Gambar 1.1 Lokasi Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Sumber: Google Earth, 2017 (Data telah diolah)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan

memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) yang naik sebesar 1,67 %. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pergerakan perekonomian nasional. UMKM memiliki kontribusi dalam

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM) adalah lokasi pemusatan kegiatan industri kecil dan industri menengah yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis dan atau mengerjakan proses produksi yang sama, dilengkapi sarana dan prasarana penunjang yang dirancang berbasis pada pengembangan potensi sumber daya daerah, serta dikelola oleh suatu pengurus professional (kemenperin, 2017). Kota Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki kecenderungan perkembangan ke arah kota metropolitan seperti halnya Jakarta. Kota Bandung dibandingkan dengan kota-kota lainnya banyak memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota. Salah satunya adalah kawasan Cibaduyut yang dikenal sebagai kawasan sentra industri kerajinan sepatu. Sentra industri Cibaduyut awal mula berdiri sekitar tahun 1920 yang berlokasi di selatan kota Bandung lebih tepatnya pada Jalan Raya Cibaduyut (wisatabdg, 2017). Gambar 1.1 Lokasi Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Sumber: Google Earth, 2017 (Data telah diolah) 1

Sebelum penjajahan jepang tahun 1940 telah berkembang sejumlah pengrajin sepatu di Cibaduyut sebanyak 89 orang. Bahkan, setelah negara Indonesia merdeka pada tahun 1950-an jumlah unit usaha alas kaki berkembang menjadi 250 unit usaha. Dengan jumlah unit usaha yang besar inilah daerah Cibaduyut mulai dikenal sebagai sentra produksi alas kaki (wisatabdg, 2017). Pada Sentra Industri Cibaduyut terdapat berbagai macam pelaku usaha yang berjalan, umumnya usaha yang mendominasi di Sentra Cibaduyut yaitu pengrajin sepatu dan alas kaki. Sampai tahun 2015, terdapat 374 unit usaha yang dijalankan yang telah terdaftar di dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dapat dilihat pada penjelasan berikut pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Sentra Industri Cibaduyut Tahun 2015 Komoditi Jumlah Alas Kaki 143 Dompet 14 Sandal 64 Sandal & Sepatu 23 Sepatu 118 Tas 12 Total 374 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada tabel jumlah unit usaha Sentra Industri Cibaduyut, unit usaha yang mendominasi Sentra Cibaduyut yaitu pengrajin sepatu dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 118, pengrajin alas kaki dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 143, dan pengrajin sandal sebanyak 64 pelaku usaha. Selain pengrajin alas kaki, sepatu, dan sandal, terdapat pengrajin dompet dan tas yang menjalankan usaha pada Sentra Industri Cibaduyut. 2

Tabel 1.2 Omset Pelaku Usaha Sentra Industri Cibaduyut Tahun 2015 Omset (Rp) Jumlah Persen 1.000.000-49.999.999 235 62,83% 50.000.000-99.999.999 57 15,25% 100.000.000-149.999.999 41 10,96% 150.000.000-199.999.999 14 3,74% 200.000.000-249.999.999 4 1,07% 250.000.000-299.999.999 16 4,28% 300.000.000-349.999.999 0 0.00% 350.000.000-399.999.999 3 0,8% 400.000.000-449.999.999 0 0.00% 450.000.000-499.999.999 1 0,27% 500.000.000-549.999.999 3 0,8% Total 374 100.00% Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut, rata rata pelaku usaha tersebut mendapatkan omset di tahun 2015 pada kisaran Rp.1.000.000 Rp.49.999.999 dan Rp.50.000.000 Rp.99.999.999 dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 235 dan 57 pelaku usaha atau sebesar 78.08% dari total jumlah pelaku usaha sebanyak 374. Hanya sedikit pelaku usaha yang mendapatkan omset pada tahun 2015 lebih besar dari Rp.300.000.000 yaitu hanya sebanyak 7 pelaku usaha atau sebesar 1.87% dari total jumlah pelaku usaha sebanyak 374. 1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri sepatu mempunyai peranan cukup penting di sektor penambahan ekonomi, yang mana industri sepatu di Indonesia telah bertransformasi menjadi produsen sepatu dalam skala besar, sekaligus mampu memproduksi sepatu 3

