1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung


EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

2. Ekspor Produk DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

V. KERAGAAN PRODUKSI DAN PERDAGANGAN BUAH DUNIA DAN INDONESIA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2011

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2012

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Juli 2012

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN MEI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN APRIL 2012 SEBESAR 901,91 JUTA DOLLAR AMERIKA

Perkembangan Ekspor Impor Jawa Tengah Maret 2007

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN MEI 2012

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA. Bituminous Coal: Non Coking Coal HS2012:

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PROSPEK TANAMAN PANGAN

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2014

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

LAMPIRAN KUISIONER AWAL PADA INDONESIAN TOWER. 1. Sarana komunikasi yg sering digunakan? 2. Seberapa besar manfaat telepon dalam membantu pekerjaan?

BERITA RESMI STATISTIK

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

STATISTIK TRIWULAN III TAHUN 2009

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu bagian dari negara tropis yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN DESEMBER 2013

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rantai pasok (supply chain) merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir (Pujawan, 2005). Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan mata rantai dalam rantai pasok, mencakup pemasok, pabrik, distributor, ritel, dan perusahaan-perusahaan pendukung. Hubungan antar mata rantai yang ada didalam rantai pasok dapat dilihat sebagai elemen-elemen yang saling mendukung, saling memberikan kontribusi bagi kepuasan konsumen akhir. Perlu adanya koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan pada rantai pasok karena perusahaan-perusahaan tersebut pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama. Perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu, dan dengan mutu yang memenuhi syarat. Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) diperlukan untuk merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan dalam rantai pasok tersebut, agar tujuan untuk memuaskan konsumen dapat tercapai. Dalam pengelolaan rantai pasok terdapat tantangan-tantangan yakni kompleksitas struktur rantai pasok dan adanya ketidak-pastian. Kompleksitas manajemen rantai pasok terjadi karena melibatkan banyak pihak di dalam maupun di luar perusahaan yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Ketidak-pastian yang pertama adalah ketidakpastian permintaan, biasanya dari arah distributor atau ritel atau konsumen akhir. Ketidak-pastian kedua adalah dari arah pemasok, berupa lead time pengiriman bahan baku yang tidak pasti, ketidak-pastian harga, demikian pula jumlah dan mutu bahan baku. Rantai pasok agroindustri memiliki kekhususan dibandingkan dengan rantai pasok industri manufaktur. Berbeda dengan industri manufaktur, bahan baku dalam rantai pasok agroindustri merupakan hasil pertanian yang dipengaruhi oleh musim, kondisi alam, benih, hama, dan merupakan produk yang tidak tahan lama atau mudah rusak. Hal tersebut akan mempengaruhi ketidak-pastian jumlah dan mutu bahan baku atau produk yang dihasilkan dalam rantai pasok tersebut. Faktor

2 ketidak-pastian ini akan mempengaruhi kontinuitas aliran barang dan keberlangsungan kegiatan-kegiatan dalam rantai pasok. Industri tepung jagung sebagai salah satu agroindustri merupakan bagian dari rantai pasok industri berbasis jagung. Industri ini menggunakan bahan baku jagung pipilan yang akan diproses menjadi tepung jagung (corn flour) melalui proses pengolahan cara kering. Sebagai industri antara yang memproduksi tepung jagung, industri ini akan menyediakan produk yang akan dikonsumsi langsung, dan menyediakan bahan baku bagi industri hilirnya. Struktur rantai pasok industri berbasis jagung dimanadi dalamnya terdapat industri tepung jagung, adalah sentra jagung, pengumpul, industri tepung jagung, dan industri pengguna tepung jagung. Dalam rantai pasok industri berbasis jagung, sentra jagung merupakan mata rantai yang menyediakan jagung yang diproduksi oleh petani. Produk jagung ini akan dipipil menjadi jagung pipilan dan akan dikumpulkan oleh pengumpul atau pedagang sebagai mata rantai berikutnya. Selanjutnya jagung pipilan tersebut akan dipasok sebagai bahan baku ke mata rantai selanjutnya yaitu industri tepung jagung. Mata rantai setelah industri tepung jagung adalah industri pengguna tepung jagung yang akan memperoleh pasokan bahan baku dari industri tepung jagung. Model konfigurasi industri tepung jagung dalam rantai pasok berbasis jagung dapat dilihat pada Gambar 1. Sentra Sentra jagung jagung 11 Pengumpul Pengumpul Sentra Sentra jagung jagung 22 Sentra Sentra jagung jagung 33 Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Industri Industri tepung tepung jagung jagung Industri Industri pengguna pengguna tepung tepung jagung jagung Sentra Sentra jagung jagung ke-k ke-k Pengumpul Pengumpul Gambar 1 Konfigurasi industri tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung. Jumlah dan mutu tepung jagung yang diproduksi industri ini tergantung dari jumlah dan mutu bahan baku berupa jagung pipilan yang diperoleh dari

