PEDOMAN PELABELAN GIZI, KLAIM, DAN INFORMASI LAIN

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No BAB 9 FORMAT

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Grup I- Label Pangan

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

2013, No.710 6

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Checklist Survei Pencantuman Label pada Produk Susu Formula dan Makanan Bayi

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Lembaga Pemberi Kode Halal Asing yang Disahkan Oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT

INFORMASI NILAI GIZI

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Metode

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut :

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

KLAIM KANDUNGAN ZAT GIZI RENDAH ATAU BEBAS. Rendah 40 kkal (170 kj) per 100 g (dalam bentuk padat) atau 20 kkal (80 kj) per 100 ml (dalam bentuk cair)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN KLAIM PADA LABEL DAN IKLAN PANGAN OLAHAN

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONEASIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.480,2014 BADAN POM. Formula Bayi. Pengawasan. Keperluan Medis. Khusus. Perubahan.

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk.

a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab;

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

TENTANG KATEGORI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN KATEGORISASI RISIKO PENILAIAN PANGAN OLAHAN. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 19 Desember 20170

2. Spesifikasi MRS Broth (merk Merck )

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran. terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Transkripsi:

PEDOMAN PELABELAN GIZI, KLAIM, DAN INFORMASI LAIN DIREKTORAT STANDARDISASI PANGAN OLAHAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 2018

DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I Pendahuluan... A. Latar Belakang... B. Tujuan... C. Ruang Lingkup... BAB II Istilah dan Definisi... BAB III Panduan Perhitungan untuk Pencantuman Informasi Nilai Gizi... BAB IV Panduan Perhitungan untuk Pencantuman Klaim Pada Label Pangan Olahan... BAB V Panduan Perhitungan untuk Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus... BAB VI Panduan Perhitungan Pangan Olahan Organik... BAB VII Tanya Jawab...

BAB III PANDUAN PERHITUNGAN UNTUK PENCANTUMAN INFORMASI NILAI GIZI 1. Perhitungan kandungan gizi pada produk Nilai zat gizi pada tabel Informasi Nilai Gizi dihitung berdasarkan nilai target zat gizi yang ditetapkan oleh pelaku usaha dan dibuktikan dengan hasil analisa yang masih sesuai dengan ketentuan batas toleransi, karena hasil analisis zat gizi dapat mengalami variasi yang dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi bahan baku, proses produksi, dan metode analisis. Contoh 1 Produk A adalah produk susu bubuk dengan takaran saji 35 gram, yang tidak mencantumkan klam gizi dan klaim kesehatan pada label. Nilai target pelaku usaha untuk nilai protein = 4,2 gram per takaran saji (12 gram/ 100 gram) Hasil analisa protein = 10 gram/ 100 gram Ketentuan batas toleransi hasil analisis zat gizi untuk produk susu bubuk tanpa klaim (produk umum) adalah sekurang-kurangnya 80% dari nilai yang tercantum pada tabel informasi nilai gizi (*). Batas toleransi hasil analisis zat gizi dihitung dengan rumus: Hasil analisis zat gizi Nilai target pada tabel ING x 100% = 10 g x 100% = 83,33 % (masih memenuhi syarat batas toleransi) 12 g Sehingga pelaku usaha dapat mencantumkan nilai protein sebesar 4,2 gram per takaran saji. (*) Ketentuan ini tercantum dalam tercantum dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi Contoh 2 Produk B dengan berat bersih 500 ml memiliki takaran saji 250 ml (2 sajian per kemasan). Berdasarkan hasil analisis laboratorium diketahui per 100 ml produk mengandung energi 525 kkal, karbohidrat 126 gram, protein 4 gram, dan lemak 0,9 gram. Berapa kandungan gizi produk per takaran saji?

Kandungan gizi per takaran saji produk dihitung dengan rumus sebagai berikut: Takaran saji x Kandungan gizi produk sesuai hasil analisa 100 ml Kandungan gizi per takaran saji produk B adalah: 250 ml Energi x 525 kkal = 1312,5 kkal 100 ml 250 ml Karbohidrat x 126 g = 315 g 100 ml 250 ml Protein 100 ml x 4 g = 10 g Lemak 250 ml x 0,9 g = 2,25 g 100 ml Contoh 3 Produk C dengan peruntukan umum memiliki berat bersih 450 gram dengan takaran saji 45 gram (10 sajian per kemasan). Berdasarkan hasil analisis laboratorium diketahui per 100 gram produk mengandung energi 377 kkal, karbohidrat 46,2 gram, protein 6,2 gram, dan lemak 18,6 gram. Berapa kandungan gizi produk dan persentase AKG per takaran saji. Kandungan gizi dan persentase AKG per takaran saji produkdihitung dengan rumus sebagai berikut: Kandungan gizi = Takaran saji x Kandungan gizi sesuai hasil analisa 100 g Persentase AKG = Kandungan gizi x 100% ALG zat gizi ( ) (*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi No Zat gizi Kandungan gizi Persentase AKG 1. Energi 45 g 100 g x 377 kkal = 170 kkal Persentase AKG untuk energi tidak ditampilkan pada tabel informasi nilai gizi 4

