BAB II ASUMSI FILOSOFIS DAN KERANGKA PENAFSIRAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

Selayang Pandang Penelitian Kualitatif

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB 11 MENGARAHKAN BENTUK CERITA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Kelima butir sila yang

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB III METODE PENELITIAN

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Penutup BAB Kesimpulan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

UNIVERSALISME DAN RELATIVISME BUDAYA DALAM HAK ASASI MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

Etika dan Filsafat. Komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

METODOLOGI PENELITIAN

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi. Rachmat Kriyantono, Ph.D

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

Aplikasi Penelitian Mixed Method (Metode Campuran) dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. rumah tangga sering dicurigai sebagai penyebab munculnya jenis incest yang seperti ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. uraian yang sudah dibahas secara keseluruhan. Penulis akan menyimpulkan bab

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

POSTMODERNISME HUKUM

3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Paradigma Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menunjukan pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

MULTI METODOLOGI Oleh Yulius Slamet, PhD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEORI KOMUNIKASI. Teori-Teori Komunikasi Interpretif dan Kritis (2) SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Konsep dasar teori dan penelitian sosial ekonomi. Mayang Adelia Puspita, SP. MP

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka. kesimpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN KUANTITATIF. Metode-metode dan komponen rancangan penelitian kuantitatif BAB II PEMBAHASAN. A. Metode-metode penelitian kuantitatif

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Bab II Perencanaan dan Perancangan Studi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Politik Identitas: Demokrasi Lokal dan Bayang-bayang Primordialisme

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

MENGENAL PENELITIAN ETNOGRAFI. Oleh Maaruf Fauzan, S.Si Widyaiswara LPMP Provinsi Aceh

Deskripsi Buku: Metode Diskursus Ucapan untuk Feminis. Oleh Ivanovich Agusta


Transkripsi:

BAB II ASUMSI FILOSOFIS DAN KERANGKA PENAFSIRAN Filosofis berarti penggunaan ide dan keyakinan abstrak yang memengaruhi dan mewarnai penelitian kita. Ringkasan tentang proses penelitian yang disusun oleh Denzim dan Lincoln (2011, hlm. 12), membantu kita untuk menempatkan asumsi filosofis dan teoretis ke dalam perspektif sebuah penelitian. Proses penelitian dimulai dari: o Fase 1 dimana para peneliti memikirkan apa yang mereka bawa dalam penelitiannya, seperti sejarah pribadi mereka, pandangan tentang diri mereka dan orang lain, dan persoalan etika dan politik. o Fase ke-2 sang peneliti membawa beberapa hal kedalam penelitiannya seperti; berbagai teori, paradigma, dan perspektif. Difase iniah kita mendapati kerangka filosofis dan teoritisyang dibahas dibab ini. o Fase 3 yakni berbagai strategi riset, yang dalam biasa kita sebut sebagai sebuah Pendekatan. o Fase 4 sang peneliti terlibat dalam sebuah kegiatan yang biasa kita sebut sebagai metode pengumpulan dan analisis data. o Fase 5 yang terakhir sebagai fase penafsiran dan evaluasi dara. Secara keseluruhan, kita melihat bahwa riset melibatkan beberapa level abstraksi yang berbeda mulai dari penilaian tentang karakteristik individu yang dibawa oleh sang peneliti hingga asumsi filosofis dan teoritis yang menjadi landasan bagi berbagai pendekatan dan metode yang lebih spesifik. Empat asumsi filosofis, umumnya menyangkit empat keyakinan, yaitu: o Ontology (Watak dan Realitas) Etika dan Filsafat Komunikasi 1

o Epistemologi (apa yang dianggap sebagai pengetahuan dan bagai mana pengetahuan terebut diafirmasi) o Aksiologi (peran dan nilai dalam riset) o Metodologi (proses riset) Para peneliti kualitatif yang menggunakan sistem keyakinan yang didasarkan pada postpositivisme akan menggunakan sebuah pendekaran ilmiah dalam risetnya. Pospositivisme memiliki cirri-ciri reduksionitas, logis, empiris, berorientasi sebab dan akibat, dan deterministis berdasarkan pada teori a priopri. Para peniliti postpositivis melihat penelitian sebagai serangkaian langkah yang terhubung secara logis, meyakini keragaman perspektif dari para partisipan daripada satu realitas tunggal, dan mendukung metode pengumpulan dan anilisis data yang tepat dan teliti. Kerangka penafsiran lainnya ialah kostruktifisme sosial, individu-individu berusaha memahami dunia tempat mereka hidup dan mereka bekerja. Mereka mengembangkan makna-makan subjektif dari pengalaman mereka yang berhubungan dengan sebuah objek tertentu. Makna-makna yang beragam inilah yang mendorong para peniliti untuk lebih mencari beragam pandangan daripada mempersempit makna-makana tersebut menjadi sejumlah kecil ketegori atau ide. Mereka tidak sekedar dilekatkan pada individi-individu, tetapi dibentuk melalui interaksi dengan yang lain dan melalui norma-norma historis dan cultural yang berlaku dalam kehidupan individu-individu. Tersebut. Jika postpositivisme menggunakan hokum dan teori structural yang tidak cocok untuk individu atau kelompok marginal dan konstruktivismetidak bergerak cukup jauh dalam memperjuangkan aksi untuk membantu individu, maka para peneliti dapat menggunakna sebuah kerangka alternative, yaitu kerangka transformatif, prinsip dasar dari kerangka ini adalah pengetahuan bersifat tidak netral dan merefleksikan hubungan kekuasaandan sosial dalam masyarakat. Kemmis dan Wilkenson (1998) merangkum ciri-ciri dari kerangka transformative ini sebagai berikut: o Aksi antisipatoris bersifat rekursif atau dialektis dan berfokus untuk menghasilkan perubagan dalam praktik. Etika dan Filsafat Komunikasi 2

