RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN EFEKTIVITAS KELOMPOK DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

METODE KAJIAN. Tipe Kajian

EFEKTIVITAS KELOMPOK

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

P E N D A H U L U A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

BAB III METODE KAJIAN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

A. MEKANISME PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DI UPK PNPM MANDIRI PEDESAAN KEC. SEMANDING KAB. TUBAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

KEPALA DESA KIRIG KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS PERATURAN DESA KIRIG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA KIRIG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH. Nitro PDF Trial. Periode Tahun Kepemimpinan MHR MHR MHR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM?

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Lingkup Tugas. : Ketua RW : - POSISI / JABATAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

Transkripsi:

RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN EFEKTIVITAS KELOMPOK DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN Analisis Masalah Secara umum, tujuan Program Pengembangan Kecamatan adalah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat melalui pemberian modal usaha untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan sarana prasarana yang mendukung kegiatan ekonomi pedesaan. Dalam pelaksanaannya dengan menggunakan sistem tanggung renteng, melalui yang sudah ada atau yang sudah berumur minimal satu tahun. Strategi pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan oleh Garvin (1986) dianggap sebagai strategi yang dapat mengembangkan kemampuan manusia dalam mencapai keberhasilan, terutama di pedesaan yang masyarakatnya hidup dalam kebersamaan, namun dalam kenyataannya ada juga pengelolaan dana PPK yang berhasil tanpa menerapkan pendekatan. Dalam kajian ini pengamatan dilakukan terhadap dua pemanfaat dana PPK yakni Rukun Tetangga 78 dan Usaha Bersama Semangka. Oleh karena itu analisis masalah dan kebutuhan juga disesuaikan dengan kondisi masingmasing Permasalahan Umum pada Kelompok Rukun Tetangga 78 dan Kelompok Usaha Bersama Semangka Berdasarkan hasil kajian terhadap Rukun Tetangga 78 dan Usaha Bersama Semangka dapat diinventarisir kesamaan permasalahan sebagai berikut : 1. Suasana yang kurang kondusif, hal ini disebabkan karena seluruh anggota berkumpul satu tahun hanya dua kali yakni pada saat kunjungan tim verifikasi dan pencairan dana, setelah itu berjalan sendiri-sendiri, sehingga interaksi

antar anggota dirasa kurang, hal ini dapat mengakibatkan ikatan emosional / kohesivitas anggota kurang, sehingga anggota kurang memiliki kepedulian, anggota dengan mudah melepaskan keanggotaannya seakan-akan semua urusan sudah diserahkan kepada ketua, meskipun di dalam stuktur dibentuk ketua, sekretaris dan bendahara, namun dalam pelaksanaannya semua dipegang ketua Hal ini mengakibatkan ketergantungan pada ketua telalu besar dan rawan terhadap penyimpangan karena kurang adanya kontrol. 2. Kepemimpinan bergilir tidak berjalan, karena masa bakti jabatan ketua tidak dibatasi, kecenderungan yang terjadi adalah adanya dominasi oleh ketua. 3. Tujuan, dibuat hanya untuk jangka pendek yakni satu tahun (waktu untuk mengangsur), tentu saja hal ini akan berpengaruh pada kinerja, sehingga manfaat yang didapat belum bisa maksimal. 4. Semua perencanaan yang dibuat berdasarkan musyawarah dan mufakat tidak pernah diperbaharui sehingga tidak mengikuti perkembangan situasi 5. Dinamika performa, dari tahun ke tahun tidak berkembang. Hal ini dilihat dari jumlah anggota dan besarnya pinjaman untuk kedua tidak banyak berubah. Permasalahan yang dihadapi kedua ini mengakibatkan rendahnya efektivitas yang terlihat dalam suasana yang kurang kondusif, tidak ada pergantian ketua, tujuan hanya untuk jangka pendek, aturan tidak pernah diperbaharui, dinamika performa relatif statis, yang berakibat pada sulitnya mencapai hasil yang maksimal, maka kebutuhan kedua adalah perlunya optimalisasi fungsi.