2. Karbohidrat 45 g 100 g x 46,2 g = 20,8 g ALG karbohidrat = 325 g 20,8 x 100% = 6,4% AKG 325 3. Protein 45 g 100 g x6,2 g = 2,8 g ALG protein= 60 g 2,8 x 100% = 4,7% AKG 60 4. Lemak 45 g 100 g x18,6 g = 8,4 g ALG lemak= 67 g 8,4 x 100% = 12,5% AKG 67 2. Perhitungan Batas Minimal Pencantuman Kandungan Vitamin dan Mineral Vitamin dan mineral yang dapat dicantumkan pada tabel Informasi Nilai Gizi harus berjumlah minimal 2% AKG (*). Batas minimal kandungan vitamin dan mineral dihitung dengan rumus: Kandungan gizi per takaran saji x 100% ALG zat gizi ( ) (*) Persyaratan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan (**) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi Contoh: Produk D berupa puding siap konsumsi dengan takaran saji 50 g akan mencantumkan kandungan vitamin A, vitamin C, besi, dan kalsium pada ING. Hasil analisa produk per 100 g adalah sebagai berikut: vitamin A 100 mcg, vitamin C 30 mg, besi 2 mg, dan kalsium 40 mg. Apakah keempat vitamin dan mineral tersebut dapat dicantumkan pada tabel ING? No. Zat gizi Hasil analisa (per 100 g) Kandungan gizi (per takaran saji) 1 Vitamin A 100 mcg 50 g x 100 mcg 100 g = 50 mcg Persentase AKG (per takaran saji) ALG = 600 mcg Keterangan 2% AKG 5

No. Zat gizi Hasil analisa (per 100 g) Kandungan gizi (per takaran saji) 2 Vitamin C 30 mg 50 g x 30 mg 100 g = 15 mg 3 Besi 2 mg 50 g 100 g x 2 mg = 1 mg 4 Kalsium 40 mg 50 g x 40 mg 100 g = 20 mg Persentase AKG (per takaran saji) 50 mcg 600 mc g x 100 % = 8,3% AKG ALG = 90 mg 15 mg 90 mg x 100 % = 16,7% AKG ALG = 22 mg 1 mg 22 mg x 100 % = 4,5% AKG ALG = 1100 mg 20 mg 1100 mg x 100 % = 1,8% AKG Keterangan (Dapat dicantumkan pada tabel ING) 2% AKG (Dapat dicantumkan pada tabel ING) 2% AKG (Dapat dicantumkan pada tabel ING) < 2% AKG (Tidak dapat dicantumkan dalam ING) 3. Batas toleransi hasil analisis zat gizi Bagian ini memuat contoh perhitungan batas toleransi hasil analisis zat gizi yang diimplementasikan pada pengawasan pangan olahan setelah beredar (post-market control), untuk memastikan apakah kandungan gizi produk yang beredar masih sesuai dengan kandungan gizi yang tercantum pada label. Contoh 1 Produk E adalah produk biskuit dengan berat bersih 100 g, berikut tabel Informasi Nilai Gizi produk tersebut : 6

A. Diperoleh hasil analisis serat pangan sebesar 0,8 g/ 100 g, apakah produk tersebut masih memenuhi syarat? Jawaban: Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 20 g, sehingga kandungan serat pangan pada tabel ING adalah 1 g/ 20 g. Hasil analisis serat pangan adalah 0,8 g/ 100 g, sehingga kandungan serat pangan per 20 gram produk adalah : 20 g x 0,8 g = 0,16 g 100 g Persentase kandungan serat pangan berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus: Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis Kandungan gizi pada tabel ING = 0,16 g 1 g x 100% = 16% x 100% Batas toleransi hasil analisis serat pangan untuk produk umum adalah sekurangkurangnya 80% dari nilai yang tercantum pada tabel ING (*), sehingga kandungan serat pangan pada produk tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT. (*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan B. Diperoleh hasil analisis kalsium sebesar 105 mg/ 100 g, apakah produk tersebut masih memenuhi syarat? Jawaban : Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 20 g. Kandungan kalsium pada tabel ING adalah 2% AKG per 20 g dan nilai ALG kalsium adalah 1100 mg (*). Maka jumlah kandungan kalsium dihitung dengan rumus: Nilai persentase AKG zat gizi x Nilai ALG zat gizi = 2% x 1100 mg = 22 mg/ 20 g 7