o Kerangka transformative berfokus untuk membenti individu-individu membebaskan diri mereka dari berbagai penghalang yang terdapat dalam media, bahasa, prosedur kerja, dan dalam hubungannya dengan kekuasaan dalam lingkungan pendidikan. o Kerangka transfomatifbersifat emansifatoris karena dapat membantu melepaskan masyarakat dari belenggy struktur yang tidak adil dan tidak rasional yang menghambat pengembangan diri dan determinasi diri. Para penilit lain yang menganut pandangan ini adalah Fay (1987), Heron dan Reason (1997) Postmodernisme adalah sekumpulan teori dan prespektif yang memiliki sejumlah persamaam. Konsep dasarnya adalah berbagai klaim pengetahuan harus disusun dalam konteks kondisi dunia saal itu dan dalam beragan perspektif dari afiliasi kelas, ras, gender, dan lain-lain. Postmodernisme juga mencakup kebutuhan untuk memugar teks-teks dalam hal bahasa, pembacaanya atas hierarki, dominasi, oposisi, inkonsistensi, dan kontradiksi yang tersembunyi dalam teks. Pragmatism lebih berfokus pada hasiil riset aksi, situasi, dan konsekuensi penelitian dari pada kondisi anteseden. Cherryholmes (1992) dan Murphy (1990) menyajikan ide-ide dasar pragmatism sebagai berikut: o Pragmatism tidak berkomitmen pada salah satu sistem filosofis atau realitas o Para peneliti individual memiliki kebebasan untuk memilih o Kebenaran adalah apa yang dapat dijalankan padasaat itu o Para peneliti pragmatis melihat pada apa dan bagaimana tentang riset mereka berdasarkan pada berbagai konsekuensi yang diinginkan. o Para pragmatis sepakat bahwa riset selalu terjadi dalam konteks sosial, historis, politik, dan lain-lain. o Para penulis yang menganut pandangan ini diantaranya adalah Rorty (1990), Murphy (1990), Patton (1990), Cherryholmes (1990), dan Tashakkori dan Teddlie (2003) Teori feminis, pendekatan riset feminis berfokus pada beragam situasi perempuan yang problematic dan lembaga yang membingkai situasi tersebut. Topic penelitian data dapat mencakup pemikiran pascakolonial yang terkait dengan bentuk feminism, Etika dan Filsafat Komunikasi 3

bergantungpada konteks nasionalisme, globalisasi dan beragam konteks internasional dan berkisan di seputan kelompok perempuan yang spesifik. Salah satu sarjana terkemuka yang menggunakan pendekatan ini adalah Lather (1991) Teori Kritis dan Teori Ras Kritis (CRT), perspektif teori kritis berkenaan dengan pemberdayaan umat manusia untuk mengatasi belenggun yang disebabkan oleh ras, kelas, dan gender (Fay, 1987). Desain riset yang menggunakan teori kritis, menurut sosiolog Agger (1991), terbagi menjadi dua kategori besar: metodologis, yang memengaruhi masyarakat membaca dan menulis, substansif, dalam teori dan topikdari peniliti. Teori ras kritis (Critical Race Theory [CRT]) mengarahkan perhatian teoretisnya pada ras dan bagaimana rasisme tertanam secara mendalam dalam kerangka masyarakat Amerika (Perk & Lynn, 2002). Menurut Perk & Lynn (2002) CRT memiliki tiga tujuan utama. Tujuan pertamanya adalah untuk menyajikan cerita-cerita tentang diskriminasi dari perspektif masyarakat kulit berwarna. Tujuan keduanya adalah menghapuskan dominasi ras dan sekaligus pada saat yang sama mengakui bahwa ras adalah konstruksi sosial. Terakhir, sasaran ketiga dari CRT mencangkup berbagai bidang, misalnya gender, kelas, dan setiap ketidaksetaraan yang dialami oleh individu. Teori queer teori ini mengeksporasi beragam gagasan dan identitas, serta bagaimana berbagai identitas itu bereproduksi dan tampil dalam forum sosial. Para peneliti queer menggunakan orientasi postmodern atau post ruktural untuk mengkritik dan memugar teoriteori yang dominan yang terkait dengan identitas. Plummer (2011) menyediakan ringkasan tentang berbagai prinsip teori queer: o Pembagian biner heteroseksual/homoseksual dan pembedaan seks/gender ditantang o Terdapat penyebaran idetitas o Semua kategori seksual bersifat terbuka, cair, dan tidak tetap o Homoseksual aliran-utama dikritik o Kekuasaan diwujudkan secara diskursif o Semua strategi penormalan dihindari o Karya akademis dapat menjadi ironis, dan sering kali bersifat konyol dan paradox. o Versi dari posisi subjek homoseksual ditulis di mana saja Etika dan Filsafat Komunikasi 4

o Penyimpangan diabaikan, dan ketertarikan diarahkan pada perspektif dan pelanggaran dari insider dan outsider. o Objek yang umum dipelajari adalah film, video, novel, puisi, dan gambar visual. o Ketertarikan utamanya mencakup dunia sosial dari kalangan pinggiran seksual radikal. Teori disabilitas data ini menjadi alat yang digunakan oleh para peneliti yang menafsirkan disabilitas yang berfokus pada disabilitas sebagai dimensi perbedaan atau keunikan manusia, bukan sebagai kerusakan atau kecacatan. Sebagai cirri atau keunikan, pemaknaannya dipengaruhi oleh bangunan sosial yang ada dan siri ini hanyalah salah satu dimensi dari perbedaan atau siri manusia. Sumber Buku : John W Creswell, 2014, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Etika dan Filsafat Komunikasi 5