PENGARUH SIRIP TIPE LONGITUDINAL DAN TIPE ANNULAR PADA ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE MENGGUNAKAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI KONDENSOR SHELL AND TUBE BERPENDINGIN AIR PADA SISTEM REFRIGERASI NH 3

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER. ALAT DAN BAHAN - Alat Seperangkat alat Double Pipe Heat Exchanger Heater Termometer - Bahan Air

NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB I PENDAHULUAN. Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk proses-proses pendinginan dan pemanasan. Salah satu penggunaan di sektor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

ANALISIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA RADIATOR PADA SUMBER ENERGI PANAS PADA RANCANG BANGUN SIMULASI ALAT PENGERING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN FLUENT UNTUK SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN KECEPATAN PADA ALAT PENUKAR KALOR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Kaji Numerik Pengkondisian Udara di Workshop Teknik Mesin Universitas Majalengka Menggunakan Autodesk Simulation CFD 2015

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA TUJUH SILINDER VERTIKAL DENGAN SUSUNAN HEKSAGONAL DALAM REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM FLUENT

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PANJANG TERHADAP LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR PANAS PIPA KONSENTRIK. Budi Santoso *)

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ANALISIS PERHITUNGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR KALOR TYPE PIPA GANDA DI LABORATORIUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-174

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH SIRIP TIPE LONGITUDINAL DAN TIPE ANNULAR PADA ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE MENGGUNAKAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Faishal Faza 1), Rosyida Permatasari 2) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti 2) Lembaga Penelitian Universitas Trisakti E-mail: faishalfaza27@gmail.com; rosyida@trisakti.ac.id Abstrak Shell and Tube Heat Exchanger (STHE) merupakan alat yang pada umumnya terdiri dari bundle tube bulat yang dipasang didalam silinder shell dengan sumbu tabung yang sejajar dengan shell, digunakan untuk menukar energi panas antara dua fluida. Dalam pertukaran panas tersebut sangat diperlukan kinerja yang baik, salah satunya dengan penambahan sirip pada tube. Pemilihan sirip memiliki peran penting bagi optimasi desain STHE. Dengan menggunakan metoda Computational Fluid Dynamics pada software ANSYS maka didapatkan distribusi temperatur akibat penggunaan sirip tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan laju perpindahan panas yang terjadi pada tube dengan sirip annular mempunyai nilai laju perpindahan panas sebesar 247,32 W, sedangkan untuk tube dengan sirip longitudinal dan tanpa sirip sebesar 217,84 W dan 207,4 W. Kata kunci: Computational Fluid Dynamic, distribusi temperatur udara, laju aliran udara, Sirip Annular, Sirip Longitudinal Pendahuluan 1. Latar Belakang Perpindahan panas adalah salah satu bagian terpenting dalam sistem mesin pada masyarakat modern ini. Tapi dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dikarenakan energi yang dibutuhkan semakin meningkat, sehingga hampir semua proses industri melibatkan perpindahan panas. Terdapat beberapa jenis dari perpindahan panas yang digunakan pada penerapan industri yang biasa disebut dengan Alat Penukar Kalor (APK). Salah satu jenis APK yang digunakan dalam industri adalah jenis Shell dan Tube. Dalam penelitian ini, akan dianalisis APK dengan menggunakan water in-tube lurus yang ditambah aksesoris sirip (fin), yaitu sirip tipe longitudinal dan tipe Annular, serta APK yang akan dilakukan penelitian adalah tanpa baffle. Berdasarkan perhitungan teoritis, penambahan sirip (fin) pada tube akan menaikkan laju perpindahan kalor yang terjadi pada APK [1]. Hal ini harus diketahui oleh seorang insinyur secara menyeluruh dalam aspek jenis tube yang akan digunakan yang terdapat APK, guna menaikkan performa dari APK sehingga dapat mengurangi biaya yang operasional dan mencapai tingkat produksi yang paling baik. Studi Pustaka 1. Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger) Alat Penukar Kalor adalah alat yang dapat mengantarkan proses perpindahan panas diatara dua fluida yang berbeda tingkat energinya (temperatur) yang disekat oleh dinding (padat) atau tidak. Pemakaian spesifik alat tersebut dapat dilihat pada mesin pendingin ruangan (evaporator & condenser), mesin refrigerasi (evaporator & condenser), instalasi pembangkit daya (boiler, condenser, economizer, daerator, air preheater, superheater) dan lain-lain. Adapun beberapa tipe pesawat penukar kalor yang dikelompokkan berdasarkan konstruksinya, yaitu: 267

