BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM) adalah lokasi pemusatan kegiatan industri kecil dan industri menengah yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis dan atau mengerjakan proses produksi yang sama, dilengkapi sarana dan prasarana penunjang yang dirancang berbasis pada pengembangan potensi sumber daya daerah, serta dikelola oleh suatu pengurus professional (kemenperin, 2017). Kota Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki kecenderungan perkembangan ke arah kota metropolitan seperti halnya Jakarta. Kota Bandung dibandingkan dengan kota-kota lainnya banyak memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota. Salah satunya adalah kawasan Cibaduyut yang dikenal sebagai kawasan sentra industri kerajinan sepatu. Sentra industri Cibaduyut awal mula berdiri sekitar tahun 1920 yang berlokasi di selatan kota Bandung lebih tepatnya pada Jalan Raya Cibaduyut (wisatabdg, 2017). Gambar 1.1 Lokasi Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Sumber: Google Earth, 2017 (Data telah diolah) 1
Sebelum penjajahan jepang tahun 1940 telah berkembang sejumlah pengrajin sepatu di Cibaduyut sebanyak 89 orang. Bahkan, setelah negara Indonesia merdeka pada tahun 1950-an jumlah unit usaha alas kaki berkembang menjadi 250 unit usaha. Dengan jumlah unit usaha yang besar inilah daerah Cibaduyut mulai dikenal sebagai sentra produksi alas kaki (wisatabdg, 2017). Pada Sentra Industri Cibaduyut terdapat berbagai macam pelaku usaha yang berjalan, umumnya usaha yang mendominasi di Sentra Cibaduyut yaitu pengrajin sepatu dan alas kaki. Sampai tahun 2015, terdapat 374 unit usaha yang dijalankan yang telah terdaftar di dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dapat dilihat pada penjelasan berikut pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Sentra Industri Cibaduyut Tahun 2015 Komoditi Jumlah Alas Kaki 143 Dompet 14 Sandal 64 Sandal & Sepatu 23 Sepatu 118 Tas 12 Total 374 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada tabel jumlah unit usaha Sentra Industri Cibaduyut, unit usaha yang mendominasi Sentra Cibaduyut yaitu pengrajin sepatu dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 118, pengrajin alas kaki dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 143, dan pengrajin sandal sebanyak 64 pelaku usaha. Selain pengrajin alas kaki, sepatu, dan sandal, terdapat pengrajin dompet dan tas yang menjalankan usaha pada Sentra Industri Cibaduyut. 2
Tabel 1.2 Omset Pelaku Usaha Sentra Industri Cibaduyut Tahun 2015 Omset (Rp) Jumlah Persen 1.000.000-49.999.999 235 62,83% 50.000.000-99.999.999 57 15,25% 100.000.000-149.999.999 41 10,96% 150.000.000-199.999.999 14 3,74% 200.000.000-249.999.999 4 1,07% 250.000.000-299.999.999 16 4,28% 300.000.000-349.999.999 0 0.00% 350.000.000-399.999.999 3 0,8% 400.000.000-449.999.999 0 0.00% 450.000.000-499.999.999 1 0,27% 500.000.000-549.999.999 3 0,8% Total 374 100.00% Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut, rata rata pelaku usaha tersebut mendapatkan omset di tahun 2015 pada kisaran Rp.1.000.000 Rp.49.999.999 dan Rp.50.000.000 Rp.99.999.999 dengan jumlah pelaku usaha sebanyak 235 dan 57 pelaku usaha atau sebesar 78.08% dari total jumlah pelaku usaha sebanyak 374. Hanya sedikit pelaku usaha yang mendapatkan omset pada tahun 2015 lebih besar dari Rp.300.000.000 yaitu hanya sebanyak 7 pelaku usaha atau sebesar 1.87% dari total jumlah pelaku usaha sebanyak 374. 1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri sepatu mempunyai peranan cukup penting di sektor penambahan ekonomi, yang mana industri sepatu di Indonesia telah bertransformasi menjadi produsen sepatu dalam skala besar, sekaligus mampu memproduksi sepatu 3