Hasil analisis kalsium adalah 105 mg/ 100 g, sehingga hasil analisis kalsium per 20 gram produk adalah : 20 g x 105 mg = 21 mg 100 g Persentase kandungan kalsium berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus: Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis Kandungan gizi pada tabel ING = 21 mg x 100% = 95,45% 22 mg x 100% Batas toleransi hasil analisis serat pangan untuk produk umum adalah sekurangkurangnya 80% dari nilai yang tercantum pada tabel ING (**), sehingga kandungan kalsium pada produk tersebut MEMENUHI SYARAT. (*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi (**) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan C. Diperoleh hasil analisis Natrium sebesar 350 mg/ 100 g, apakah produk tersebut masih memenuhi syarat? Jawaban : Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 20 g, sehingga kandungan natrium pada tabel ING adalah 90 mg/ 20 g. Hasil analisis natrium adalah 350 mg/ 100 g, sehingga kandungan natrium per 20 gram produk adalah : 20 g x 350 mg = 70 mg 100 g Persentase kandungan natrium berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus: Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis Kandungan gizi pada tabel ING = 70 mg x 100% = 77,78% 90 mg x 100% Batas toleransi hasil analisis natrium untuk produk umum adalah 80% - 120% dari nilai yang tercantum pada tabel ING (*), sehingga kandungan natrium pada produk tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT. 8

(*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan Contoh 2 Produk F adalah produk susu UHT dengan berat bersih 200 ml dan mencantumkan klaim sumber Vitamin A dan kalsium, berikut tabel Informasi Nilai Gizi produk tersebut : A. Diperoleh hasil analisis vitamin A sebesar 70 mcg/ 100 ml, apakah produk tersebut masih memenuhi syarat? Jawaban: Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml. Kandungan vitamin A pada tabel ING adalah 20% AKG per 200 ml, dan nilai ALG vitamin A adalah 600 mcg (*). Maka jumlah kandungan vitamin A dihitung dengan rumus: Nilai persentase AKG zat gizi x Nilai ALG zat gizi = 20% x 600 mcg = 120 mcg/ 200 ml Hasil analisis vitamin A adalah 70 mcg/100 ml, sehingga hasil analisis vitamin A per 200 ml produk adalah : 9

200 ml x 70 mcg = 140 mcg 100 ml Persentase kandungan vitamin A berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus: Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis Kandungan gizi pada tabel ING = 140 mcg x 100% = 116,67% 120 mcg x 100% Batas toleransi hasil analisis vitamin A untuk produk yang mencantumkan klaim adalah sekurang-kurangnya 100% dari nilai yang tercantum pada tabel ING(**), sehingga kandungan vitamin A pada produk tersebut MEMENUHI SYARAT. (*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi (**) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan B. Diperoleh hasil analisis kalsium sebesar 125 mg/ 100 ml, apakah produk tersebut masih memenuhi syarat? Jawaban : Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml. Kandungan kalsium pada tabel ING adalah 20% AKG per 200 ml, dan nilai ALG kalsium adalah 1100 mg (*). Maka jumlah kandungan kalsium dihitung dengan rumus: Nilai persentase AKG zat gizi x Nilai ALG zat gizi = 20% x 1100 mg = 220 mg/ 200 ml Hasil analisis kalsium adalah 125 mg/ 100 ml, sehingga hasil analisis kalsium per 200 ml produk adalah : 200 ml x 125 mg = 250 mg 100 ml Persentase kandungan kalsium berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus: Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis Kandungan gizi pada tabel ING = 250 mg x 100% = 113,64% 220 mg x 100% 10

Batas toleransi hasil analisis kalsium untuk produk yang mencantumkan klaim adalah sekurang-kurangnya 100% dari nilai yang tercantum pada tabel ING(**), sehingga kandungan kalsium pada produk tersebut MEMENUHI SYARAT. (*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi (**) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan C. Diperoleh hasil analisis lemak total sebesar 4 g/ 100 ml, apakah produk tersebut masih memenuhi syarat? Jawaban : Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml, sehingga kandungan lemak total pada tabel ING adalah 6 g/ 200 ml. Hasil analisis lemak total adalah 4 g/ 100 ml, sehingga kandungan lemak total per 200 ml produk adalah : 200 ml 100 ml x 4 g = 8 g Persentase kandungan lemak total berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus: Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis Kandungan gizi pada tabel ING = 8 g x 100% = 133,33% 6 g x 100% Batas toleransi hasil analisis lemak total untuk produk yang mencantumkan klaim adalah 100% - 120% dari nilai yang tercantum pada tabel ING(*), sehingga kandungan lemak total pada produk tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT. (*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan D. Diperoleh hasil analisis protein sebesar 2,5 g/ 100 ml, apakah produk tersebut masih memenuhi syarat? Jawaban : Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml, sehingga kandungan protein pada tabel ING adalah 6 g/ 200 ml. Hasil analisis protein adalah 2,5 g/ 100 ml, sehingga kandungan protein per 200 ml produk adalah : 11