1. Tipe tube double (concentric tube), kedua fluida dipisahkan oleh dinding tube. 2. Tipe aliran silang (cross flow), dengan tipe kedua fluida bercampur dan tipe satu fluida bercampur dengan yang satunya tidak bercampur. 3. Tipe Shell and Tube, satu fluida mengalir di dalam tube-tube, sedangkan yang lainnya mengalir pda shell dengan pola aliran yang menyerupai aliran silang. 2. Shell and Tube Shell adalah wadah untuk cairan shell dan tube bundle yang ditempatkan di dalam shell. Untuk keperluan yang diperlukan dari pada tube bundle, diameter shell harus didesain sesuai keperluannya. Clearance antara tube bundle dan dinding shell dalam tergantung pada jenis penukar. 3. Analisis Perpindahan Panas Untuk menghitung perpindahan panas konveksi dapat menggunakan Newton s Law of Cooling, yaitu : q = ha(t s -T ) keterangan : q = laju perpindahan panas (W) h = koefisien konveksi (konduktansi film) (W/m 2 K) A = luasan yang tegak lurus arah perpindahan panas(m 2 ) T s = Temperatur permukaan padat (K) = Temperatur rata-rata fluida (K) T Gambar 1. Shell and Tube 4. Perpindahan Panas pada Sirip Adapun dalam pengaplikasiannya, pemilihan penggunaan fin bergatung pada luas, berat, manufaktur dan mempertimbangkan dari harga. Meskipun luas dari fin akan menurunkan koefisien konveksi permukaan dan menaikkan pressure drop saat aliran melintasi fin. ɳ f = = keterangan : q f = perpindahan panas pada sirip sebenarnya q max = perpindahan panas jika seluruh sirip bertemperatur sama dengan akar sirip h = koefisien konveksi di sekitar sirip A f = total luas permukaan sirip ϴ b = perbedaan temperatur antara sirip dengan temperatur udara (ϴ b = T b - T ) Untuk menghitung adanya laju perpindahan panas pada fin tipe annular : q total = q f + q o Dari persamaan perpindahan panas melalui fin q fin = N x ɳ f x q max Dimana N adalah jumlah sirip qmax untuk fin annular adalah 268

q max = ϴ b dimana A f = 2π dan perpindahan panas dari permukaan silinder langsung ke udara (tidak lewat sirip) : q o = h A o ϴ b, dengan harga A o = (H-Nt)2πr 1 Metodologi Penelitian Model komputasi dari sebuah APK secara keseluruhan dibatasi oleh sisi dalam dari shell dan segala sesuatu yang berada dalam shell terkandung dalam domain tersebut. Bagian masuk dan keluar terhubung dengan tabung yang sama. Untuk menyederhanakan simulasi numerik, digunakan beberapa asumsi penukar panas adalah terisolasi dengan baik, sehingga kehilangan panas ke lingkungan sekitar benar-benar diabaikan dan tidak ada perubahan suhu dinding tabung pada bagaian sisi shell dan aliran fluida dan proses perpindahan panas adalah aliran turbulent dan dalam kondisi steady state. Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Hasil dan Pembahasan 1. Kondisi Batas Penelitian Penelitian ini menganalisis kinerja dari STHE menggunakan metoda CFD dengan memakai material tembaga dengan variasi tube tanpa sirip, dengan sirip tipe longitudinal dan tipe sirip annular. Hasil yang diperoleh dari simulasi tersebut akan diverivikasi menggunakan perbandingan dengan hasil penelitian lain. Adapun parameter dalam penelitian sebagai berikut : 269

Tabel 1. Parameter Penelitian Parameter Penelitian Tipe APK Shell and Tube Fluida Air T masuk fluida dingin 300 K T masuk fluida panas 450 K Jumlah tube 7 Baffle Tidak ada Panjang shell 600 mm Diameter dalam shell 90 mm Diameter luar tube 20mm Material shell dan tube Tembaga Lebar Fin (W) 10 mm Tinggi Fin (H) 10 mm Jumlah Fin Longitudinal 4 Jumlah Fin Annular 19 2. Meshing Pada awalnya dibuat mesh yang relatif besar dengan mengandung sel campuran (sel Tetra dan hexahedral) yang memiliki bentuk segitiga dan segiempat. Cara ini diperoleh menggunakan sel terstruktur (hexahedral) sebanyak mungkin, melalui metode otomatis yang tersedia di ANSYS meshing client. Kemudian, untuk model independen mesh, dibuatlah mesh halus (fine mesh) yang digunakan pada bagian tepi dan daerah garidien temperatur dan tekanan yang tinggi. Model yang dihasilkan di transfer ke ANSYS workbench, kemudian didalam opsi meshing dipilih physic preference CFX, solver preference CFX. 3. Karakteristik Aliran Dengan menggunakan kondisi batas dan solusi inisialisasi simulasi telah diatur konvergen dari simulasi diperlukan untuk mendapatkan parameter bagian outlet STHE. Hal ini juga memberikan keakuratan nilai dari parameter untuk keperluan dari laju perpindahan panas. Energy, k, epsilion adalah bagian dari scale residual yang harus konvergen dalam daerah yang spesifik. Untuk penelitian ini, nilai k, epsilion harus kurang dari 10-4 dan nilai energinya harus kurang dari 10-7. Dari hasil simulasi yang dilakukan diperoleh data temperatur dan data tekanan yang akan dianalisa pada sub bab-sub bab dibawah ini. (a) (b) (c) Gambar 3. Profil kecepatan streamline APK (a) tanpa fin, (b) longitudinal fin, (c) Annular fin 270

