MENGATASI MASALAH DALAM KONTEKS SOSIAL. Risa Juliadilla

dokumen-dokumen yang mirip
DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Dicky Pelupessy Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI. Sesi Pembelajaran Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 29 November 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan

MODEL KONSEPTUAL KESEHATAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. umum, dan dianggap memiliki tingkat keparahan paling tinggi. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

PEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

3. Model System Henderson Keperawatan menurut Henderson di deinisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu seringkali dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dan

Perspektif biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang tidak pasti dari kematian adalah waktu datang dan proses menjelangnya.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

Positive Psychology. The Science of Human Strengths Danang Setyo Budi Baskoro

AHMAD RIFQI NUBAIRI. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi


Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. keluarga telah mencapai resiliensi sebagaimana dilihat dari proses sejak

PERAN KELUARGA PADA PEMULIHAN KESEHATAN JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

Intervensi Psikososial

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

PENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN :

PEDOMAN OBSERVASI. Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

KONSEP SEHAT SAKIT. Disampaikan Pada Perkuliahan Konsep Dasar Keperawatan II Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM Semester Ganjil 2010/2011

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

PROFIL SOCIAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA STRATA 1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

A MULTIDIMENSIONAL FRAMEWORK FOR ASSESSING SOCIAL FUNCTIONING. Adi Fahrudin, PhD (Associate Professor) Bandung School of Social Welfare

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki

Transkripsi:

MENGATASI MASALAH DALAM KONTEKS SOSIAL Risa Juliadilla

Sumber Daya Sosial Yang mampu menggerakkan dan mengarahkan perubahan pada suatu masyarakat, terutama pada masyarakat heterogen. 1. Dukungan sosial 2. Power

Dukungan sosial Segala bantuan yang didapat sepanjang kehidupan. Perilaku seseorang akan mengundang reaksi dari orang lain baik friendly hingga hostile Terdapat 3 lapisan dukungan sosial 1. dukungan sosial yang bersifat stabil ex: Keluarga, Sahabat 2. Sifat dukungan terbatas pada hubugan kerja atau kekerabatan. Ex: tetangga, teman arisan 3. Sifat hubungan krg akrab dan bisa berubah dari waktu ke waktu. Ex: teman sekantor

Power Suatu daya yang dimiliki untuk dapat mempengaruhi dan membuat perubahan pada orang lain.

Power Force (Menekan pihak yang lemah) Persuasion (membujuk) Manipulation (mempengaruhi dengan maksud lain) Authority (berdasarkan otoritas)

Dalam kehidupan sehari-hari, individu dituntut untuk melakukan berbagai penyesuaian terhadap berbagai perubahan yang terjadi di dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya. Perubahan yang bersifat ringan (misalnya perubahan jadwal kuliah, keterlambatan pengiriman beasiswa, dll) Perubahan yang bersifat berat dan biasanya tidak direncanakan (misalnya, musibah dan bencana alam) Respon terhadap perubahan dan penyesuaian dibedakan menjadi: Respon individual perilaku coping (coping behavior) Respon komunal prevensi dan promosi

Perilaku Coping (Coping Behavior) Perilaku Coping adalah respon individual dalam menghadapi dan mengatasi masalah Perilaku Coping biasanya dimunculkan dalam bentuk mekanisme yang bertujuan untuk mengurangi, menghilangkan, dan menghindari dampak negatif dari masalah yang dihadapi. Ada 2 bentuk perilaku coping yang biasa dimunculkan (Lazarus & Folkman, 1984, dalam Dalton, 2001), yaitu: Problem-focused coping, yaitu upaya mengatasi masalah yang memfokuskan pada penyelesaian masalah itu secara langsung (active coping). Emotion-focused coping, yaitu upaya mengatasi masalah dengan memperkuat emosi atau perasaan individu itu sendiri (misalnya, meditasi, refleksi, berdoa, dan curhat ).

Sumber Kekuatan Coping Menurut Dalton (2001), ada 3 sumber kekuatan dari coping, yaitu: Dukungan sosial (social support) Kompetensi psikososial Agama dan spiritualitas

(1) Dukungan Sosial Menurut Shumaker & Brownell (1984, dalam Duffy & Wong, 2000), dukungan sosial sebenarnya dapat diidentifikasikan sebagai pertukaran sumber daya antara dua orang, ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan penerima sumber daya tersebut. Bentuk-bentuk dukungan sosial, yaitu: Dorongan atau pemberian semangat (encouragement) Pemberian informasi, petunjuk, atau pengetahuan (informational) Dukungan nyata (tangible), seperti uang atau barang-barang yang dibutuhkan.

(2) Kompetensi Psikososial Kompetensi psikososial yang dapat menjadi sumber kekuatan coping terdiri dari: (a) kemampuan personal, dan (b) kemampuan sosial. Kemampuan personal yang berhubungan dengan mekanisme coping meliputi: Self and emotional regulation, yaitu pengaturan emosi atau perasaan yang ada dalam diri individu melalui cara-cara yang mudah diterima. Self and emotional awareness, yaitu kepekaan terhadap emosi dan intuisi diri sendiri. Problem solving, yaitu kemampuan seseorang dalam membuat keputusan. Kemampuan sosial yang berhubungan dengan mekanisme coping meliputi: (a) empati, (b) analisis sosial, (c) kemampuan membina hubungan personal dan interpersonal (jaringan sosial), dan (d) kemampuan mengelola konflik.

(3) Agama dan Spiritualitas Agama dan spiritualitas merupakan hal yang penting dalam mengatasi stres dan situasi yang tidak dapat dikontrol oleh individu Ada 3 dampak positif yang bisa dicapai dari agama dan spiritualitas ini, yaitu: Adanya sesuatu yang bisa dipercaya dan dijadikan tujuan hidup Adanya praktik-praktik religius-spiritual (misalnya berdoa dan beribadah) yang memungkinkan individu melakukan upaya-upaya pengelolaan emosi dan menenangkan diri Adanya dukungan sosial dari sesama anggota kelompok religius tersebut

Prevensi dan Promosi Berkaitan dengan upaya mengatasi masalah (secara komunal), pendekatan psikologi komunitas lebih menekankan pada : Upaya pencegahan (prevensi) daripada praktik perawatan (treatment) Mengembangkan kompetensi sosial dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekuatan positif yang dimiliki bersama pendekatan promosi.

prevensi & promosi Pendekatan pencegahan terhadap gangguan (proponent of disorder prevention) ditujukan untuk menghambat dan mengurangi faktorfaktor risiko yang muncul dari adanya kelainan/gangguan tersebut. Sementara pendekatan peningkatan kesejahteraan dan kompetensi sosial (promotion of wellness & social competence) percaya bahwa banyak manusia yang tidak berada dalam kondisi psikologis bahagia dan sejahtera, sehingga perlu kiranya menolong mereka bukan hanya sekadar mengeluarkan dari penderitaan, tetapi juga membuat mereka merasa bahagia dan sejahtera. Psikologi komunitas menekankan perlunya menggabungkan kedua pendekatan/perspektif tersebut di atas dalam pelaksanaan program intervensi komunitas. Model prevensi dalam psikologi komunitas dikemukakan oleh Bower (1972, dalam Dalton, 2001) yang memberikan penekanan secara komprehensif terhadap kompetensi sosial, kesejahteraan, kesehatan, dan permasalahan perilaku.

3 sistem prevensi Konsep prevensi dan promosi pertama kami dikemukakan oleh Gerard Caplan (1964, dalam Dalton, 2001), yang meliputi: 1. Prevensi Primer. Prevensi ini diberikan untuk semua populasi yang ditujukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya dampak membahayakan dari lingkungan sebelum berkembang menjadi masalah (misalnya, pemberian vaksinasi). 2. Prevensi Sekunder. Prevensi ini diberikan kepada mereka yang sudah memperlihatkan gejala awal munculnya gangguan atau penyakit (misalnya, program pelatihan keterampilan sosial untuk anak-anak yang suka menarik diri). Konsep prevensi sekunder ini dianggap oleh Klein & Goldston (1977) sebagai konsep treatment.

3. Prevensi Tersier. Prevensi ini diberikan pada anggota masyarakat yang telah mengalami disfungsi/gangguan dengan tujuan untuk membatasi perkembangan gangguan tersebut, misalnya dengan menurunkan intensitas dan durasi gangguan serta mencegah timbulnya kembali gejala atau komplikasi tambahan di masa yang akan datang. Konsep prevensi tersier ini dianggap oleh Klein & Goldston (1977) sebagai konsep rehabilitasi.

Prevensi VS Promosi Prevensi Mencegah sebelum terjadi Berhubungan dengan mental health ill Mencegah resikol, memperlambat simtom Promosi Proses menambah kontrol atas kesehatan Berhubungan dengan positive mental health Maksimalkan kesehatan mental

formula prevensi individual Albee (1982, dalam Dalton, 2001) berhasil membuat formula kemungkinan kejadian/kasus gangguan emosional dan perilaku pada level individual sebagai berikut: Stress + physical vulnerability (tingkat kerentanan kondisi fisik) Coping skills + social support + self-esteem Berdasarkan formula tersebut, intervensi dapat dilakukan dengan cara: Mengurangi stres atau mengelola stres lebih baik Mengurangi dampak negatif akibat kerentanan kondisi fisik/biologis Meningkatkan keterampilan sosial Memperbanyak dukungan sosial Meningkatkan self-esteem atau self-efficacy

formula prevensi komunitas Sementara Elias (1987, dalam Dalton, 2001) berhasil membuat formula kemungkinan terjadinya gangguan emosional perilaku dalam suatu lingkungan atau komunitas tertentu, yaitu: Stressor + risk factors in the environment Positive social practice + social support + resources + opportunities for relatedness & connectedness

5 kunci penting pendekatan prevensi & promosi 1. Risiko (risk). Risiko dapat diartikan sebagai proses penurunan kemampuan biologis, psikologis, dan sosial yang berlangsung pada diri individu maupun lingkungan, untuk membangun kesejahteraan dan fungsi adaptif dalam masyarakat. 2. Proteksi (protection). Proteksi merupakan tanda dari individu dan lingkungan yang aktif, dimana mencakup suatu proses peningkatan dan perkembangan kapasitas biologis, psikologis, sosial, dan emosi seseorang dalam membangun kesejahteraan dan beradaptasi dengan lingkungan. 3. Daya Juang/Resiliensi (resilience). Resiliensi adalah usaha inidvidu untuk bangkit kembali dan memperbaiki situasi sulit yang dihadapinya.

4. Kekuatan (strength). Kekuatan adalah setiap aset, kualitas, dan potensi yang dimiliki individu untuk tetap fokus pada kesejahteraan dirinya meskipun sedang menghadapi situasi sulit. Goleman (1995) memberikan contoh humor dan optimisme sebagai kekuatan individual. 5. Peningkatan kualitas (thriving). O Leary (1998) mendefinisikan thriving sebagai transformasi prioritas-prioritas, perasaan tentang diri (sense of self), dan peran seseorang dalam kehidupan. Menurut O Leary ada 3 tahapan respon individu dalam menghadapi stres, yaitu tahapan bertahan hidup (survival), tahapan pemulihan kembali (recovery), dan tahapan mengembangkan atau meningkatkan kualitas (thriving).