Marine Journal Desember 2017

dokumen-dokumen yang mirip
menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper

PENGOLAHAN CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI TUTUPAN LAHAN VEGETASI MENGGUNAKAN ER MAPPER 7.0 (Laporan Peongolahan Citra Satelit)

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGINDERAAN JAUH DENGAN NILAI INDEKS FAKTOR UNTUK IDENTIFIKASI MANGROVE DI BATAM (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT GILI PETAGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Mengenal ER Mapper 5.5

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit


Panduan Cara Menghitung Volume Laut Indonesia Menggunakan Data General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) 30 arc second

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI RADIOMETRIK CITRA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Membuat Layout Data Citra Satelit Menggunakan ENVI November 2012 Hal. 1

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

ABSTRAK. Kata kunci : Keramba jaring tancap, Rumput laut, Overlay, SIG.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: : HILDA ARSSY WIGA CINTYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

III. BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

Dasar-Dasar Channels

RSNI-3 Rancangan Standar Nasional Indonesia-3

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

Oleh: HAZMI C SKRlPSl Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kreasi Foto Hitam. Teknik Editing I

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

INTERPRETASI LAHAN RAWA YANG BELUM DIALIH FUNGSI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Irwandy Syofyan, Rommie Jhonerie, Yusni Ikhwan Siregar ABSTRAK

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

ANALISIS PENENTUAN EKOSISTEM LAUT PULAU- PULAU KECIL DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT RESOLUSI TINGGI STUDY KASUS : PULAU BOKOR

BUKU AJAR. : Inderaja untuk Penataan Ruang : Perencanaan Wilayah dan Kota : Fakultas Teknik. Mata Kuliah Prgram Studi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PERKEMBANGAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

I. Pengantar. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SEBARAN TERUMBU KARANG KEPULAUAN TAKABONERATE, KAB. SELAYAR, SULAWESI SELATAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT Andik Dwi Muttaqin Mahasiswa Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam & Lingkungan E_mail: andik.muttaqin@uinsby.ac.id Abstrak Taman Nasional Taka Bonerate adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia, setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Memiliki letak geografis 6 41 LU 121 9 BT, Luas total dari atol ini 220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km². Kawasan ini terletak di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sejak Tahun 2005 Taman Nasional Taka Bonerate telah di calonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia. Dalam rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar di lokasi ini setiap tahunnya diadakan festival yang bertajuk Sail Taka Bonerate atau sebelumnya disebut Takabonerate Island Expedition. Taka Bonerate (menjadi Taman Laut Nasional awal periode 1980 -an) merupakan kawasan terumbu karang atol yang unik dan menarik. Atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam membentuk pulau-pulau dengan jumlah banyak. Di antara pulau-pulau dan gosong karang (taka dalam istilah Bugis, Makassar, Bajo) terdapat selatselat sempit yang dalam dan terjal, sedang pada bagian rataan terumbu karang (disebut juga taka) banyak terdapat kolam -kolam kecil yang dalam dan dikelilingi terumbu karang. Kepulauan Takabonerate yang terletak di Kabupaten Selayar Provinsi Sulawesi Selatan memiliki nilai sebaran terumbu karang yang cukup luas ditandai dengan warna biru tua pada citra yang mengartikan gugusan terumbu karang. Pulau- pulau yang berada di Kepulauan Takabonerate didominansi oleh sebaran semak belukar yang ditandai dengan warna Kuning pada citra hasil interpretasi, dengan sedikit sebaran hutan yang ditandai dengan warna Hijau pada citra yang sudah terinterpretasi secara terbimbing. Kata kunci: Takabonerate, identifikasi terumbu karang, citra A. Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) semakin pesat, persaingan antar bangsa atau negara semakin kuat dan arus globalisasi yang semakin meluas telah menuntut pemanfaatan, pengembangan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih cepat, tepat, cermat, dan bertanggung jawab. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membantu dalam pengelolaan wilayah, sumber daya, dan lingkungan. Informasi mengenai sumber daya alam, lingkungan dan cuaca dapat diperoleh dari data satelit penginderaan jauh dan informasinya dapat disajikan melalui proses interpretasi citra satelit. Interpretasi citra pada dasarnya terdiri dari dua proses, yakni proses perumusan identitas objek dan elemen yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan arti pentingnya objek dan elemen tersebut (Sutanto 1986). Hasil dari proses inilah yang kemudian dapat dikelompokkan karakteristik atau fenomena di permukaan bumi 20