Pada Gambar 4. menunjukkan penggunaan 7 tube pada shell yang tanpa baffle pada alat penukar kalor jenis Shell and Tube Heat Exchanger. Dalam simulasi menghasilkan perbedaan temperatur antara bagian keluar dan masuk shell. Gambar 4. Grafik Hasil Simulasi APK Keterangan : - HPF : Hasil Penelitian Faishal - HPA : Hasil Penelitian Adhi Muhammad Yusuf Dari Gambar 4.7, menunjukkan selisih temperatur fluida dingin masuk shell dan keluar shell, dimana selisih temperatur tertinggi terjadi pada APK simulasi HPF dengan tube dengan sirip tipe annular sebesar 31 K. Sedangkan untuk selisih temperatur HPA dengan menggunakan tube polos dan satu baffle mempunyai selisih temperatur sebesar 28 K. Dan untuk selisih temperatur HPF dengan tube polos dan tube dengan sirip tipe longitudinal sebesar 24 K dan 27 K. Hal ini membuktikan bahwa dengan penambahan sirip pada tube dapat meningkatkan nilai laju perpindahan panas dikarenakan bertambahnya luasan permukaan untuk perpindahan panas. 4. Nilai Koefisien Perpindahan Panas dan Laju Perpindahan Panas Data koefisien perpindahan panas yang dihasilkan dalam simulasi CFX bisa digambarkan dalam Tabel 2, sebagai berikut: Jenis Tube Tabel 2. Koefisien Perpindahan Panas Temperatur Keluar Shell ( o K) To Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan U (W/m 2 K) Laju Perpindahan Panas Q (W) Polos (HPF) 324 9,43 260,4 Longitudinal Fin (HPF) 327 9,57 267,84 Annular Fin (HPF) 331 9,72 277,32 Polos dan 1 Baffle (HPA) 328 9,67 270,7 Pada Tabel 2 diatas, menunjukkan nilai laju perpindahan panas (Q) dan temperatur keluar (T o ) yang paling tinggi pada Annular Fin. Untuk mendapatkan nilai optimal dari desain APK yang merupakan variabel dari nilai Q besar, maka dipilih tube dengan tambahan sirip tipe annular sebagai desain APK yg optimal berdasarkan nilai Q yg besar. 271

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Setelah menghitung perpindahan panas yang terjadi pada shell dan tube dengan tanpa sirip dan dengan sirip tipe longitudinal mengahasilkan bahwa Q dengan sirip annular sebesar 269,03 W, adapun Q tersebut lebih besar dari laju perpindahan panas pada Q dengan sirip longitudinal dan tanpa sirip sebesar 194,76 W dan 177,2 W. 2. Kinerja dari fin yang terdapat pada tube mempengaruhi hasil dari laju perpindahan panas yang terjadi, hal ini dikarenakan menambah luasan permukaan dari tube sehingga pendistribusian perpindahan panas dapat lebih besar. 3. Perbedaan hasil antara Simulasi dan Perhitungan Analisis sebesar kisaran 9-15%, dimana hasil tersebut juga menunjukkan bahwa dari hasil simulasi maupun analitik menghasilkan tube dengan sirip annular mempunyai Q terbesar daripada tube dengan sirip longitudinal dan tanpa sirip. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosyida Permatasari, PhD. atas bimbingan dan masukan selama mengerjakan penelitian ini. Daftar Pustaka F. P. Incropera, D. P. DeWitt, T. L. Bergman, and A. S. Lavine, Introduction to Conduction, Fundamentals of Heat and Mass Transfer. p. 997, 2007. Rosyida Permatasari dan Adhi Muhammad Yusuf, Material Selection for Shell and Tube Exchanger Using CFD Method. Ebieto, C.E, Eke G.B. 2012; Performance Analysis of Shell and Tube Heat Exchanger: A case study, Department of Mechanical Engineering Faculty of Engineering University of Port Hartcourt, Port Hartcourt, Nigeria Nakul Sreedhard, George Varghese, 2017, Analysis of Longitudinal Fin Patterns in a Concentric Double Tube Heat Exchanger using LMTD and CFD Techniques Holman, J.P, 1991, Perpindahan Kalor Southern Methodist University, vol 6. Anil Kumar Samal Roll, shell and tube Heat Exchanger Design Using CFD Tools, Chemical Engineering, National Institute of Technology Rourkela Andimas, Ilham dian, 2017, Optimalisasi Desain Shell and Tube Heat Exchanger Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti, Jakarta. 272