuk lessee. Kedua syarat diatas masuk kedalam golongan SGU tanpa hak opsi karena lessor benar-benar tidak berniat untuk menjual aset yang disewakan, karena berniat hanya untuk menyewakan aset tetap saja.

17 Jadi SGU, tanpa hak opsi adalah sewa menyewa biasa, karena kepemilikan aset tetap masih berada di pihak lessor, sehingga yang berhak melakukan penyusutan aset tetap yaitu pihak lessor. Rumus Present Value menurut Agoes & Trisnawati (2016) Lessee: Present Value(PV) Leasing = PV IFA Cicilan + PV IF Nilai Opsi =[ ( ) ] [ ( ) ] Diskon Faktor = ( ) 8. Teknik Pembebanan pada Leasing Menurut PSAK 30 tahun 2017 teknik pembebanan leasing dibagi menjadi dua yaitu: a. Sewa pembebanan Sewa pembebanan adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

18 b. Sewa operasi Sewa operasi adalah sewa selain pembebanan. Dalam hal ini pihak lessor menyajikan aset untuk sewa operasi dalam laporan keuangan sesuai sifat aset tersebut. Pada teknik pembebanan leasing dapat dilihat berdasarkan jenis transaksi leasing yang digunakan. Secara umum dalam leasing terdapat dua kategori pembebanan dari sudut pandang lessee, yaitu finance lease dan operating lease. (1) Finance Lease Finance lease atau terkadang disebut dengan full-pay out leasing merupakan suatu bentuk pembebanan dengan cara kontrak antara pihak lessor dan lessee dengan beberapa ketentuan- ketentuan. (2) Operating Leasing Teknik leasing dalam bentuk ini, dengan sengaja lessor membeli barang modal lalu selanjutnya di lease kan kepada pihak lessee. Pada teknik ini berbeda dengan finance lease, pada operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak cukup menutup jumlah beban yang harus dikeluarkan untuk memperoleh modal tersebut berikut bunganya dikarenakan perusahaan leasing tersebut mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di lease kan atau melalui beberapa kontrak leasing berikutnya. Sistem operating lease ini terkadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa merupakan suatu perjanjian kontrak antara lessor

19 9. Penyusutan Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 71-73), metode-metode penyusutan yang dpaat digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. b. Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method) menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. c. Metode Jumlah Unit Produksi (Sum of The Unit of Production Method) menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode Garis Lurus, sesuai dengan metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan perpajakan. 10. Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Sesuai dengan Pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 mengatur masa manfaat harta berwujud dengan tarif penyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldo menurun yaitu sebagai berikut:

20 Tabel 2.1. Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan Garis Lurus Saldo Menurun I. Bukan Bangunan Kelompok 1 4 Tahun 25% 50% Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25% Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 Tahun 5% 10% II. Bangunan Permanen 20 Tahun 5% - Tidak Permanen 10 Tahun 10% - 11. Definisi Pajak Penghasilan Menurut undang-undang No. 36 tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 tentang pajak penghasilan, penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang di terima atau diperoleh wajib pajak atas seluruh penghasilanya. Menurut Megawati (2017) Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan dikenakan atas penghasilan Kena Pajak perusahaan (penghasilan objek pajak tariff Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan. 12. Beban-beban yang dapat Dikurangkan Menurut undang-undang pasal 6 nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan: a. Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto

21 dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk: (1) biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: (a) (b) biaya pembelian bahan; biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; (c) (d) (e) (f) (g) bunga, sewa, dan royalti; biaya perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; (h) (i) biaya administrasi; dan pajak kecuali Pajak Penghasilan; (2) penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A; (3) iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

22 (4) kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; (5) kerugian selisih kurs mata uang asing; (6) biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; (7) biaya beasiswa, magang, dan pelatihan; (8) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat: (a) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; (b) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan (c) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang

23 pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; b. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; c. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; d. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; e. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan f. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. g. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun. h. Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. Penjelasan Pasal 6 Ayat (1) Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan

24 yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Di samping itu, apabila dalam suatu tahun Pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs, kerugian-kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Huruf a Biaya-biaya yang dimaksud pada ayat ini lazim disebut biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Dengan demikian, pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya.