TIDAK ADA BAB 5 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Permasalahan a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN UKDW

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

BAB 5. Penutup. (GBKP Lau Buluh), semi kota (GBKP Pancur Batu) dan juga jemaat kota (GBKP Km 7

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

Ordinary Love. Timothy Athanasios

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

Diunduh dari Bab Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku Bahan Alkitab: 1 Samuel 1: 1-16, Efesus 5: A.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun, peneliti berkecimpung dalam

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH

BELAJAR DARI SEJARAH GEREJA: PENDIDIKAN KRISTIANI UNTUK ANAK MELALUI SEKOLAH MINGGU Tabita Kartika Christiani

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran harus diterima siswa, maupun sarana dan prasarana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan

MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL. Tugas Akhir S-1 Seni Musik.

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kalender Doa Januari 2016

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

Bekerja Dengan Para Pemimpin

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

UKDW BAB I PENDAHULUAN

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bergereja, pastilah warga jemaat berasal dari berbagai latar belakang dan usia, mulai dari anak, remaja, pemuda, warga dewasa hingga lanjut usia. Mereka itu semua adalah gereja. Gereja bukanlah gedung atau bangunannya. Gereja adalah orangorang yang mengisi kehidupan dalam gereja itu untuk berbagai kegiatan peribadahan atau acara-acara kerohanian gereja dan pelayanan sosial gereja. Dalam berbagai aspek kehidupan, tak hanya kehidupan bergereja, ada keprihatinan terhadap perkembangan anak-anak saat ini. Dalam skripsi ini, penyusun berfokus pada pembinaan iman bagi anak-anak. Kehidupan sekarang yang serba digital memudahkan setiap orang dan juga setiap anak bisa menyerap berbagai informasi, entah itu baik ataupun buruk. Dalam kenyataan, begitu banyak masalah yang terjadi pada anak-anak. Misalnya, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, depresi, penghinaan, traumatis persoalan keluarga, kemiskinan, kejahatan anak terhadap teman sebayanya sendiri, penelantaran dan kekerasan terhadap anak, dan masih banyak lagi. 1 Muncul kemudian berbagai pertanyaan: Apakah anak-anak ini dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang? Apakah mereka menerima pendidikan yang baik? Apakah mereka sedang mencontoh teladan yang baik? Dan berbagai pertanyaan yang muncul lainnya. 2 Begitulah bentuk-bentuk pertanyaan keprihatinan bagi anak-anak. Dari berbagai keprihatinan tersebut, penyusun melihat hal-hal demikian yang begitu riskan bagi anak-anak terjadi juga di salah satu gereja arus utama di Semarang, yaitu Gereja Kristen Indonesia (GKI) Beringin Semarang. Kehidupan yang penuh dengan halhal yang digital atau instant, membuat anak-anak juga semakin rajin untuk up to date dengan berbagai media elektronik, media digital, dan media sosial, sehingga waktu mereka untuk pembelajaran yang berkaitan dengan teknologi atau akademik. 1 Marcia J. Bunge, The Child in Christian Thought, (Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing. 2001), h. 2 2 Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut berdasarkan pengamatan penulis dan ungkapan atau pengalamanpengalaman dari para orang tua atau sanak saudara yang sedang bercerita mengenai kehidupan anak-anak. 1

Bakat atau talenta masing-masing anak juga butuh diasah, dengan berbagai kecerdasankecerdasan yang ada yang biasa disebut dengan kecerdasan majemuk. Seorang ahli psikologi bernama Dr. Howard Gardner mengembangkan konsep kecerdasan majemuk ini sejak tahun 1983. 3 Setiap orang, pasti memiliki kecerdasan yang menjadi unggulan dari dirinya untuk dikembangkan secara optimal, walaupun tak menutup kemungkinan juga memiliki kecerdasan yang lainnya. Kecerdasan majemuk yang dimaksud adalah kecerdasan linguistik atau bahasa, kecerdasan visual-spasial atau gambar, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan musikal, kecerdasan gerak tubuh kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan natural, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial. 4 Secara akademik, mereka memang mendapatkan pendidikan dan pembelajaran berikut dengan pengalaman dan tambahan wawasan anak masing-masing. Akan tetapi, pendidikan non akademik mereka seringkali terabaikan, terlebih mengenai hal kerohanian mereka atau pembelajaran untuk pertumbuhan iman anak-anak. Tak banyak gereja memperhatikan kebutuhan iman anak, agar banyak belajar secara mendalam mengenai isi Alkitab dan cerita-cerita Alkitab sejak usia dini dimana anak-anak dapat mengerti bahwa pembelajaran Alkitab tersebut juga berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari secara menyeluruh, dimana memang ada korelasi. Karena berbagai hal yang memprihatinkan untuk anak atau tindakan-tindakan negatif anak karena tidak ada atau belum ada sarana untuk memfasilitasi bakat atau talenta yang mereka minati dan miliki, GKI Beringin mempunyai 2 seorang pendeta yang fokus pelayanannya pada anak. Pendeta tersebut bernama Pdt. Mira Novita Thios. 5 Beliau merasa perlu untuk memperhatikan anak lebih optimal, selain memperhatikan warga dewasa dan usia lanjut. Selain melihat dan mengetahui berbagai hal negatif yang dilakukan oleh anak-anak, Pdt. Thios juga pernah mengalami suatu mimpi dimana anakanak memang membutuhkan pertolongan. 6 Oleh karena itu, Pdt. Thios mendirikan Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang sejak tahun 1998, dengan kelas pertama hanya diperuntukkan bagi anak-anak kelas enam SD. Dari tahun ke tahun, Sekolah Alkitab Anak mengalami perkembangan dan dukungan dari warga jemaat, khususnya 3 Andin Sefrina, Deteksi Minat Bakat Anak, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), h. 33 4 Andin Sefrina, Deteksi Minat Bakat Anak, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), h. 34-35 5 Dimana dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya akan disebut nama beliau dengan Pdt. Thios. 6 Cerita secara lebih detail, bisa dilihat dalam Bab II pembahasan skripsi ini.

para orang tua yang memiliki anak yang duduk di bangku SD. Sehingga pada akhirnya sampai sekarang, Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang ditujukan untuk anakanak kelas tiga sampai enam SD. Sekolah Alkitab Anak ini tidak menggantikan sekolah minggu atau kebaktian anak. Bagi Pdt. Thios, sekolah minggu terasa kurang dalam melakukan pendekatan terhadap perkembangan diri anak itu sendiri secara spiritual pada khususnya, dan juga relasi sosial atau talenta kemampuan masing-masing anak dengan karakteristik yang anak-anak miliki masing-masing. Penyusun pun mengamati secara lebih mendalam dan turut berefleksi untuk kemajuan perkembangan dan pertumbuhan anak. Sekolah minggu atau kebaktian anak, seringkali hanya sebagai pencerita formalitas pada hari Minggu. Bisa jadi pengaruh dari guru sekolah minggu dimana mendapati dirinya kehilangan visinya sebagai guru. Guru tidak efektif melayani karena asal megikuti kebiasaan yang sudah ada, tidak ada sasaran yang jelas. Program kerjanya hanya mengikuti kebiasaan yang sudah ada, tidak kreatif, dan membosankan. Ia berpikir, yang sudah biasanya dilakukan sudah berjalan dengan baik, jadi mau apa lagi? 7 Dengan salah satu alasan tersebut, menjadikan anak kurang maksimal untuk belajar cerita Alkitab lebih mendalam dan anak juga merasakan adanya sekolah minggu hanya untuk kegiatan hari Minggu sembari menunggu kebaktian umum. 8 Bisa juga disebutkan bahwa Sekolah Minggu hanya formalitas belaka dengan rutinitas memberikan materi sesuai bahan ajar untuk Sekolah Minggu. Sehingga kurangnya kepekaan untuk bisa membuat anak tertarik belajar Firman Tuhan lebih mendalam yang dikemas dengan disesuaikan pada dunia anak. Anak-anak perlu belajar lebih mendalam mengenai isi-isi dari Alkitab dengan penyampaian materi yang ada dalam Sekolah Alkitab Anak untuk kelas 3-6 SD agar sesuai dengan porsi untuk anak-anak yang bisa diajak untuk belajar dengan pemikiran, daya inovasi dalam berekspresi, berkreasi, dan berprestasi. Sasaran Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang memang tepat untuk anak usia 8-11 tahun tersebut. Karena itu semua usia untuk persiapan masuk ke jenjang tahapan berikutnya, kategori remaja. Anak- 7 Paulus Lie, Mereformasi Sekolah Minggu: 8 Kiat Praktis Menjadikan Sekolah Minggu Berpusat pada Anak, (Yogyakarta: Andi, 2003), h. 89 8 Ini merupakan sharing beberapa anak Sekolah Minggu kepada penyusun yang merasakan hal demikian. 3

anak memang diajak untuk bisa dibina sejak dini, sejak anak-anak. Jangan sampai anak tidak tahu apa-apa atau tak punya isi yang pasti mengenai iman atau spiritual mereka. Adanya Sekolah Alkitab ini tentu saja untuk melengkapi Sekolah Minggu dimana bisa dibentuk dengan daya kreasi dan materi yang bisa memudahkan anak untuk belajar yang dilengkapi metode yang menarik. Walaupun materi-materi yang disajikan bagi anak-anak Sekolah Alkitab Anak disusun secara mendadak yang tadinya hanya tertuang dalam ide pikiran Pendeta Thios saja. Sehingga, ketika penyusun juga turut serta membantu mengajar Sekolah Alkitab anak, harus ekstra belajar memahami terlebih dahulu dan nantinya ketika mengajar dalam kelas, bisa mengajar secara kreatif dengan adanya komunikasi dua arah yang membuat anak juga tertarik belajar, karena cerita Alkitab bisa dihubungkan dengan dunia mereka sendiri. Diharapkan adanya ikatan untuk saling melengkapi antara Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang. I.2. Pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang Persoalan lain yang dihadapi anak-anak Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang, dimana penyusun juga pernah menjadi tempat berbagi anak-anak tersebut adalah tuntutan dari orang tua untuk membuat anak serba berprestasi ini dan itu. Kalau dilihat, mereka itu masih duduk di bangku SD kelas tiga sampai enam, namun sudah diminta oleh orang tua untuk bisa mereka raih dengan cepat segala prestasi secara akademik dan non akademik. Padahal, anak juga memiliki kapasitas kemampuan untuk mewujudnyatakan harapan, impian, dan talenta yang mereka miliki masing-masing. Maka anak-anak merasa tidak nyaman dengan kehidupannya, sehingga mengakibatkan stres dan mendapat beban hidup yang berat yang bisa saja ditutupi oleh anak-anak dengan melakukan aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang lain. Diharapkan, kegiatan-kegiatan lain itu adalah kegiatan yang masuk dalam hal yang positif, seperti mengembangkan bakat atau kemampuan atau talenta. Yang tidak diinginkan oleh penyusun adalah hal-hal yang negatif atau buruk yang menjerumuskan anak-anak, seperti suka menghina orang lain, bertindak kasar pada sesama, melakukan ancaman, berani merokok atau sejenisnya. 4

Ketika anak-anak kelas tiga sampai enam SD mengikuti Sekolah Minggu dan anak-anak yang juga mengikuti Sekolah Alkitab Anak dengan materi-materi pelajaran yang dikemas secara menarik mengenai cerita-cerita dalam Alkitab, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, diharapkan bisa mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam mengenai jati diri mereka dalam iman Kristiani. Dimana anak-anak pun merasa tertarik untuk belajar dengan sungguh mengenai kehidupan iman, kehidupan rohani atau kehidupan spiritual anak-anak itu sendiri. Penyusun melihat, materi-materi yang diajarkan berperan penting untuk anak-anak dapat mengerti dengan baik bagaimana pembelajaran dengan Alkitab itu bisa membuat anakanak senang dan sukacita. Materi-materi yang diberikan dalam Sekolah Minggu belum bisa dipelajari dengan detail dan masih berupa hafalan belum pendalaman yang matang yang masih berupa instruksional. Sedangkan materi-materi pelajaran yang diberikan bagi anak-anak di Sekolah Alkitab Anak ini tak lepas juga dari peran anak itu sendiri, bagaimana anak mau dan mampu untuk belajar lebih sungguh untuk mendalaminya dengan metode-metode yang dilakukan dalam kelas untuk menunjang anak bisa memahami dan membantu dalam pertumbuhan spiritual mereka. Selain itu, peran relasi sosial mempengaruhi kehidupan anak-anak tersebut. Relasi yang paling dekat adalah keluarga, khususnya orang tua, teman-teman, dan saudara-saudara mereka. Kegiatan proses belajar-mengajar dalam Sekolah Alkitab Anak memang bisa mengajak anak untuk mendalami cerita-cerita Alkitab dan menjadikan anak bisa belajar untuk menghubungkan cerita-cerita Alkitab dengan setiap aspek kehidupan mereka yang mereka jalani sehari-hari. Namun, tak menutup kemungkinan, materi yang disajikan dan diajarkan pada anak kurang tepat bagi usia atau perkembangan spiritual-mental mereka. Perkembangan mental tidak dapat dipisahkan dari perkembangan fisik: kematangan sistem saraf dan endoktrin, pada khususnya, berlanjut hingga usia 16 tahun. 9 Bisa jadi yang didapatkan anak-anak kelas empat sampai enam SD tersebut seperti halnya yang didapat anak-anak remaja. Sehingga memang anak-anak tersebut belajar lebih dini, tetapi juga mengajak anak untuk mengasah kemampuan mereka untuk ekstra belajar yang belum tentu gampang dan sepele. 9 Jean Piaget, Psikologi Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 1 5

Dengan melihat adanya pembinaan anak yang rutin diadakan yaitu Sekolah Minggu dan tambahan pembinaan anak untuk menjadi suplemen atau pelengkap Sekolah Minggu, yaitu adanya Sekolah Alkitab Anak, yang dikemas dengan metodenya masing-masing mengajak penyusun untuk mengorek dan memperhatikan pembinaan anak tersebut sesuai dengan Pendidikan Kristiani dalam pendekatan instruksional untuk Sekolah Minggu dan pendekatan pertumbuhan spiritual untuk Sekolah Alkitab Anak. Untuk meninjau pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang dan lebih meningkatkan wadah pembelajaran Sekolah Alkitab Anak, penyusun menggunakan teori Pendidikan Kristiani dengan pendekatan instruksional dan pertumbuhan spiritual dari Jack L. Seymour untuk menganalisis Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak. Pendidikan dan pembelajaran mengenai iman yang diwujudkan pada setiap orang dari berbagai usia, begitu pula bagi anak itu sendiri dengan cara mereka masing-masing dalam kehidupan mereka. Terutama, anak diajak untuk mendalami perjalanan kehidupannya dimana juga mengembangkan talenta dan kemampuan yang anak miliki masing-masing. Tujuan dari pendekatan instruksional ini adalah memampukan nara didik untuk mendasarkan diri pada iman yang Alkitabiah dan membuat koneksi atau menghubungkan antara isi iman dan kehidupan. 10 Sedangkan tujuan dari pendekatan pertumbuhan spiritual adalah mengajak anak ke dalam hubungan, persahabatan, kepedulian, dan keadilan satu sama lain, itu merupakan titik awal untuk pendidikan anak tersebut. 11 Pembelajaran dalam Sekolah Alkitab Anak mengajak anak-anak menumbuhkan rasa keintiman dalam menjalin relasi antara anak dengan Tuhan, anak dengan sesama, dan anak dengan alam. Sehingga diharapkan, pembelajaran itu tak hanya bermanfaat bagi setiap anak saja yang mengikuti Sekolah Alkitab Anak, tetapi juga bagi orang-orang dewasa yang membantu proses belajar mengajar, keluarga, dan masyarakat umum yang sesuai dengan pendidikan Kristiani pendekatan pertumbuhan spiritual. 10 Jack L. Seymour, Mapping Christian Education, (Nashville: Abingdon Press, 1997), h. 21 11 Jack L. Seymour, Mapping Christian Education, (Nashville: Abingdon Press, 1997), h. 20 6

I.3. Pertumbuhan Spiritual dalam Efesus 4:13-16 Anak-anak adalah usia yang paling mudah untuk bisa diselami dan diberikan berbagai informasi yang ada. Namun, tentu ada batasan-batasan untuk memberikan informasi kepada anak agar tidak menjadikan bumerang bagi yang memberikan informasi dan bagi anak itu sendiri, karena merugikan. Tindakan-tindakan negatif membuat anak-anak semakin terpuruk dengan berbagai aspek kehidupan yang mereka hadapi dan alami secara langsung. Terlebih, bila anak-anak selalu saja dianggap sebelah mata atau dianggap kaum termarginalkan bagi semua aspek kehidupan. 12 Baik itu bagaimana mereka mengeluarkan pendapat, berkreasi, dan melakukan berbagai macam aktivitas. Penyusun sendiri juga melihat ketika mendampingi dalam sekolah minggu di GKI Beringin, anak-anak canggung dan merasa malu untuk mengeluarkan pendapat mereka atau punya inisiatif untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi teman mereka, kecuali itu memang perintah atau petunjuk dari pelayan anak atau guru sekolah minggu tersebut. Sehingga terkesan anak-anak Sekolah Minggu cenderung pasif. Sehingga, dari proses ke proses, suplemen atau kelengkapan dari Sekolah Minggu yaitu adanya Sekolah Alkitab Anak yang didirikan oleh Pdt. Thios dapat berjalan sampai sekarang, selain berkat tuntunan Tuhan yang menyempurnakan, juga dukungan yang sangat luar biasa dari para orang tua pada khususnya juga dukungan para warga jemaat atau juga warga masyarakat sekitar pada umumnya. Kita juga bisa melihat sendiri korelasi anak dan adanya pembinaan anak Sekolah Alkitab Anak dengan cerita di dalam Alkitab, dalam hal pertumbuhan iman secara umum yang juga bisa berkaitan dengan pertumbuhan spiritual anak dalam Efesus 4:13-16, mengenai kesatuan iman yang bertumbuh dalam Kristus yang sesuai dengan karakter dan harapan Kristus. Dalam hal bertumbuh, diharapkan tak hanya fokus untuk pertumbuhan orang dewasa dan orang lanjut usia, tetapi juga berkaitan untuk anak yang perlu dibina dan perlu pendekatan yang hangat. Ini merupakan wejangan Tuhan Yesus yang ditujukan kepada orang dewasa. Dimana mengajak mereka untuk tidak mencibirkan dan membuat anak menjadi termarginalkan. Tuhan Yesus sendiri saja sangat bangga, menghargai, dan memperlakukan anak-anak secara istimewa. 12 Marcia J. Bunge, The Child in Christian Thought, (Cambridge: Wm. B. Eerdmans Publishing, 2001), h. 16 7

Dengan melihat dari cerita Alkitab saja bahwa anak dijadikan model kepercayaan, perlu juga bimbingan dan peran dari keluarga, khususnya orang tua, untuk membentuk dan menumbuhkan iman dan moral anak. Disini peran mereka membantu untuk bisa juga menjalin relasi dengan Allah dengan lebih intim selain relasi dengan sesama manusia dan alam. Karena orang tua sudah diberikan kepercayaan dan mandat dari Allah sendiri sebagai wakil Allah untuk menjaga, melindungi, mendidik, dan membantu anak untuk tumbuh dan kembang secara optimal dalam aspek kehidupan mereka. Sehingga perlu juga kita melihat secara mendalam perikop mengenai Kesatuan Jemaat dan Karunia yang Berbeda-beda. Surat Efesus ini mengemukakan dalam ayat-ayat ini bahwa hanya kepercayaan seperti anak ini akan memungkinkan orang Kristen menghayati tuntutan Yesus dalam hidup sehari-hari yang konkret, dalam keluarga dan di tempat lain. 13 Harapan penyusun kurang lebih seperti halnya perikop tersebut yang berfokus pada pertumbuhan iman yang fokus pada anak, dimana dalam Alkitab juga ada pembelajaran khusus mengenai anak untuk siapapun orang supaya bisa juga belajar menghargai anak. I. 4. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan tadi, maka penyusun berusaha melihat permasalahan yang ada tentang anak seperti yang sudah dijelaskan, yaitu mengenai bagaimana Pendidikan Kristiani terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang dengan melihat bagaimana proses yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran masing-masing ditinjau dari pendekatan instruksional dan pendekatan pertumbuhan spiritual untuk kemudian fokus pada meningkatkan Sekolah Alkitab Anak agar sesuai dengan pendidikan Kristiani dengan pendekatan pertumbuhan spiritual. Dengan demikian, pertanyaan permasalahan yang muncul adalah: 1. Bagaimana proses belajar-mengajar di Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak dapat disajikan dan diajarkan sesuai dengan pendekatan-pendekatan pendidikan Kristiani? 2. Bagaimana meningkatkan Sekolah Alkitab Anak sebagai Suplemen Sekolah Minggu yang tersusun, terarah, dan terencana untuk pertumbuhan spiritual anak? 13 Dianne Bergant, CSA and Robert J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 100 8

I.5. Batasan Masalah Penulis menyadari bahwa topik yang diangkat dalam skripsi ini dapat meluas. Oleh karena itu penyusun membatasi permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Skripsi ini mengkaji mengenai gambaran umum kegiatan Sekolah Minggu dan adanya suplemen Sekolah Minggu, yaitu adanya Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang. Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak ini bukan dimaksudkan sebagai saingan atau saling kompetensi untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah. Melainkan mengajak penyusun untuk dapat melihat secara dekat dengan Pendidikan Kristiani. Pendidikan yang mengajak anak untuk dapat belajar menyadarkan diri mereka sebagai orang Kristiani. Penyusun akan memaparkan empat pendekatan yang dikembangkan dengan teori Jack L. Seymour. Dengan melihat pendekatan tersebut, bisa dilihat pendekatan Pendidikan Kristiani yang mana yang sesuai dengan Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak untuk kemudian dianalisis. Selain itu mengkaji pertumbuhan spiritual dalam Surat Efesus 4:13-16 dan meningkatkan Sekolah Alkitab Anak agar sesuai dengan pendekatan pertumbuhan spiritual. I.6. Tujuan dan Alasan Penyusunan Penyusun merasa bahwa kegiatan Sekolah Minggu dan proses pembelajaran yang terjadi dalam Sekolah Alkitab Anak pada khususnya, untuk dilihat dan ditinjau melalui pendekatan instruksional dan pendekatan pertumbuhan spiritual yang merupakan wujud dari Pendidikan Kristiani. Sehingga keduanya antara Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak merupakan dua pembinaan anak yang memiliki peran masing-masing untuk saling melengkapi. Terlebih bila Sekolah Alkitab Anak bukanlah pengulangan dari Sekolah Minggu yang mengarah pada instruksional, melainkan menjadi peranan untuk pertumbuhan spiritual anak-anak kelas tiga sampai enam SD. Sehingga Sekolah Alkitab Anak ini perlu ditingkatkan dalam berbagai proses, metode, materi, dan kegiatan sosial yang menunjang adanya Sekolah Alkitab Anak untuk bisa bertumbuh dalam spiritual mereka. 9