Permasalahan Khusus pada Kelompok Rukun Tetangga 78 dan Kelompok Usaha Bersama Semangka Permasalahan Khusus Kelompok Rukun Tetangga 78 Pada Rukun Tetangga 78 di samping menghadapi permasalahan umum juga menghadapi permasalahan khusus yakni : 1. Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari perangkapan tugas yang dibebankan kepada salah satu pengurus. Dalam hal ini tugas sekretaris dan bendahara dirangkap oleh ketua. 2. Partisipasi anggota dalam kegiatan rendah, hal ini terlihat dari sikap anggota yang terlalu pasrah, semua urusan diserahkan kepada ketua. 3. Kurangnya kerja sama antar anggota dalam mengembangkan. Hal ini disebabkan anggota sibuk mengurus usahanya sendiri-sendiri dan mereka beranggapan bahwa bekerja sama tidak penting karena usaha dijalankan masingmasing Permasalahan yang dihadapi Rukun Tetangga 78 merupakan masalah yang menyebabkan sulit mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, kebutuhan penting Rukun Tetangga 78 adalah perlunya motivasi untuk meningkatkan kesadaran ber dan membangun kerja sama antar anggota. Permasalahan Khusus Kelompok Usaha Bersama Semangka Selain menghadapi permasalahan umum, Usaha Bersama Semangka juga menghadapi masalah khusus yakni :Tidak ada penilaian kontinyu, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya sistem pelaporan, karena tidak mempunyai kas / kepemilikan bersama Berdasarkan analisis masalah sebagaimana telah dijelaskan, maka kebutuhan Usaha Bersama Semangka adalah perlunya pengelolaan secara benar Proses Penyusunan Rancangan Program Penyusunan rancangan program peningkatan efektivitas dalam mendukung keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan, dilakukan secara partisipatif melalui kegiatan Focus Group Discusion (FGD) yang melibatkan

stakeholders yang terdiri dari unsur UPK kecamatan, UPK desa, wakil Usaha Bersama Semangka, wakil Rukun Tetangga 78 dan ketua LPMD. Dengan acara penentuan permasalahan dan kebutuhan serta potensi dan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun program peningkatan efektivitas dalam mendukung keberhasilan. Sebelum pembahasan masalah dan penyusunan program, fasilitator (pengkaji) mengungkapkan permasalahan berdasarkan karakteristik masing-masing yang berpedoman pada hasil kajian. Kemudian secara bersama-sama melakukan katagori masalah dan menentukan prioritas masalah. Selain itu dilakukan juga identifikasi potensi lokal yang dapat mendukung peningkatan efektivitas. Potensi Lokal dan Penentuan Masalah Potensi Lokal Berdasarkan hasil kajian dan diskusi terfokus, dapat dikemukakan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan efektivitas baik untuk Rukun Tetangga 78 maupun Usaha Bersama Semangka yaitu : 1. Hubungan antar warga (ketetanggaan) terjalin dengan baik yang dapat diamati melalui sikap yaitu saling membantu dan kekeluargaan, terutama dalam hal membantu kerepotan yang dialami tetangganya, seperti saat ada kematian. Hajatan atau saat tertimpa musibah. 2. Keberadaan ketua RT sebagai panutan warga, hal ini terlihat dari apa yang dianjurkan oleh ketua RT, warga masyarakat akan mematuhinya 3. Adanya lembaga kemasyarakatan baik formal seperti lembaga pemerintahan (desa, dukuh, RW, RT) maupun non formal seperti forum2 warga yang bertujuan melayani dan menjaga hubungan sosial antar warga (ajang silaturahmi). Kelembagaan ini yang dipakai oleh warga dalam memenuhi kebutuhannya, seperti dalam hal pengajuan dana PPK 4. Tanggapan masyarakat terhadap program sangat positif, dengan mengamati komentar warga tentang keberadaan PPK, mereka merasa keberadaan PPK sangat membantu