200 ml 100 ml x 2,5 g = 5 g Persentase kandungan protein berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus: Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis Kandungan gizi pada tabel ING = 5 g x 100% = 83,33% 6 g x 100% Batas toleransi hasil analisis protein untuk produk yang mencantumkan klaim adalah sekurang-kurangnya 100%dari nilai yang tercantum pada tabel ING (*), sehingga kandungan protein pada produk tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT. (*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor.. tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan 4. Takaran saji Ketentuan takaran saji pangan olahan diatur dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Takaran Saji Pangan Olahan. Dalam peraturan tersebut, juga diatur bahwa: a. Berat bersih atau isi bersih Pangan Olahan paling sedikit satu atau setengah (satu per dua) dari ukuran satu Takaran Saji. b. Untuk Pangan Olahan dengan berat bersih atau isi bersih paling sedikit setengah (satu per dua) dari ukuran satu Takaran Saji, harus mencantumkan ING per saji dan per kemasan. Contoh: PT. Bakti akan memproduksi sari buah apel A dengan ukuran kemasan (isi bersih) 75 ml. Apakah ukuran kemasan tersebut dapat disetujui? Jawaban: Sari buah apel termasuk dalam Kategori Pangan 14.1.2.1 Sari Buah, yang memiliki takaran saji 125 250 ml. Produk diizinkan untuk memiliki berat bersih atau isi bersih paling sedikit setangah takaran saji. Dalam hal ini, setengah takaran saji produk sari buah dalah 62,5 ml. Jika produk sari buah apel A memiliki isi bersih 75 ml, maka ukuran kemasan produk tersebut dapat disetujui. 12

13

BAB IV PANDUAN PERHITUNGAN UNTUK PENCANTUMAN KLAIM PADA PANGAN OLAHAN Bagian ini mencakup penjelasan cara perhitungan persyaratan klaim gizi dan klaim kesehatan yang tercantum pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pengawasan Klaim pada Label dan Iklan Pangan Olahan. 1. Klaim Kandungan Zat Gizi A. Klaim Rendah atau Bebas Pangan Olahan yang secara alami tidak mengandung komponen tertentu, dilarang memuat klaim kandungan bebas yang terkait dengan komponen tersebut kecuali ditetapkan dalam ketentuan lain. Contoh: Produk minyak goreng tidak dapat mencantumkan klaim bebas kolesterol, karena minyak goreng dari sumber nabati secara alami tidak mengandung kolesterol. Pencantuman klaim bebas kolesterol dapat menimbulkan salah persepsi pada masyarakat bahwa produk yang tidak mencantumkan klaim tersebut berarti mengandung kolesterol dan tidak baik bagi kesehatan. Contoh perhitungan persyaratan klaim rendah atau bebas Contoh 1 Produk A adalah produk susu bubuk, dengan hasil analisis lemak sebesar 2,5 g/ 100 g. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim rendah lemak? Jawaban : Persyaratan klaim rendah lemak adalah tidak lebih dari 3 g/ 100 g (dalam bentuk padat). Hasil analisis lemak pada produk tersebut adalah 2,5 g/100 g (< 3 g/ 100 g), sehingga dapat diizinkan mencantumkan klaim rendah lemak. Contoh 2 Produk B adalah produk minuman rasa buah, dengan hasil analisis gula sebesar 2,7 g/ 100 ml. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim rendah gula? Jawaban : Persyaratan klaim rendah gula adalah tidak lebih dari 2,5 g/ 100 ml (dalam bentuk cair) Hasil analisis gula pada produk tersebut adalah 2,7 g/100 ml (> 2,5 g/ 100 ml), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim rendah gula.