berstandar nasional dengan jumlah perusahaan di Indonesia lebih kurang mencapai 388 perusahaan sepatu. Industri sepatu ataupun aksesoris dari kulit merupakan industri yang menjanjikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, karena industri ini adalah salah satu industri yang menjadi produk unggulan handmade Indonesia. Industri sepatu dan aksesoris kulit merupakan sektor dengan pertumbuhan produk domestic bruto paling maju pada awal 2016 (citraindonesia, 2017). Industri sepatu Indonesia masuk kedalam 10 besar ke empat dunia. Sehingga pemerintah juga tengah fokus terhadap industri yang terus berkembang tersebut. Menurut Menteri Perindustrian, 49,62 persen industri alas kaki atau industri sepatu berasal dari Jawa Barat, seperti Bogor, Tasikmalaya, dan Bandung. Perhatian utama pemerintah adalah bagaimana mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai kualitas dan akses bahan baku, termasuk mendorong akses permodalan, salah satunya melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Beberapa program yang digencarkan mulai dari pelatihan, akses terhadap desain dan peralatan, serta kemampuan untuk pengembangan usaha (republika, 2017). UMKM memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia saja tetapi di negara-negara maju, sehingga hal ini dapat membantu Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UMKM. Walaupun kecil dalam skala jumlah pekerja, omzet, dan asset, namun jika jumlahnya cukup luas maka peranan UMKM sangat penting dalam menunjang perekonomian negara. UMKM di Indonesia berperan dalam pertumbuhan pembangunan dan ekonomi, serta berperan dalam mengatasi masalah pengangguran. Perkembangan UMKM mejadikan sumber pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan. Dengan banyak menyerap tenaga kerja, UMKM punya peran strategis dalam upaya membantu pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia (tissorindonesia, 2017). 4

Tabel 1.3 Perkembangan UMKM di Indonesia Periode Tahun 2011-2013 No. Indikator Satuan 2011 2012 2013 1 Jumlah UMKM Unit 55.206.444 56.534.592 57.895.721 2 Pertumbuhan Jumlah Persen 2.57 2.41 2.41 UMKM 3 Jumlah Tenaga Orang 101.722.458 107.657.509 114.144.082 Kerja UMKM 4 Pertumbuhan Jumlah Persen 2.33 5.83 6.03 Tenaga Kerja UMKM Sumber: www.bps.go.id / diakses pada 22 Februari 2017 Bandung sebagai ibukota Jawa Barat dapat dikatakan sebagai kota UMKM. Perkembangan UMKM yang terjadi di Kota Bandung dapat menjadi contoh untuk pelaku usaha yang berada diluar daerah Kota Bandung. Bandung meraih penghargaan dari para pelaku UMKM yang dapat berkembang pesat, iklim UMKM Kota Bandung berhasil menembus pasar internasional. Selain itu Bandung membantu para pelaku usaha untuk memberikan pinjaman modal melalui kredit melati yang tanpa bunga dan tanpa agunan untuk melawan rentenir. Selain itu juga Bandung meluncurkan program GAMPIL untuk masyarakat yang ingin berwiraswasta untuk mendaftarkan usahanya lebih mudah (detik, 2017). Para pelaku usaha di Kota Bandung mulai berkembang pada tahun 2014 dengan perubahan yang terlihat jelas dibandingkan dari tahun sebelumnya. Perkembangan UMKM yang terjadi dari tahun 2012 sampai dengan 2016 dapat dilihat pada Gambar 1.2. 5