tercukupinya kebutuhan mereka melalui pinjaman dana modal usaha serta dapat membantu pembangunan fisik. 5. Tim Pelaksana Kegiatan Desa memiliki pengurus yang terlatih dibidang pembukuan dan dapat dipercaya, hal ini dilihat dari awal keberadaan PPK sampai sekarang dapat melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk operasionalnya. Hal ini dapat dilihat dari laporan pertanggung jawaban kegiatan Tim Pelaksana Desa yang secara rutin dibuat untuk disebar luaskan. 6. Ketua, memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya. 7. Motivasi anggota yang tinggi dalam menggunakan dana untuk pengembangan usaha, supaya ada tambahan penghasilan dan ada niat untuk mengembalikan dana pinjaman, demi menjaga keberlangsungan program. Di samping itu ada beberapa hal yang dapat dipandang sebagai ancaman bagi keberlangsungan yakni : 1. Adanya isu yang beredar di kalangan masyarakat bahwa PPK adalah hibah untuk masyarakat miskin, sehingga tidak harus mengembalikan 2. Dasar dari pengelolaan dana PPK yang tidak menggunakan agunan, sehingga masyarakat tidak merasa takut untuk melakukan penunggakan 3. Semakin banyaknya penawaran kredit baik yang berasal dari masyarakat yang berwujud simpan pinjam maupun yang berasal dari pemerintah seperti program mikro kredit, program P2KP maupun oleh perbankan, semua ini berpotensi penggunaan dana PPK yang tidak sesuai dengan tujuannya, misalnya untuk menutup tunggakan hutang pada lembaga keuangan lainnya sehingga terjadi gali lubang tutup lubang, yang semakin memberatkan warga masyarakat. Penentuan Masalah Berdasarkan hasil kajian dan diskusi terfokus, dapat inventarisir permasalahan yang dapat menghambat peningkatan efektivitas, baik yang terdapat pada Rukun Tetangga 78 maupun Usaha Bersama Semangka untuk menemukan penyebabnya dan dicari cara mengatasinya.

Penentuan masalah pada Rukun Tetangga 78 Secara keseluruhan permasalahan yang dihadapi Rukun Tetangga 78 sebagai berikut : 1. Prioritas masalah : a. Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai pembagian kerja yang telah ditetapkan b. Partisipasi anggota dalam kegiatan rendah c. Kurangnya kerja sama antar anggota dalam pengembangan d. Suasana tidak kondusif e. Kepemimpinan bergilir tidak berjalan f. Tujuan dibuat untuk jangka pendek g. Norma tidak pernah diperbaharui h. Dinamika performa statis 2. Sebab-sebab masalah : a. Ketua menganggap masih bisa mengerjakan sendiri b. Anggota terlalu pasrah, menyerahkan semua urusan kepada ketua c. Ketua tidak pernah melibatkan anggota untuk pengembangan d. Interaksi anggota rendah e. Ada anggapan tidak semua orang dapat memimpin f. Umur hanya satu tahun (waktu mengangsur) g. Tidak ada sistem evaluasi 3. Cara mengatasi : a. Optimalisasi fungsi, melalui pelatihan keterampilan teknik manajerial untuk mengelola. b. Motivasi untuk meningkatkan kesadaran ber dan membangun kerja sama antar anggota. Berdasarkan hasil penentuan masalah, kemudian disusun rencana program sebagai implementasi dari aktivitas pemecahan masalah