Contoh 3 Produk C adalah produk yogurt, dengan hasil analisis lemak jenuh sebesar 0,05 g/100 ml dan lemak trans sebesar 0,85 g/ 100 ml. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim bebas lemak jenuh? Jawaban: Persyaratan klaim bebas lemak jenuh adalah kandungan lemak jenuh tidak lebih dari 0,1 g/ 100 ml (dalam bentuk cair) dan memenuhi persyaratan rendah lemak trans, yaitu kandungan lemak trans tidak lebih dari 0,75 g/ 100 ml (dalam bentuk cair). Hasil analisis lemak jenuh pada produk tersebut adalah 0,05 g/100 ml (< 0,1 g/100 ml, memenuhi persyaratan), namun hasil analisis lemak trans sebesar 0,85 g/ 100 ml (> 0,75 g/ 100 ml, tidak memenuhi persyaratan), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim bebas lemak jenuh. B. Klaim Sumber atau Tinggi Contoh 1 Produk A adalah produk keju cheddar, dengan hasil analisis kalsium sebesar 190 mg/ 100 g. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim sumber kalsium atau tinggi kalsium? Jawaban : A. Persyaratan klaim sumber kalsium adalah kandungan kalsium tidak kurang dari 15% ALG per 100 g (dalam bentuk padat). Nilai ALG kalsium adalah 1100 mg (*), maka persyaratan jumlah kandungan kalsium dihitung dengan rumus: Nilai persentase ALG zat gizi x Nilai ALG zat gizi = 15% x 1100 mg = 165 mg/ 100 g Hasil analisis kalsium pada produk tersebut adalah 190mg/100 g (>165 mg/ 100 g), sehingga dapat diizinkan mencantumkan klaim sumber kalsium atau mengandung kalsium. B. Persyaratan klaim tinggi kalsium adalah kandungan kalsium tidak kurang dari 2 kali jumlah untuk klaim sumber kalsium. Berdasarkan hasil perhitungan klaim sumber kalsium pada poin A sebesar 165 mg/ 100 g, maka persyaratan jumlah kandungan kalsium pada klaim tinggi kalsium adalah: 15

2 x 165 mg = 330 mg/ 100 g Hasil analisis kalsium pada produk tersebut adalah 190 mg/100 g (< 330 mg/ 100 g), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim tinggi kalsium atau kaya kalsium. (*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi Contoh 2 Produk B adalah produk minuman serbuk, dengan hasil analisis vitamin B1 sebesar 0,12mg/100 g. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim sumber vitamin B1 atau tinggi vitamin B1? Jawaban : A. Persyaratan klaim sumber vtamin B1 adalah kandungan vitamin B1tidak kurang dari 15% ALG per 100 g (dalam bentuk padat). Nilai ALG vitamin B1 adalah 1,4 mg (*), maka persyaratan jumlah kandungan vitamin B1 dihitung dengan rumus: Nilai persentase ALG zat gizi x Nilai ALG zat gizi = 15% x 1,4 mg = 0,21 mg/ 100 g Hasil analisis vitamin B1 pada produk tersebut adalah 0,12 mg/100 g (< 0,21 mg/ 100 g), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim sumber vitamin B1 atau mengandung vitamin B1. B. Persyaratan klaim tinggi vitamin B1 adalah kandungan vitamin B1 tidak kurang dari 2 kali jumlah untuk klaim sumber vitamin B1. Berdasarkan hasil perhitungan klaim sumber vitamin B1 pada poin A sebesar 0,21 mg/ 100 g, maka persyaratan jumlah kandungan vitamin B1 pada klaim tinggi vitamin B1 adalah: 2 x 0,21 mg = 0,42 mg/ 100 g Hasil analisis vitamin B1 pada produk tersebut adalah 0,12 mg/100 g (< 0,42 mg/ 100 g), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim tinggi vitamin B1 atau kaya vitamin B1. (*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi 16

C. Klaim Perbandingan Zat Gizi Tipe Klaim Persyaratan Kondisi Dikurangi/kurang 1. Perbedaan relatif kandungan dari (fewer)/kurang untuk zat gizi mikro kecuali (light)/atau istilah natrium terhadap pangan yang lain yang dibandingkan paling sedikit 10% maknanya sama ALG. 2. Perbedaan relatif kandungan energi dan natrium serta zat gizi lain terhadap pangan yang dibandingkan paling sedikit 25%. 3. Perbedaan mutlak paling sedikit memenuhi persyaratan rendah sebagaimana ditetapkan dalam klaim kandungan zat gizi. Ditingkatkan/lebih 1. Perbedaan relatif kandungan dari /lebih /ekstra untuk zat gizi mikro terhadap (extra)/diperkaya pangan yang dibandingkan /plus/ditambahkan paling sedikit 10% ALG. /difortifikasi 2. Perbedaan relatif kandungan energi dan zat gizi lain terhadap pangan yang dibandingkan paling sedikit 25%. 3. Perbedaan mutlak sekurangkurangnya memenuhi persyaratan sumber sebagaimana ditetapkan dalam klaim kandungan zat gizi. Produk merupakan formulasi baru. Dibandingkan dengan produk Pangan Olahan sejenis dari produsen yang sama, kandungan zat gizi yang dibandingkan lebih rendah atau tinggi. Pada label dan iklan Pangan Olahan harus dinyatakan dengan jelas produk yang dibandingkan. Perbedaan kandungan dinyatakan dalam presentase, pecahan atau dalam angka mutlak terhadap pangan yang dibandingkan dalam jumlah yang sama. Contoh perhitungan persyaratan klaim perbandingan zat gizi Contoh 1: Klaim kurang gula PT. Maju Terus telah memproduksi minuman rasa buah A yang mengandung gula 12 g/ 100 ml. Perusahaan tersebut berencana akan mencantumkan klaim kurang gula pada 17