Chart Title 1400 1300 1200 1000 800 600 400 200 417 370 106 96 716 192 305 595 220 0 2012 2013 2014 2015 2016 UMKM Tenaga Kerja Gambar 1.2 Perkembangan UMKM di Kota Bandung dari Tahun 2012-2016 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada Gambar 1.2 perkembangan UMKM di Kota Bandung dari tahun 2012-2016, pada tahun 2015 jumlah UMKM di kota Bandung mengalami kenaikan jumlah pelaku UMKM dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 2013 dan 2014, namun pada tahun 2016 jumlah UMKM dan tenaga kerja di kota Bandung mengalami penurunan. Jumlah pelaku usaha di sentra industri Cibaduyut pada tahun 2015 mengalami penurunan jumlah dari tahun sebelumnya 2014 yang berjumlah 577 pelaku usaha menjadi 374 pelaku usaha di tahun 2015. Selain itu, pada omset yang diperoleh oleh para pelaku usaha mengalami perubahan yang dapat dilihat pada penjelasan berikut pada Gambar 1.3. 6

Gambar 1.3 Omset Sentra Industri Cibaduyut pada tahun 2014 dan 2015 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada Gambar 1.3 tentang omset yang diperoleh oleh para pelaku usaha di sentra industri Cibaduyut, pada tahun 2015 mengalami penurunan jumlah pelaku usaha yang memperoleh omset pada kisaran Rp.1.000.000 sampai dengan Rp.99.999.999, yang sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 96.53% menjadi 78.08% di tahun 2015. Namun para pelaku usaha yang memperoleh omset diatas Rp.100.000.000 mengalami penaikan jumlah yang sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 3.47% menjadi 21.92%. Hal tersebut memungkinkan para pelaku usaha yang memperoleh omset dibawah Rp.100.000.000 ada sebagian yang tidak melanjutkan usahanya dikarenakan omset yang diperoleh tidak mencukupi, namun ada pula yang mengalami perkembangan sehingga omset yang diperoleh mengalami kenaikan. Menurut Swasta dalam Susanti (2007:10), faktor yang mempengaruhi omset penjualan ada empat. Pertama dari kondisi dan kemampuan penjual sehingga penjual 7

harus memahami beberapa hal yaitu jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan, harga produk dan syarat penjualan. Kedua kondisi pasar seperti jenis pasar, kelompok pembeli, daya belinya, frekuensi pembelian, dan keinginan serta kebutuhan. Lalu ada modal, dan yang terakhir dari kondisi organisasi perusahaan, pada perusahaan kecil biasanya masalah penjualan masih ditangani oleh orang yang juga melaksanakan fungsi-fungsi lain. Menurut salah satu pelaku usaha di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Bapak Asep Juhana mengatakan penurunan omset penjualan di Sentra Industri Cibaduyut dikarenakan para distributor mengikuti trend market yang dimana masyarakat umum lebih menyukai sepatu dengan merek asing yang lebih terkenal dan tidak ketinggalan zaman dibandingkan dengan produk dalam negeri dengan merek yang tidak dikenal. Dari hasil wawancara tersebut para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut memproduksi sepatu dengan model dan design sepatu yang tidak memiliki berbagai variasi lain atau dapat dikatakan kurang melakukan inovasi pada produk yang diproduksi oleh para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut sehingga siklus hidup produk yang diproduksi pendek. Permasalahan yang terjadi di Sentra Industri Cibaduyut berada pada tahapan produksi, maka perlu diteliti terdapat permasalahan yang lainnya atau tidak pada tahapan produksi selain permasalahan yang ada. Penerapan roda tiga fungsi yang menjadi dasar dalam berorganisasi perlu diperhatikan secara serius, agar terciptanya pertumbuhan kearah positif yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut. Menurut Heizer dan Render (2009:05), ketiga fungsi dasar tersebut adalah pemasaran, produksi/operasi, dan keuangan. Adapun fungsi lainnya adalah manajemen SDM, manajemen investasi, dan manajemen strategik. Dalam praktiknya tiga fungsi dasar dalam berorganisasi tersebut biasanya tidak akan terlepas dari kendala yang seharusnya dapat dicegah atau bahkan dapat ditemukan solusi dari permasalahan yang menjadi kendala-kendala tersebut. Kendala pada fungsi produksi/operasi pastinya tidak lepas dari permasalahan rantai pasok dari perusahaan yang berkembang seperti para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut. Kunci manajemen rantai pasokan yang efektif 8