berdasarkan kemiripan dalam membentuk suatu pola tertentu. Produk penginderaan jauh yang disebut citra penginderaan jauh saat ini sudah banyak dimanfaatkan salah satunya yaitu pemetaan terumbu karang. Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang sangat potensial. Salah satunya adalah sumberdaya terumbu karang yang hampir tersebar di seluruh perairan Indonesia. Terumbu karang adalah salah satu ekosistem paling tinggi keanekaragamannya dan paling tinggi produktifitasnya. Terumbu karang adalah struktur biogenic terbesar dan hanya struktur yang nampak dari ruang angkasa (Mumby and Steneck, 2008). Sumberdaya terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung, seperti pemanfaatan ikan dan biota lainnya, pariwisata bahari dan lain-lain, maupun manfaat tidak langsung, seperti penahan abrasi pantai, pemecah gelombang, keanekaragaman hayati dan tempat mengasuh, tempat mencari makan dan tempat pemijahan bagi biota lainnya (COREMAP, 2001). Pemetaan terumbu karang dengan menggunakan satelit Landsat 7 salah satunya di Taman Nasional Taka Bonerate. Taman Nasional Taka Bonerate adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Taka Bonerate terletak pada koordinat 64º1 LU 121º9 BT. Luas total dari atol ini 220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km². Kawasan ini terletak di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dari pemetaan terumbu karang di Taman Nasional Taka Bonerate, diperlukan analisa daerah tersebut untuk diinterpretasi lebih mendalam sehingga dapat dirumuskan sesuai dengan prosedur yang telah ada. Sehingga hal ini dapat dijadikan literatur sebagai studi analisa maupun penelitian. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana cara interpretasi citra dalam pemetaan terumbu karang di Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan menggunakan software Er Mapper 7.0? 2. Bagaimana cara klasifikasi terbimbing dengan menggunakan software Er Mapper 7.0 dalam pemetaan terumbu karang di Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan? C. Tujuan Dari rumusan masalah diatas didapatkan tujuan yaitu : 1. Untuk menginterpretasikan citra dalam pemetaan terumbu karang di Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan. 2. Untuk mengklasifikasikan apa saja yang ada pada pemetaan terumbu karang di Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan. D. Metodologi Penelitian MULAI Earthexplorer.usgs.gov IMPORT/OPEN/LOAD DATA VISUALISASI CITRA KOMBINASI KANAL PENAJAMAN KONTRAS CROPING AREA 21

E. Proses Pengolahan Data Mentah (Citra) dengan software Er Mapper 7.0 1. Kombinasi Kanal atau Band (Color Composit) Pembuatan komposit atau kombinasi kanal atau band dijelaskan dalam penampilan citra melalui kombinasi tiga band, yaitu Red- Green_Blur (RGB), pada suatu layer. Adapun langkah- langkah dalam melakukan color composit sebagai berkut : a) Dari jendela utama Klik Load Dataset. Buka atau pilih file yang sudah di simpan sebelumnya (Citra yang memiliki 7 Band) untuk di tampilkan. Maka akan keluar jendela seperti Gambar. c) Klik Tools edit Algoritm. Kemudian muncul jendela seperti gambar. Merubah nilai Band secara berturut- turut Red-Green-Blue yaitu 5,4,2. d) Gambar 3. Color Composit Band e) Setelah dilakukan penyatuan band, dilakukan penajaman masingmasing band dengan klik ikon seperti pada gambar. Gambar 4. Ikon Edit tranform limits Gambar 1. Layout Citra dengan 7 band b) Langkah selanjutnya yaitu Klik Creat RGB Algoritm pada jendela utama ER Mapper 7.0. kemudian akan muncul perubahan seperti pada Gambar. f) Setelah itu akan muncul jendela seperti pada Gambar. Pilih dan klik bagian Creat Default linier transform dan Creat Autoclip Transform seperti pada gambar. Gambar 5. Creat Autoclip Transform Gambar 2. Layout Citra RGB g) Setelah melakukan penajaman warna, Klik Close. Kemudian Klik Ikon refresh Image with 99% clip on limits. Seperti pada Gambar 22