minuman rasa buah B yang diproduksi dengan formula baru, yaitu kandungan gula diturunkan menjadi 5 g/ 100 ml. Apakah minuman rasa buah B tersebut dapat mencantumkan klaim kurang gula? Jawaban: Persyaratan klaim perbandingan zat gizi kurang gula adalah: a. Perbedaan relatif kandungan gula terhadap pangan yang dibandingkan paling sedikit 25%. b. Perbedaan mutlak paling sedikit memenuhi persyaratan rendah gula, yaitu 2,5 g per 100 ml (dalam bentuk cair). Cara perhitungan: Kandungan gula (per 100 ml) Produk A (Formula Lama) Produk B (Formula Baru) 12 g 5 g Perbedaaan relatif (12 g 5 g) x 100% 12 g = 58,33% Kesesuaian dengan persyaratan syarat (> 25%) Perbedaan mutlak 12 g 5 g= 7 g syarat (> 2,5 g/ 100 ml) Kesimpulan: Produk B dapat diizinkan mencantumkan klaim kurang gula. Contoh 2: Klaim kurang natrium PT. Selalu Jaya telah memproduksi mi instan A yang mengandung natrium 800 mg/100 g. Perusahaan tersebut berencana akan mencantumkan klaim kurang natrium pada mi instan B yang diproduksi dengan formula baru, yaitu kandungan natrium diturunkan menjadi 600 mg/100 g. Apakah mi instan B tersebut dapat mencantumkan klaim kurang natrium? Jawaban: Persyaratan klaim perbandingan zat gizi kurang natrium adalah: a. Perbedaan relatif kandungan natrium terhadap pangan yang dibandingkan paling sedikit 25%. b. Perbedaan mutlak paling sedikit memenuhi persyaratan rendah natrium, yaitu 0,12 g per 100 g atau 120 mg per 100 g. 18

Cara perhitungan: Kandungan natrium (per 100 g) Produk A (Formula lama) Produk B (Formula Baru) 800 mg 600 mg Perbedaaan relatif (800 600 ) x 100% 800 Perbedaan mutlak = 25% 800 mg 600 mg= 200 mg Kesesuaian dengan persyaratan syarat ( 25%) syarat ( 120 mg/ 100 g) Kesimpulan:Produk B dapat mencantumkan klaim kurang natrium. Contoh 3: Klaim ekstra vitamin C PT. Bahagia Ceria telah memproduksi minuman sari buah jeruk A yang mengandung vitamin C 25 mg/100 ml. Perusahaan tersebut berencana akan mencantumkan klaim ekstra vitamin C pada minuman sari buah jeruk B yang diproduksi dengan formula baru, yaitu kandunganvitamin Cdinaikkan menjadi 70 mg/100 ml.apakah minuman sari buah jeruk B tersebut dapat mencantumkan klaim ekstra vitamin C? Jawaban: Persyaratan klaim perbandingan zat gizi ekstra vitamin C adalah: a. Perbedaan relatif kandungan untuk vitamin C terhadap pangan yang dibandingkan paling sedikit 10% ALG. Nilai ALG untuk vitamin C adalah 90 mg (*), sehingga perbedaan relatif kandungan vitamin C paling sedikit adalah : 10% x 90 mg = 9 mg/100 ml. b. Perbedaan mutlak paling sedikit memenuhi persyaratan sumber vitamin C yaitu tidak kurang dari 7,5% ALG per 100 ml (dalam bentuk cair) Nilai ALG untuk vitamin C adalah 90 mg (*), sehingga perbedaan mutlak kandungan vitamin C paling sedikit adalah : 7,5% x 90 mg = 6,75 mg/100 ml. Cara perhitungan: 19