3 pengumpul. Sedangkan jumlah dan mutu jagung pipilan tergantung dari produksi jagung di tingkat petani. Dapat dikatakan bahwa penyediaan jumlah dan mutu tepung jagung untuk memenuhi permintaan konsumen tergantung dari produksi jagung. Produksi jagung di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data produksi, luas panen, dan produktivitas jagung sejak tahun 2000 sampai dengan 2009 seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Namun peningkatan produksi jagung di Indonesia belum diikuti dengan penanganan pasca panen yang baik. Informasi tentang kegiatan dan penanganan pasca panen kepada petani masih sangat kurang sehingga petani belum dapat merasakan nilai tambah dengan meningkatnya mutu biji jagung. Demikian pula penerapan teknologi produksi jagung di tingkat petani masih belum optimal. Tabel 1 Produksi, luas panen, dan produktivitas jagung di Indonesia Tahun Produksi Luas Panen Produktivitas (Ton) (Ha) (Ku/Ha) 2000 9,676,899.00 3,500,318.00 27.65 2001 9,347,192.00 3,285,866.00 28.45 2002 9,585,277.00 3,109,448.00 30.83 2003 10,886,442.00 3,358,511.00 32.41 2004 11,225,243.00 3,356,914.00 33.44 2005 12,523,894.00 3,625,987.00 33.44 2006 11,609,463.00 3,345,805.00 34.70 2007 13,287,527.00 3,630,324.00 36.60 2008 16,323,922.00 4,003,313.00 40.78 2009 16,478,239.00 4,009,179.00 41.10 Sumber : Departemen Pertanian (2010) Bila dibandingkan dengan negara produsen jagung lainnya di dunia, produksi jagung di Indonesia masih jauh tertinggal. Tabel 2 menunjukkan bahwa produktivitas usaha tani jagung di Indonesia baru mencapai setengah dibandingkan dengan Argentina dan MEE, bahkan hampir mencapai sepertiga bila dibandingkan dengan Amerika Serikat. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa rerata

4 produktivitas jagung Indonesia sebesar 3,21 ton/ha masih dibawah rerata produktivitas jagung dunia yaitu 4,53 ton/ha. Produktivitas jagung yang rendah di Indonesia mengakibatkan kebutuhan bahan baku bagi industri pengolahan jagung masih belum dapat dipenuhi oleh petani lokal. Hal ini mengakibatkan dibutuhkannya impor jagung sebagai bahan baku industri dari negara produsen jagung lainnya. Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa volume ekpor jagung oleh Indonesia ke negara luar pada tahun 2006 sebanyak 29164,424 ton dengan nilai $ 4,674,364.00, sedangkan volume impor jagung pada tahun yang sama mencapai 2327947,861 ton dengan nilai $353,847,975.00. Tabel 2 Produktivitas jagung di beberapa negara produsen jagung dunia Produktivitas (ton/ha) Tahun Dunia USA Argentina MEE Indonesia 1998 4,42 8,44 6,08 5,63 2,65 1999 4,38 8,4 5,37 6,28 2,66 2000 4,27 859 5,43 5,09 2,77 2001 4,42 8,67 5,45 6,16 2,85 2002 4,37 8,16 6,52 6,24 3,09 2003 4,47 8,92 6,48 5,03 3,25 2004 4,59 9 6,5 6,04 3,34 2005 4,65 9,12 6,71 6,12 3,45 2006 4,65 8,97 6,3 5,88 3,47 2007 4,76 9,31 6,66 6,2 3,66 2008 4,82 9,66 7,56 6,48 4,08 Rerata 4,53 8,84 6,28 5,92 3,21 Sumber: USDA (2008) Dari berbagai jenis produk yang dapat dihasilkan komoditi jagung ini, tepung jagung merupakan jenis produk yang cukup penting. Hal ini karena tepung jagung merupakan produk antara multiguna yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pangan, bahan baku pakan, dan sebagai bahan baku industri lainnya.

5 Pengelolaan industri tepung jagung ini tidak terlepas dari rantai pasok industri berbasis jagung. Penyediaan jumlah dan mutu pasokan jagung mulai dari petani dan pengumpul sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu tepung jagung yang diproduksi. Selanjutnya jumlah dan mutu tepung jagung sebagai bahan baku akan berpengaruh pada jumlah dan mutu produk pada industri hilirnya. Jumlah dan mutu bahan baku jagung yang tiba di industri, dipengaruhi pula oleh transportasi bahan baku tersebut dari tempat asal ke tempat tujuannya. Waktu transportasi akan mempengaruhi mutu bahan baku karena bahan baku tersebut merupakan produk yang tidak tahan lama. Tabel 3 Volume ekspor jagung ke negara luar tahun 2006 Jumlah Negara Volume (Kg) Nilai (US$) Japan 5,843,305.00 1,523,732.00 Hong Kong 152,344.00 22,621.00 Korea, Republic Of 540,144.00 43,048.00 Taiwan, Province Of China 25,779.00 39,334.00 Thailand 1,341.00 2,690.00 Singapore 325,000.00 99,445.00 Philippines 17,624,066.00 2,158,606.00 Malaysia 4,129,642.00 480,197.00 Viet Nam 9,035.00 8,116.00 India 500,000.00 277,500.00 Pakistan 250.00 2,592.00 Saudi Arabia 2,240.00 2,690.00 South Africa 5,042.00 7,596.00 American Samoa 2,206.00 2,269.00 Tonga 3,930.00 3,878.00 France 100.00 50.00 Total 29,164,424.00 4,674,364.00 Sumber: BPS (2011), diolah