Program Optimalisasi Fungsi Kelompok dan Peningkatan Partisipasi Anggota Dalam Pengembangan Kelompok bagi Kelompok Rukun Tetangga 78 Tujuan Tujuan program optimalisasi fungsi dan peningkatan partisipasi anggota dalam pengembangan bagi Rukun Tetangga 78, yaitu : 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam mengelola 2. Meningkatkan partisipasi anggota dalam pengembangan 3. Meningkatkan kerja sama antar anggota Rancangan Program Program disusun secara partisipatif melalui diskusi terfokus (FGD) yang diikuti oleh anggota dan pengurus Rukun Tetangga 78, wakil Tim Pelaksana Kegiatan Desa. Dalam penyusunan program ini, pengkaji berperan sebagai fasilitator. Program yang disusun mencakup penentuan tujuan program, penentuan kegiatan yang akan dilakukan dan peranan masing-masing pihak yang terlibat. Secara lebih rinci penyusunan program optimalisasi fungsi dan peningkatan partisipasi anggota dalam pengembangan Rukun Tetangga 78 disajikan pada Tabel 8. berikut ini : Tabel 8 Rancangan Program Optimalisasi Fungsi Kelompok dan Peningkatan Partisipasi Anggota Dalam Pengembangan Kelompok Rukun Tetangga 78 No Program Tujuan Kegiatan Pihak Yang Terlibat 1 Optimalisasi fungsi Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam mengelola Penyuluhan Diskusi/tukar pengalaman mengelola Bimbingan dan pelatihan manajemen e Pengurus Anggota Tim Pelaksana Kegiatan Desa Pengurus Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan

2 Peningkatan partisipasi anggota dalam pengembangan 3 Peningkatan kerja sama antar anggota Sumber : Hasil FGD Menumbuhkan kesadaran anggota akan perannya sebagai bagian dari Menciptakan kekompakan diantara anggota Pemberian motivasi untuk ambil bagian dalam mengembangkan Pembagian tugas Menjalin kerja sama antar anggota dalam melakukan jenis usaha Penentuan Masalah pada Kelompok Usaha Bersama Semangka Pengurus Anggota Tim Pelaksana Kegiatan Desa Pengurus Anggota Tim Pelaksana Kegiatan Desa Permasalahan yang dihadapi Usaha Bersama Semangka secara keseluruhan sebagai berikut : 1. Prioritas masalah : a. Tidak adanya penilaian kontinu b. Suasana tidak kondusif c. Kepemimpinan bergilir tidak berjalan d. Tujuan dibuat untuk jangka pendek e. Norma tidak pernah diperbaharui f. Dinamika performa statis 2. Sebab-sebab masalah a. Tidak memiliki modal / kepemilikan bersama b. Interaksi anggota rendah c. Ada anggapan tidak semua orang dapat memimpin d. Umur hanya satu tahun (waktu mengangsur) e. Tidak ada sistem evaluasi 3. Cara mengatasi : a. Optimalisasi fungsi b. Pembentukan modal

Program Optimalisasi Fungsi Kelompok dan Pembentukan Modal Kelompok bagi Kelompok Usaha Bersama Semangka Tujuan Tujuan program optimalisasi fungsi dan pembentukan modal bagi Usaha Bersama Semangka, adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam mengelola 2. Meningkatkan kemampuan permodalan Rancangan Program Program optimalisasi fungsi dan pembentukan modal bagi Usaha Bersama Semangka, disusun secara partisipatif dengan melibatkan anggota, pengurus Rukun Tetangga 78, ketua RT, Tim Pelaksana Kegiatan Desa. Pada penyusunan program pengkaji berperan sebagai fasilitator. Hasil penyusunan program secara rinci disajikan pada Tabel 9 berikut ini Tabel 9 Rancangan Program Optimalisasi Fungsi Kelompok Dan Pembentukan Modal Kelompok Usaha Bersama Semangka No Program Tujuan Kegiatan Pihak yang Terlibat 1 Optimalisasi fungsi Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam mengelola Penyuluhan Diskusi/tukar pengalaman mengelola Bimbingan dan pelatihan manajemen Pengurus Anggota Tim Pelaksana Kegiatan Desa Pengurus Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan 2 Meningkatkan kemampuan permodalan Sumber : Hasil FGD Membentuk modal Meningkatkan produktivitas Membentuk simpan pinjam Menjalin kerja sama dengan pemilik lahan / modal Pengurus Anggota Tim Pelaksana Kegiatan Desa Tokoh Masyarakat Ketua RT