Kandungan vitamin C (per 100 ml) Produk A (Formula Lama) Produk B (Formula Baru) 25 mg 70 mg Perbedaan relatif (70 25 ) x 100% 70 = 64,29% Perbedaan mutlak 70 mg 25 mg= 45 mg Kesesuaian dengan persyaratan syarat ( 10% ALG) syarat ( 7,5% ALG) Kesimpulan:Produk B dapat mencantumkan klaim ekstra vitamin C. (*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Acuan Label Gizi 20

BAB V PANDUAN CARA PERHITUNGAN PERSYARATAN PANGAN OLAHAN UNTUK KEPERLUAN GIZI KHUSUS Bagian ini mencakup penjelasan cara perhitungan persyaratan pangan olahan untuk keperluan gizi khusus yang tercantum pada Peraturan Badan POM Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus. 1. Cara Perhitungan Informasi Nilai Gizi Jika dalam peraturan ditetapkan bahwa kandungan gizi produk harus dicantumkan per per 100 kkal, berikut adalah contoh perhitungan kandungan zat gizi per 100 kkal tersebut. Contoh 1 Formula bayi A memiliki hasil analisis zat gizi sebagai berikut : No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis (per 100 g) 1 Energi kkal 476 2 Lemak g 24 3 Protein g 9 4 Karbohidrat g 56 5 Vitamin B1 mg 0,45 6 Vitamin B12 mcg 0,8 7 Kalsium mg 340 8 Magnesium mg 50 Berapa nilai zat gizi tersebut diatas untuk per 100 kkal? Jawaban : Petunjuk penggunaan: 1 sendok takar : 4,3 g dilarutkan dalam 30 ml air matang. Jumlah energi per 100 ml: Jumlah energi per 1 sendok takar (4,3 g) atau 30 ml 476kkal 100 g x 4,3g = 20,5 kkal 21

Jumlah energi per 100 ml = 20,5kkal 100 ml x 30 ml = 68 kkal Jadi, dalam 100 ml formula bayi A siap konsumsi mengandung 68 kkal, sehingga MEMENUHI SYARAT kandungan energi dalam formula bayi (60 70 kkal per 100 ml produk). Perhitungan nilai zat gizi Nilai zat gizi per 100 kkal dihitung dengan rumus: Hasil analisis zat gizi Hasil analisa energi per 100 g (kkal) No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis (per 100 g) Nilai per 100 kkal 1 Lemak g 24 24 g 476 kkal = 5 g 2 Protein g 9 9 g 476 kkal = 1,9g 3 Karbohidrat g 56 56 g 476 kkal = 11,8 g 4 Vitamin B1 mg 0,45 0,45mg 476 kkal = 0,09 mg Keterangan syarat (4,4 6 g/ 100 kkal) syarat (1,8 3 g/ 100 kkal) syarat (9 14 g/ 100 kkal) syarat (min 60 mcg/ 100 kkal; ABA 300 mcg) 22

5 Vitamin B12 mcg 0,8 0,8mcg 476 kkal = 0,17 mcg 6 Kalsium mg 340 340mg 476 kkal = 71,43 mg 7 Magnesium mg 50 50mg 476 kkal = 10,5 mg syarat (min 0,1 mcg/ 100 kkal; ABA 1,5 mcg) syarat (min 50mg; ABA 140 mg) syarat (min 5 mg; ABA 15 mg) 2. Cara Perhitungan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus Contoh 1 Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus untuk Penyandang Diabetes sebagai berikut : No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis (per 100 g) 1 Energi kkal 463 2 Protein g 17 3 Karbohidrat g 65 4 Serat g 7 5 Lemak g 15 6 Lemak Jenuh g 1,8 7 Lemak tidak jenuh ganda g 4,2 8 Lemak tidak jenuh tunggal g 9 9 Kolesterol g 0 23

10 Natrium mg 200 Berapa nilai zat gizi tersebut diatas untuk per 100 kkal? Jawaban : Petunjuk penggunaan Jumlah energi per 100 g adalah 463 kkal Jumlah anjuran konsumsi per hari adalah 120 g (@60 g, 2 kali konsumsi per hari) Sehingga jumlah asupan energi per hari : 463 kkal 100 g x 120 g = 556 kkal per hari Perhitungan nilai zat gizi Nilai zat gizi per 100 kkal dihitung dengan rumus: Hasil analisis zat gizi Hasil analisa energi per 100 g (kkal) No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis (per 100 g) Nilai per 100 kkal 1 Protein g 17 17 g 463 kkal = 3.7 g Jumlah protein per hari: 3,7 g x 556kkal 100 kkal = 20,4 g Keterangan Syarat (2,5 5 g) atau (10 20% total kalori sehari) Jumlah energi dari protein per hari: 20,4 g x 4 kkal = 81,7 kkal Persentase energi protein : 81,7 kkal 556 kkal x 100% = 15% 24