adalah menjadikan pemasok sebagai mitra dalam strategi perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah (Heizer and Render, 2005:04). Manajemen rantai pasok yang efektif merupakan bagian yang penting dan merupakan kemampuan suatu pemilik usaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Kinerja Supply Chain dapat berkurang dengan peristiwa risiko yang terjadi dan mengganggu didalam sistem rantai pasok. Walaupun pemerintah telah berusaha melakukan program-program pemberdayaan terhadap sektor usaha UMKM, pemberdayaan berkelanjutan terhadap perkembangan UMKM oleh pemerintah sangatlah penting, terutama terhadap masalah mengatur kelancaran rantai pasok (Supply Chain Management), serta usaha-usaha yang mungkin dapat mengurangin risiko yang mungkin dihadapi oleh banyak pelaku usaha UMKM. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Sentra Industri Cibaduyut kota Bandung, maka dari itu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan diatas dengan judul Analisis Risiko Supply Chain Management (SCM) pada Usaha Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung 1.3 Perumusan Masalah Penelitian Secara umum, proses manajemen risiko rantai pasok terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko (Hallikas dan Veli-Matti, 2004; Norman dan Lindroth, 2004; dalam Ulfah et al, 2016:2). Kebanyakan risiko potensial tidak hanya dalam organisasi, tetapi juga antara anggota jaringan pasokan serta antar jaringan pasokan dan lingkungannya harus diidentifikasi. Risiko yang tidak teridentifikasi dapat menyebabkan kesalahan arah dalam proses manajemen risiko rantai pasok seperti pembuatan rencana mitigasi risiko, menimbulkan tidak tepatnya atau tidak sesuainya strategi untuk mengendalikan 9

risiko-risiko ini dan hal ini dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar (Ulfah et al, 2016:2). Permasalahan yang terjadi di Sentra Industri Cibaduyut ialah penurunan penjualan dari para setiap pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut yang disebabkan oleh pihak distributor yang lebih mengikuti trend market yang kebanyakan masyarakat umum lebih memilih produk luar yang tidak ketinggalan zaman. Oleh karena itu, terdapat permasalahan di dalam tahapan produksi, yang dimana para pengrajin memproduksi sepatu dengan model dan design sepatu yang tidak memiliki berbagai variasi lain atau kurang melakukan inovasi dan tidak mengikuti zaman pada produk yang diproduksi para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut sehingga siklus hidup produk yang diproduksi pendek. Maka peneliti memilih manajemen risiko rantai pasok untuk menyesuaikan risiko-risiko rantai pasok yang paling menggambarkan keadaan lapangan pada Sentra Industri Cibaduyut dari teori-teori penelitian terdahulu diberbagai industri berbeda. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung? 2. Apa risiko yang dominan pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung? 1.5 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan pertanyaan penelitian di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung. 10

2. Untuk mengetahui risiko yang dominan pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian di masa yang akan datang dan pengembangan ilmu pengetahuan dan keilmuan khususnya yang berhubungan dengan risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) 1.6.2 Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai risiko-risiko yang dapat menghambat kinerja rantai pasok sehingga para pelaku usaha dapat mengelola rantai pasok dari ancaman risiko-risiko yang dapat mengganggu kinerja para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung agar tetap bertahan dan semakin berkembang. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) yang ada pada Usaha Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan data UMKM dan Sentra Industri Kecil Menengah di Kota Bandung yang terdaftar pada Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dari tahun 2012-2016. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Dalam penyusunan penelitian ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan membahas mengenai Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan 11

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai penelitian terdahulu dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas serta teori penunjang dalam memecahkan maslaah, sehingga terbentuk kerangka pemikiran yang akan mengantarkan pada kesimpulan penelitian. BAB III METODE PENILITIAN Dalam bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang: jenis penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menampilan hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta menjelaskan hasil analisi dari penelitian yang dilakukan serta pembahasan sesuai rumusan masalah dan tujuan dari penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini akan dijelaskan penafsiran dan pemaknaan atas hasil analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan. Bab ini pun akan merumuskan saran secara kongkrit yang merupakan masukan yang membangun bagi objek penelitian ataupun pihak-pihak terkait lainnya. 12