b) Kemudian tandai atau beri batasan wilayah pada citra, seperti gambar 4.18 Gambar 6. refresh Image with 99% clip on limits. h) Setelah melakukan penjernihan gambar, Klik Save As Pada jendela utama ER Mapper 7.0. Proses dilakukan sama dengan proses Save As sebelumnya. Beri Nama File Seperti contoh pada Gambar, Gambar 9. Pemberihan batasan wilayah pada citra c) Setelah muncul jendela hasil cropping area, tahap selanjutnya lakukan Save As seperti perlakuan sebelumnya. Gambar 7. Proses Save As dengan Composit warna RGB 2. Cropping Area of Interest Sebelum pengklasifikasian citra dilakukan Cropping area of Interest guna memperkecil daerah yang dikaji sesuai dengan area of ineterest atau area yang diinginkan. Adapun langkah- langkah dalam Cropping area of Interest di jelaskan sebagai berikut : a) Klik Zoom Tool Box Pada jendela utama ER Mapper 7.0.seperti gambar Gambar 8. Ikon Zoom Tool Box 3. Klasifikasi Citra Terbimbing Klasifikasi citra merupakan prosesdur citra secara digital yang bertujuan untuk melakukan kategorisasi secara otomatis dari semua pixel citra ke dalam kelas penutup lahan atau suatu tema tertentu. Klasifikasi terbimbing dilakuakn setelah tahap cropping area of interest, yang merupakan pengenalan spektral, prosedur training areas, penyusunan kunci interpretasi, dan kalsifikasi hingga keluarannya. Adapun langkah langkah interpretasi citra secara terbimbing dilakukan sebagai berikut : a) Klik Load Dataset pada jendela utama ER Mapper 7.0, file yang dipilih merupakan flie hasil cropping area of interest. Setelah jendela citra terbuka, klik Creat RGB Algoritm. b) Tahap selanjutnya Klik menu Edit, kemudian pilih Edit/Creat Regoins. Setelah muncul Jendela New Map Compotiion Klik OK. Setelah itu muncul jendela seperti Gambar di bawah ini. 23

e) Tahap Selanjutanya yaitu pemberihan nama masingmasing Training Areas, seperti gambar. Gambar 10. Poligon tools c) Tahap selanjutanya Kik Ikon Poligon seperti gambar diatas, hal ini bertujuan untuk penyusunan kunci interpretasi melalui prosedur training areas. Setelah itu bikin area seperti gambar. Gambar 12. Pemberihan nama pada daerah Training Areas f) Tahap selanjutnya, lakukan tahap c- e berulang kali, minimal membuat 5 Training Areas yang memiliki kunci interpretasi berbeda- beda, seperti gambar. Gambar. Training Areas d) Setelah dilakuakn Training Areas, dan pastikan semua titik terhubung. Tahap selanjutnya yaitu, pemberihan nama atau mulai menyusun kunci interpretasi melalui penamaan wilayah Traiing Areas, dengan cara Klik Display/Edit Object Attributes. setelah itu akan muncul jendela seperti Gambar. Gambar 13. Training Areas g)tahap Selanjutnya yaitu, Klik Ikon Save. Jika muncul jendela seperti Gambar, tahap training areas dan penyusunan kunci interpretasi dinyatakan berhasil. Gambar 11. Map Composition Attributes Gambar 14. ER Mapper Massage Windows 24