6 Data ekspor impor jagung menunjukkan bahwa Indonesia masih mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan terdapat kekurangan jumlah jagung pipilan sebagai bahan baku industri tepung jagung. Tabel 4 Volume impor jagung dari negara luar tahun 2006 Jumlah Negara Volume (Kg) Nilai (US$) Japan 100,959.00 193,953.00 Hong Kong 45.00 39.00 Korea, Republic Of 13,077,367.00 3,890,391.00 Taiwan, Province Of China 180,569.00 54,409.00 China 30,935,756.00 8,570,924.00 Thailand 41,681,113.00 8,219,919.00 Singapore 817,264.00 365,620.00 Philippines 1,126.00 7,040.00 Malaysia 2,029,704.00 609,803.00 Myanmar (form Burma) 19,362,402.00 3,015,870.00 India 20,186,598.00 3,462,683.00 South Africa 20,000.00 6,000.00 Australia 644.00 1,287.00 United States 1,605,024,200.00 238,823,965.00 Argentina 591,706,985.00 85,704,495.00 United Kingdom 225.00 3,226.00 Netherlands 79,019.00 37,087.00 France 501,777.00 163,727.00 Germany, Fed. Rep. Of 682,525.00 244,097.00 Italy 1,515,583.00 438,680.00 Spain 44,000.00 34,760.00 Total 2,327,947,861.00 353,847,975.00 Sumber: BPS (2011), diolah

7 Selain jumlah bahan baku, mutu tepung jagung pun harus memenuhi standar yang ditetapkan, agar dapat memuaskan konsumennya dan dapat bersaing. Mutu produk merupakan hal yang diutamakan dalam industri. Dalam agroindustri terutama yang memproduksi pangan atau bahan baku indutri pangan, mutu produk sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan. Standar Nasional Indonesia telah menetapkan syarat mutu tepung jagung yang harus dipenuhi oleh produsen tepung jagung yakni SNI 01-3727-1995. Syarat mutu tersebut meliputi kriteria-kriteria uji secara fisik maupun kimia. Mutu tepung jagung sebagai produk antara dipengaruhi oleh mutu bahan baku dan oleh tahapan-tahapan pada proses sebelumnya. Demikian pula mutu jagung pipilan sebagai bahan baku tepung jagung harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan sesuai SNI 01-3920-1995. Mutu jagung pipilan yang memenuhi standar akan menjamin mutu tepung jagung yang diproduksi. Karakteristik mutu tepung jagung sebagai bahan baku pada industri hilir sangat diperlukan untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan industri tersebut, dimana karakteristik mutu tepung jagung yang dibutuhkan oleh industri hilir berbeda-beda sesuai jenis industri, baik industri pangan, atau industri lainnya. Masalah yang dihadapi oleh industri tepung jagung adalah bagaimana industri ini dapat memenuhi kebutuhan konsumennya yaitu dengan menyediakan produk tepung jagung menurut jumlah yang dibutuhkan dan mutu yang memenuhi syarat. Jumlah dan mutu produk yang disediakan industri ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri pangan, industri farmasi, dan industri lainnya. Dengan demikian diharapkan keberlangsungan kegiatan dan kontinuitas aliran barang sepanjang rantai pasok dapat berjalan dengan baik. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah dihasilkannya model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung, ditinjau dari jumlah maupun mutu tepung jagung. Dari model ini diharapkan akan diperoleh kebijakan-kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi berkenaan dengan jumlah dan mutu bahan baku dan produk tepung jagung.

8 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Rancangbangun model meliputi beberapa model yaitu: 1) Model prediksi produksi jagung, dimana pada model ini akan diramalkan berapa jumlah produksi yang dihasilkan oleh sentra jagung; 2) Model pengelompokan mutu jagung pipilan, yang akan menghasilkan kelompok mutu berdasarkan persyaratan mutu yang ditetapkan; 3) Model pengelompokan mutu tepung jagung dan 4) Model prediksi permintaan tepung jagung, dimana akan diramalkan permintaan tepung jagung oleh industri pengguna tepung jagung. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai bahan analisis ketersediaan jumlah dan mutu tepung jagung yang dibutuhkan. 2. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian tentang pengembangan model pada rantai pasok industri berbasis jagung dalam cakupan yang lain.