berstandar nasional dengan jumlah perusahaan di Indonesia lebih kurang mencapai 388 perusahaan sepatu. Industri sepatu ataupun aksesoris dari kulit merupakan industri yang menjanjikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, karena industri ini adalah salah satu industri yang menjadi produk unggulan handmade Indonesia. Industri sepatu dan aksesoris kulit merupakan sektor dengan pertumbuhan produk domestic bruto paling maju pada awal 2016 (citraindonesia, 2017). Industri sepatu Indonesia masuk kedalam 10 besar ke empat dunia. Sehingga pemerintah juga tengah fokus terhadap industri yang terus berkembang tersebut. Menurut Menteri Perindustrian, 49,62 persen industri alas kaki atau industri sepatu berasal dari Jawa Barat, seperti Bogor, Tasikmalaya, dan Bandung. Perhatian utama pemerintah adalah bagaimana mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai kualitas dan akses bahan baku, termasuk mendorong akses permodalan, salah satunya melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Beberapa program yang digencarkan mulai dari pelatihan, akses terhadap desain dan peralatan, serta kemampuan untuk pengembangan usaha (republika, 2017). UMKM memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia saja tetapi di negara-negara maju, sehingga hal ini dapat membantu Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UMKM. Walaupun kecil dalam skala jumlah pekerja, omzet, dan asset, namun jika jumlahnya cukup luas maka peranan UMKM sangat penting dalam menunjang perekonomian negara. UMKM di Indonesia berperan dalam pertumbuhan pembangunan dan ekonomi, serta berperan dalam mengatasi masalah pengangguran. Perkembangan UMKM mejadikan sumber pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan. Dengan banyak menyerap tenaga kerja, UMKM punya peran strategis dalam upaya membantu pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia (tissorindonesia, 2017). 4
Tabel 1.3 Perkembangan UMKM di Indonesia Periode Tahun 2011-2013 No. Indikator Satuan 2011 2012 2013 1 Jumlah UMKM Unit 55.206.444 56.534.592 57.895.721 2 Pertumbuhan Jumlah Persen 2.57 2.41 2.41 UMKM 3 Jumlah Tenaga Orang 101.722.458 107.657.509 114.144.082 Kerja UMKM 4 Pertumbuhan Jumlah Persen 2.33 5.83 6.03 Tenaga Kerja UMKM Sumber: www.bps.go.id / diakses pada 22 Februari 2017 Bandung sebagai ibukota Jawa Barat dapat dikatakan sebagai kota UMKM. Perkembangan UMKM yang terjadi di Kota Bandung dapat menjadi contoh untuk pelaku usaha yang berada diluar daerah Kota Bandung. Bandung meraih penghargaan dari para pelaku UMKM yang dapat berkembang pesat, iklim UMKM Kota Bandung berhasil menembus pasar internasional. Selain itu Bandung membantu para pelaku usaha untuk memberikan pinjaman modal melalui kredit melati yang tanpa bunga dan tanpa agunan untuk melawan rentenir. Selain itu juga Bandung meluncurkan program GAMPIL untuk masyarakat yang ingin berwiraswasta untuk mendaftarkan usahanya lebih mudah (detik, 2017). Para pelaku usaha di Kota Bandung mulai berkembang pada tahun 2014 dengan perubahan yang terlihat jelas dibandingkan dari tahun sebelumnya. Perkembangan UMKM yang terjadi dari tahun 2012 sampai dengan 2016 dapat dilihat pada Gambar 1.2. 5
Chart Title 1400 1300 1200 1000 800 600 400 200 417 370 106 96 716 192 305 595 220 0 2012 2013 2014 2015 2016 UMKM Tenaga Kerja Gambar 1.2 Perkembangan UMKM di Kota Bandung dari Tahun 2012-2016 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada Gambar 1.2 perkembangan UMKM di Kota Bandung dari tahun 2012-2016, pada tahun 2015 jumlah UMKM di kota Bandung mengalami kenaikan jumlah pelaku UMKM dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 2013 dan 2014, namun pada tahun 2016 jumlah UMKM dan tenaga kerja di kota Bandung mengalami penurunan. Jumlah pelaku usaha di sentra industri Cibaduyut pada tahun 2015 mengalami penurunan jumlah dari tahun sebelumnya 2014 yang berjumlah 577 pelaku usaha menjadi 374 pelaku usaha di tahun 2015. Selain itu, pada omset yang diperoleh oleh para pelaku usaha mengalami perubahan yang dapat dilihat pada penjelasan berikut pada Gambar 1.3. 6