2 Karbohidrat g 65 65 g 463 kkal = 14 g 3 Serat g 7 7 g 463 kkal = 1,5 g 4 Lemak g 15 15 g 463 kkal = 3,2 g Jumlah lemak per hari: 3,2 g x 556kkal 100 kkal = 18 g Jumlah energi dari lemak per hari: 18 g x 9 kkal = 162 kkal Syarat (11,25 16,25 g) Syarat (1 1,75 g) Tidak Syarat (2,22 2,78 g) atau (20 25% total kalori sehari) Persentase energi lemak : 162 kkal x 100% = 29% 556 kkal 5 Lemak Jenuh 6 Lemak tidak jenuh ganda g 1,8 1,8 g 463 kkal = 0,4 g g 4,2 4,2 g 463 kkal = 0,9 g Syarat (< 0,78 g) Syarat (< 1,11 g) 25

7 Lemak tidak jenuh tunggal g 9 9 g 463 kkal = 1,9 g Syarat (sisa dr lemak total) 8 Kolesterol mg 0 0 Syarat (< 10 mg) 9 Natrium mg 200 200 g x 100kkal 463 kkal = 43,2 g Syarat (<115 mg) Contoh 2 Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus untuk Pasien Penyakit Hati Kronik sebagai berikut : No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis (per 100 g) 1 Energi kkal 450 2 Lemak g 16,7 3 Protein g 15 4 Karbohidrat g 60 5 Natrium mg 208 Berapa nilai zat gizi tersebut diatas untuk per 100 kkal? Jawaban : Petunjuk penggunaan Takaran saji 60 gram dilarutkan dalam 250 ml air. Perhitungan nilai zat gizi Nilai zat gizi per 100 kkal dihitung dengan rumus: Hasil analisis zat gizi Hasil analisa energi per 100 g (kkal) 26

No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis (per 100 g) Nilai per 100 kkal Keterangan 1 Energi kkal 450 Energi per saji (60 g atau 250 ml) : 450 kkal 100 g x 60 g = 270 kkal Syarat (100 150 kkal) Energi per 100 ml : 270 kkal 250 ml x 100ml = 108kkal 2 Lemak g 16,7 16,7 g 450 kkal x100kkal = 3,7 g 3 Protein g 15 15 g 450 kkal = 3.3 g 4 Karbohidrat g 60 60 g 450 kkal = 13,3g Energi dari karbohidrat: 13,3 g x 4 kkal = 53,2 kkal Persentase energi dari Karbohidrat: 53,2 kkal 100 kkal x100 % = 53,2% Syarat (3 4,3 g) Syarat (9,1 14,6 g) atau (50 60% dari kebutuhan energi non protein) 5 Natrium mg 280 280mg 450 kkal = 46,3 mg Syarat (41,7 71,4 mg) 27

BAB VI PANDUAN PERHITUNGAN PANGAN OLAHAN ORGANIK Bagian ini mencakup penjelasan cara perhitungan persentase kandungan pangan organik pada pangan olahan organik yang tercantum pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik. PERSYARATAN 1) Pangan Olahan Organik harus mengandung Pangan Organik paling sedikit 95% (sembilan puluh lima persen) dari total berat atau volume, tidak termasuk air dan garam. 2) Pangan non Organik dapat digunakan paling banyak 5% (lima persen) dari total berat atau volume, tidak termasuk air dan garam. 3) Pangan non Organik sebagaimana dimaksud pada poin 2 tidak merupakan Pangan sejenis dengan Pangan Organik yang digunakan sebagaimana dimaksud pada poin 1. 4) Air dan garam sebagaimana dimaksud pada poin 1 dan poin 2 merupakan air dan garam yang ditambahkan selama proses pengolahan Pangan. 5) Garam sebagaimana dimaksud pada poin 1 dan poin 2 berupa Natrium Klorida dan/atau Kalium Klorida. Contoh Perhitungan: Produk pasta tomat mengandung tomat organik 250 gram, gula 50 g, BTP penstabil (kallium klorida) 2 g, dan garam 4 g. Perhitungan persentase pangan organik dengan rumus: Kandungan pangan organik x 100% Total berat atau volume produk (tidak termasuk air dan garam) = 250 g x 100% = 82,78% (250 g + 50 g + 2 g) Persentase kandungan pangan organik (tomat organik) kurang dari 95%, sehingga produk pasta tomat tersebut tidak diizinkan mencantumkan keterangan tentang organik. 28