Program kegiatan pada Kelompok Rukun Tetangga 78 dan Kelompok Usaha Bersama Semangka sebagaimana tercantum pada Tabel 8 dan Tabel 9 dapat dijelaskan sebagai berikut : Optimalisasi Fungsi Kelompok melalui Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pengurus dan Anggota dalam Mengelola Kelompok. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota dalam mengelola baik dalam aspek teknik pelaksanaan kegiatan maupun dalam aspek manajerial. Pengetahuan dan keterampilan ini meliputi penentuan tujuan dan aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, pengorganisasian kegiatan, mobilisasi sumber-sumber, pengawasan dan evaluasi. Kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan dilakukan dengan : 1. Penyuluhan Penyuluhan merupakan aktivitas pendidikan yang memberikan berbagai informasi berkaitan dengan pengelolaan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota baik teknik maupun manajerial.penyuluhan melibatkan Tim Pelaksana Kegiatan desa dan Unit Pengelola Kegiatan kecamatan sebagai penanggung jawab program 2. Diskusi Diskusi ini dilakukan dalam rangka pendidikan dan pelatihan dua arah. Melalui diskusi akan terjadi transformasi pengetahuan dan pengalaman, sehingga akan menumbuhkan saling belajar. Orang yang cukup pengetahuan dan pengalaman akan membagi pengetahuan dan pengalamannya kepada yang kurang pengalaman. Untuk meningkatkan kualitas diskusi dapat melibatkan pengurus yang telah berhasil. 3. Bimbingan dan pelatihan keterampilan manajemen Bimbingan dan pelatihan manajemen merupakan teknik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan

anggota dalam aspek manajerial Peningkatan Partisipasi Anggota Dalam Pengembangan Kelompok. Program ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran anggota bahwa mereka adalah bagian dari, sehingga maju mundurnya sangat tergantung dari partisipasi anggota. Hal ini dapat dicapai melalui pembagian tugas yang jelas baik antar pengurus maupun antara pengurus dengan anggota. Peningkatan Kerja Sama Antar Anggota. Muara akhir dari terbangunnya kohesivitas adalah berkembangnya kerja sama antar anggota, sehingga tercipta kekompakan yang mendorong iklim usaha anggota. Meskipun jenis usaha yang dilakukan oleh anggota berbeda-beda, tetapi kerjasama dan saling bantu diantara anggota harus tetap terpelihara. Kerjasama diantara anggota dapat diwujudkan melalui pemberian motivasi untuk saling membantu ketika ada anggota yang mengalami hambatan dalam mengembangkan usahanya. Dukungan dari Tim Pelaksana Kegiatan Desa dalam meningkatkan motivasi anggota untuk kerja sama dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti. Peningkatan Kemampuan Permodalan. Kemampuan permodalan menunjuk pada kapasitas organisasi dalam aspek finansial untuk mendukung aktivitas dan keberlanjutan. Peningkatan kemampuan permodalan dapat memanfaatkan potensi dan sumber-sumber baik dari internal maupun eksternal. Pengembangan sumber-sumber dari dalam dilakukan dengan membentuk dan mengembangkan lembaga keuangan mikro sendiri yaitu membentuk simpan pinjam. Sedangkan sumber-sumber eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat permodalan. Tujuan dari peningkatan permodalan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan modal usaha anggota, sehingga dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Dalam kegiatan ini, dapat melibatkan pemerintah desa atau pemilik lahan yang dapat digarap dengan sisitem bagi hasil.