Dengan begitu, perlu adanya peningkatan pendidikan dan pembelajaran yang terarah, tersusun, dan terbina dengan baik yang bisa dikorelasikan dengan dunia anak itu sendiri, pengembangan diri, dan wujud pelayanan anak-anak itu sendiri. Dimana bisa belajar kegiatan secara instruksional dalam Sekolah Minggu dan bagaimana pertumbuhan spiritual mereka masing-masing dalam Sekolah Alkitab Anak yang dibina yang juga bisa kita lihat dengan Pendidikan Kristiani dari Jack L. Seymour dan Teologi Semangat dari Yesus untuk dekat pada anak-anak serta mengajak untuk terus bertumbuh di dalamnya yang terdapat di Suraf Efesus 4:13-16 dimana anak-anak perlu pendekatan yang memberikan dampak yang baik untuk pertumbuhan spiritual mereka masing-masing dengan tampilan metode-metode pembelajaran di kelas yang menggairahkan anak untuk semangat mengenal iman Kristiani mereka masing-masing. I.7. Judul Skripsi Dengan berkaca pada satu topik yang penulis angkat mengenai anak, penyusun mempunyai pilihan judul skripsi, yaitu Tinjauan Pendekatan-pendekatan Pendidikan Kristiani dalam Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di Gereja Kristen Indonesia Beringin Semarang Mengapa penyusun ingin mengangkat dan memilih judul tersebut, karena ingin fokus pada program Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang, terutama ingin fokus untuk melihat bagaimana Sekolah Minggu dalam Pendidikan Kristiani dengan pendekatan instruksional dan Sekolah Alkitab Anak dalam Pendidikan Kristiani dengan pendekatan pertumbuhan spiritual. Penyusun memiliki pemikiran yang matang untuk bisa meningkatkan Sekolah Alkitab Anak sebagai suplemen atau pelengkap Sekolah Minggu agar mendapati pembelajaran bagi anak-anak Sekolah Alkitab Anak kelas 3-6 SD yang sungguh-sungguh terarah dan terkait dengan dunia anak dalam kehidupan anak itu sendiri. Pembelajaran anak-anak kelas 3-6 SD tersebut tak terbatas cakupan hal akademik. Namun, juga belajar mengenai kehidupan sehari-hari mereka dimana disebut dunia anak dan khususnya dunia anak itu bisa terjadi korelasi dengan belajar Alkitab di Sekolah Alkitab Anak yang menunjang pertumbuhan spiritual mereka agar anak-anak ke 10

depannya menjadi lebih matang dalam pelayanan dan mengoptimalkan kecerdasankecerdasan dan talenta-talenta yang anak miliki masing-masing. Penyusun memang memilih Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang karena ketertarikan penyusun kepada anak-anak dimana anak-anak membutuhkan pembinaan iman anak yang terarah dan mendapat materi pembelajaran yang ekstra mengenai kehidupan spiritual anak dengan belajar dunia Alkitab yang juga bisa berkaitan dengan dunia anak itu sendiri. Karena Sekolah Alkitab Anak merupakan suplemen Sekolah Minggu dan jarang gereja-gereja memiliki pembinaan untuk pertumbuhan spiritual anakanak. I.8. Metode Penelitian I. 8. 1. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif merupakan proses pencarian data guna memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh, dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah. 14 Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menggali informasi secara lebih mendalam, menjawab pertanyaan mengapa, memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat, dan mendapatkan suatu hipotesa. Ada tiga cara mengumpulkan data yang dilakukan oleh penyusun. Yang pertama adalah melakukan observasi, yakni melakukan pengamatan terhadap Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak serta melihat bagaimana setiap anak dengan karakteristik masing-masing. Cara kedua yang penyusun lakukan adalah melakukan wawancara yang digunakan untuk pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Penyusun melakukan wawancara pendeta, para guru sekolah minggu, para orang tua yang mempunyai anak kelas 3-6 SD, para karyawan dan warga lain serta anak-anak yang mengikuti Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang. Penelitian Literatur juga akan dilakukan sebagai modal dasar untuk 14 Hulu, Herlina, Mengenal Metode Penelitian Kualitatif sebagai Acuan Penulisan Skripsi Kualitatif, 2010, http://panduanskripsi.com/mengenal-metode-penelitian-kualitatif-sebagai-acuan-penulisan-skripsi-kualitatif/, diunduh pada tanggal 9 Januari 2015, pukul 22.31 11