h) Tahap selanjutnya melakukan Save As pada citra, penyimpanan dalam bentuk vektor, seperti gambar, Gambar 15. Map Composition Save As i) Setelah dilakukan penyimpanan dalam bentuk Vektor file, citra akan berubah seperti gambar Gambar17. Suppervised Classification l) Tahap selanjutnya yaitu, Klik Menu Edit pada jendela utama ER Mapper 7.0., kemudian pilih edit class/region color and names, kemudian muncul jendela seperti gambar. setelah itu lakukan pengklasifikasian warna sesuia interpretasi citra yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Gambar Citra dengan jenis Vektor j) Tahap selanjutnya yaitu, Klik Menu Procces pada jendela Utama ER Mapper 7.0 kemudian pilih Calculate Statistic, sehingga muncul hendela seperti gambar di bawah. Kemudian Klik OK Gambar 16. Calculate Statistic k) Jika calculate statistic tidak mengalami error, tahap selanjutnya yaitu Klik Menu Procces pada jendela Utama ER Mapper 7.0. Pilih Classification kemudian pilih Supervised Classification. Setelah itu muncul jendela seperti gambar Klik OK Gambar 18. Edit class/ Region Details m) Selanjutnya save hasil pengeditan, dengan Klik Save Pada jendela Edit class/ Region Details. Klik Yes. n) Tahap selanjutnya yaitu Klik edit Algoritm Pada jendela Utama ER Mapper 7.0. selanjutnya lakukan seperti Gambar di bawah ini Gambar19. Penambahan Layer 25

o) Tahap Selanjutnya yaitu input data hasil Edit class/ Region Details. p) Pada Gambar dibawah ini adalah merupakan citra hasil interpretasi secara terbimbing Takabonerate didominansi oleh sebaran semak belukar yang ditandai dengan warna Kuning pada citra hasil interpretasi, dengan sedikit sebaran hutan yang ditandai dengan warna Hijau pada citra yang sudah terinterpretasi secara terbimbing. DAFTAR PUSTAKA Bengen, Dietriech G dkk. 2012. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau- Pulau Kecil. Bogor : Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L) ISBN : 979-98867-2-4. Gambar 20. Citra Hasil Interpretasi Citra terbimbing 4. Interpretasi Citra Dari hasil interpretasi seperti pada gambar 5.1. bahwa yang berwarna biru merupakan daerah terumbu karang, yang berwarna putih merupakan awan, yang berwarna hijau merupakan hutan, sedangkan yang berwarna kuning merupakan semak belukar. Jadi diwilayah Kepulauan Takabonerate, Kab. Selayar, Sulawesi Selatan, masih kaya akan terumbu karang, dilihat dari kelimpahan warna biru tua pada citra yang menandakan adanya terumbu karang. F. Kesimpulan Interpretasi citra merupakan penafsiran dari sebuah citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam sebuah citra, serta menilai arti dari setiap obyek yang terdapat pada sebuah citra. Kepulauan Takabonerate yang terletak di Kabupaten Selayar Provinsi Sulawesi Selatan memiliki nilai sebaran terumbu karang yang cukup luas ditandai dengan warna biru tua pada citra yang mengartikan gugusan terumbu karang. Pulau- pulau yang berada di Kepulauan Guntur, Dr. Ir, M.S dkk. 2012. Pemetaan Terumbu Karang : Teori, Metode, dan Praktik. Bogor. Ghalia Indonesia. Purwadhi, Sri Hardiyati dan Tjaturahono Bdi Sanjoto. 2008. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Semarang : LAPAN dan UNNES. Siregar, V.P., D. Soedharma,dan J.L. gaol. 1996. Pemetaan Tematik Terumbu Karang dengan Menggunakan Data Landsat-TM. Bogor: Fakultas Perikanan Institut Teknologi Bogor Suharsono, 1998. Distribusi, Metodologi dan Status Terumbu Karang di Indonesia. Konperensi Nasional I Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. PKSPL. IPB. Supriharyono, 2000, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 26