Gambar 1.3 Omset Sentra Industri Cibaduyut pada tahun 2014 dan 2015 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (data telah diolah) Pada Gambar 1.3 tentang omset yang diperoleh oleh para pelaku usaha di sentra industri Cibaduyut, pada tahun 2015 mengalami penurunan jumlah pelaku usaha yang memperoleh omset pada kisaran Rp.1.000.000 sampai dengan Rp.99.999.999, yang sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 96.53% menjadi 78.08% di tahun 2015. Namun para pelaku usaha yang memperoleh omset diatas Rp.100.000.000 mengalami penaikan jumlah yang sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 3.47% menjadi 21.92%. Hal tersebut memungkinkan para pelaku usaha yang memperoleh omset dibawah Rp.100.000.000 ada sebagian yang tidak melanjutkan usahanya dikarenakan omset yang diperoleh tidak mencukupi, namun ada pula yang mengalami perkembangan sehingga omset yang diperoleh mengalami kenaikan. Menurut Swasta dalam Susanti (2007:10), faktor yang mempengaruhi omset penjualan ada empat. Pertama dari kondisi dan kemampuan penjual sehingga penjual 7
harus memahami beberapa hal yaitu jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan, harga produk dan syarat penjualan. Kedua kondisi pasar seperti jenis pasar, kelompok pembeli, daya belinya, frekuensi pembelian, dan keinginan serta kebutuhan. Lalu ada modal, dan yang terakhir dari kondisi organisasi perusahaan, pada perusahaan kecil biasanya masalah penjualan masih ditangani oleh orang yang juga melaksanakan fungsi-fungsi lain. Menurut salah satu pelaku usaha di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Bapak Asep Juhana mengatakan penurunan omset penjualan di Sentra Industri Cibaduyut dikarenakan para distributor mengikuti trend market yang dimana masyarakat umum lebih menyukai sepatu dengan merek asing yang lebih terkenal dan tidak ketinggalan zaman dibandingkan dengan produk dalam negeri dengan merek yang tidak dikenal. Dari hasil wawancara tersebut para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut memproduksi sepatu dengan model dan design sepatu yang tidak memiliki berbagai variasi lain atau dapat dikatakan kurang melakukan inovasi pada produk yang diproduksi oleh para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut sehingga siklus hidup produk yang diproduksi pendek. Permasalahan yang terjadi di Sentra Industri Cibaduyut berada pada tahapan produksi, maka perlu diteliti terdapat permasalahan yang lainnya atau tidak pada tahapan produksi selain permasalahan yang ada. Penerapan roda tiga fungsi yang menjadi dasar dalam berorganisasi perlu diperhatikan secara serius, agar terciptanya pertumbuhan kearah positif yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut. Menurut Heizer dan Render (2009:05), ketiga fungsi dasar tersebut adalah pemasaran, produksi/operasi, dan keuangan. Adapun fungsi lainnya adalah manajemen SDM, manajemen investasi, dan manajemen strategik. Dalam praktiknya tiga fungsi dasar dalam berorganisasi tersebut biasanya tidak akan terlepas dari kendala yang seharusnya dapat dicegah atau bahkan dapat ditemukan solusi dari permasalahan yang menjadi kendala-kendala tersebut. Kendala pada fungsi produksi/operasi pastinya tidak lepas dari permasalahan rantai pasok dari perusahaan yang berkembang seperti para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut. Kunci manajemen rantai pasokan yang efektif 8
adalah menjadikan pemasok sebagai mitra dalam strategi perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah (Heizer and Render, 2005:04). Manajemen rantai pasok yang efektif merupakan bagian yang penting dan merupakan kemampuan suatu pemilik usaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Kinerja Supply Chain dapat berkurang dengan peristiwa risiko yang terjadi dan mengganggu didalam sistem rantai pasok. Walaupun pemerintah telah berusaha melakukan program-program pemberdayaan terhadap sektor usaha UMKM, pemberdayaan berkelanjutan terhadap perkembangan UMKM oleh pemerintah sangatlah penting, terutama terhadap masalah mengatur kelancaran rantai pasok (Supply Chain Management), serta usaha-usaha yang mungkin dapat mengurangin risiko yang mungkin dihadapi oleh banyak pelaku usaha UMKM. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Sentra Industri Cibaduyut kota Bandung, maka dari itu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan diatas dengan judul Analisis Risiko Supply Chain Management (SCM) pada Usaha Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung 1.3 Perumusan Masalah Penelitian Secara umum, proses manajemen risiko rantai pasok terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko (Hallikas dan Veli-Matti, 2004; Norman dan Lindroth, 2004; dalam Ulfah et al, 2016:2). Kebanyakan risiko potensial tidak hanya dalam organisasi, tetapi juga antara anggota jaringan pasokan serta antar jaringan pasokan dan lingkungannya harus diidentifikasi. Risiko yang tidak teridentifikasi dapat menyebabkan kesalahan arah dalam proses manajemen risiko rantai pasok seperti pembuatan rencana mitigasi risiko, menimbulkan tidak tepatnya atau tidak sesuainya strategi untuk mengendalikan 9
risiko-risiko ini dan hal ini dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar (Ulfah et al, 2016:2). Permasalahan yang terjadi di Sentra Industri Cibaduyut ialah penurunan penjualan dari para setiap pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut yang disebabkan oleh pihak distributor yang lebih mengikuti trend market yang kebanyakan masyarakat umum lebih memilih produk luar yang tidak ketinggalan zaman. Oleh karena itu, terdapat permasalahan di dalam tahapan produksi, yang dimana para pengrajin memproduksi sepatu dengan model dan design sepatu yang tidak memiliki berbagai variasi lain atau kurang melakukan inovasi dan tidak mengikuti zaman pada produk yang diproduksi para pengrajin di Sentra Industri Cibaduyut sehingga siklus hidup produk yang diproduksi pendek. Maka peneliti memilih manajemen risiko rantai pasok untuk menyesuaikan risiko-risiko rantai pasok yang paling menggambarkan keadaan lapangan pada Sentra Industri Cibaduyut dari teori-teori penelitian terdahulu diberbagai industri berbeda. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung? 2. Apa risiko yang dominan pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung? 1.5 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan pertanyaan penelitian di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung. 10
2. Untuk mengetahui risiko yang dominan pada usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian di masa yang akan datang dan pengembangan ilmu pengetahuan dan keilmuan khususnya yang berhubungan dengan risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) 1.6.2 Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai risiko-risiko yang dapat menghambat kinerja rantai pasok sehingga para pelaku usaha dapat mengelola rantai pasok dari ancaman risiko-risiko yang dapat mengganggu kinerja para pelaku usaha di Sentra Industri Cibaduyut Kota Bandung agar tetap bertahan dan semakin berkembang. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko-risiko Supply Chain Management (SCM) yang ada pada Usaha Sentra Industri Cibaduyut di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan data UMKM dan Sentra Industri Kecil Menengah di Kota Bandung yang terdaftar pada Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dari tahun 2012-2016. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Dalam penyusunan penelitian ini, sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan membahas mengenai Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan 11
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai penelitian terdahulu dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas serta teori penunjang dalam memecahkan maslaah, sehingga terbentuk kerangka pemikiran yang akan mengantarkan pada kesimpulan penelitian. BAB III METODE PENILITIAN Dalam bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang: jenis penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menampilan hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta menjelaskan hasil analisi dari penelitian yang dilakukan serta pembahasan sesuai rumusan masalah dan tujuan dari penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini akan dijelaskan penafsiran dan pemaknaan atas hasil analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan. Bab ini pun akan merumuskan saran secara kongkrit yang merupakan masukan yang membangun bagi objek penelitian ataupun pihak-pihak terkait lainnya. 12