melakukan penelitian lapangan, sehingga dengan begitu akan memberikan sudut pandang serta menambah wawasan dan cara berpikir yang lain. I.8. 2. Metode Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. 15 Sehingga ini merupakan model penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu kondisi yang terjadi mengenai pembelajaran dalam Sekolah Minggu dan khususnya dalam Sekolah Alkitab Anak. I.8. 3. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. 16 Proses analisis data dapat menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu melalui pengamatan pribadi penyusun, wawancara, hasil catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen foto, dan sebagainya. Sehingga dalam metode ini serta merta untuk dapat mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan wacana, dan memprosesnya untuk dikelola dengan baik. I.9. Sistematika Penulisan Berikut ini akan dipaparkan secara singkat mengenai sistematika penulisan yang mendukung penyusun untuk menyusun skripsi ini yaitu sebagai berikut: 15 Sugiyono, Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif, 2005, dalam http://idtesis.com/metode-deskripstif, diunduh pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 19.30 16 Taylor, Teknik Analisis Data dalam Penelitian, 2008, dalam https://ardhana12.wordpress.com/...k-analisisdata..., diunduh pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 19.45 12

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjadi introduksi yang memaparkan secara umum mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, batasan permasalahan, judul skripsi, metodologi penyusunan, serta sistematika penyusunan skripsi mengenai Pendidikan Kristiani dalam Sekolah Minggu dan Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang. BAB II SEKOLAH MINGGU DAN SEKOLAH ALKITAB ANAK GKI BERINGIN SEMARANG Bab ini akan memaparkan kegiatan Sekolah Minggu dengan proses yang terjadi dalam setiap kelas sesuai usia dan persiapan guru sekolah minggu dalam memikirkan metode yang dijalani dalam Sekolah Minggu. Selanjutnya, kepanjangan tangan dari Sekolah Minggu melihat bagaimana latar belakang dan proses perjalanan adanya Sekolah Alkitab Anak di GKI Beringin Semarang. Penyusun juga ingin mengetahui pengalaman anakanak kelas 3-6 SD selama ikut bergabung dalam Sekolah Alkitab Anak. Selain itu, ada data anak-anak Sekolah Minggu dan anak-anak Sekolah Minggu yang mengikuti Sekolah Alkitab Anak dimana keduanya memiliki cara pandang dan kegiatan yang berbeda untuk bisa ditingkatkan dengan adanya Sekolah Alkitab Anak. BAB III TINJAUAN PENDIDIKAN KRISTIANI TERHADAP SEKOLAH MINGGU DAN SEKOLAH ALKITAB ANAK DI GKI BERINGIN SEMARANG Pada bagian ini, penyusun akan memaparkan empat pendekatan yang diusung oleh Jack L. Seymour, yaitu pendekatan instruksional, pendekatan pertumbuhan spiritual, pendekatan komunitas iman, dan pendekatan transformasi sosial. Penyusun juga akan mencoba menganalisis Sekolah Minggu yang berkaitan dengan pendekatan instruksional dan menganalisis Sekolah Alkitab Anak berkaitan dengan pendekatan pertumbuhan spiritual teori dari Jack L. Seymour sehingga bisa didapati anak-anak belajar disiplin Saat Teduh, mau terjun pelayanan sesuai talentanya, dan menjalin relasi yang baik dengan sesama. Dengan melihat itu semua, perlu juga adanya pembelajaran teologi semangat dari Yesus yang fokus dalam pertumbuhan iman dalam perikop Efesus 4:13-16. Untuk kemudian mengarahkan Sekolah Alkitab Anak untuk meningkatkan pembelajaran yang sesuai dan tepat pada pendekatan pertumbuhan spiritual anak. 13

BAB IV PENUTUP Dalam bab ini penyusun akan menyimpulkan mengenai Pertumbuhan Iman Anak dan Sekolah Alkitab Anak bagi anak-anak kelas 3-6 SD. Selain itu juga pada bab ini berisi saran pengembangan dan pembelajaran yang terarah wujud pertumbuhan iman anak dengan adanya Sekolah Alkitab Anak GKI Beringin Semarang. 14