26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil 4.1.1 Deskripsi Lokasi Kota Gorontalo daerah tingkat II (dua) dari wilayah propinsi Gorontalo, secara administratif kota ini terbagi atas 9 (sembilan) kecamatan yakni : a. Kecamatan Kota Tengah b. Kecamatan Kota Barat c. Kecamatan Kota Utara d. Kecamatan Kota Timur e. Kecamatan Kota Selatan f. Kecamatan Dungingi g. Kecamatan Dumbo Raya h. Kecamatan Sipatana i. Kecamatan Hulonthalangi dan secara geografis kota ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bonebolango disebelah utara, Kecamatan Kabila Kabupaten Bonebolango disebelah timur, Teluk Tomini disebelah selatan dan disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga dan Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo. Serta dalam posisi astronomis Kota Gorontalo terletak diantara 00 28' 17'' - 00 35' 56'' LU dan 122 59' 44'' - 123 05' 59'' BT.
27 4.1.2 Penggunaan Lahan di Kota Gorontalo Penggunaan lahan di Kota Gorontalo diklasifikasikan seperti berikut : - Permukiman Merupakan area yang berupa bangunan yang diperuntukkan sebagai perumahan, fasilitas umum, perkantoran dan idustri. Di Kota Gorontalo permukiman memiliki luasan yang paling luas, hal ini tidaklah mengherankan karena Kota Gorontalo merupakan ibu kota dari Propinsi Gorontalo, maka segala aktifitas mulai dari pemeritahan samppai pada perdagangan berkembang disini. Area permukiman Kota Gorontalo tersebar dengan tingkat kepadatan paling tinggi berada di Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Sipatana, Kecamatan Dungingi dan berselang-seling dengan area perkebunan dan persawahan. - Perkebunan dan Perkebunan Campuran Seluruh kenampakan lahan yang dicirikan dengan vegetasi tertentu dan berselang-seling sebagai tanda dari aktifitas pertanian. Perkebunan di Kota Gorontalo tersebar disebelah selatan Kecamatan Kota Barat, Kecamatan hulonthalangi, serta Kecamatan Dumbo Raya. Perkebunan di daerah Kota Gorontalo merupakan aktifitas pertanian dari penduduk daerah setempat yang terdapat kenampakkan perkebunan. Tanaman yang tumbuh seperti kelapa dan pohon jati.
28 - Tegalan/Ladang Tegalan merupakan vegetasi yang berupa tanaman liar yang tidak dipotensialkan oleh masyarakat. Area ini tersebar di sebelah utara Kecamatan Sipatana, kecamatan Kota Utara, dan sebelah selatan kecamatan Kota Timur. - Hutan Lahan Kering Sekunder Seluruh kenampakkan lahan kering yang dicirikan dengan tutupan vegetasi tertentu dan tersebar di sebelah selatan Kecamatan Kota Barat dan Kecamatan Dumbo Raya. - Pertambangan Aktifitas pertambangan di Kota Gorontalo tersebar di bagian utara kecamatan Kota Barat dan Kecamatan Hulonthalangi. Aktifitas pertambangan merupakan pertambangan batu kapur yang dipotensialkan oleh masyarakat sebagai lahan pencaharian. - Sawah Semua aktifitas pertanian lahan basah yang dicirikan dengan bentuk pematang dan merupakan area yang ditanami jenis tumbuhan padi. Sawah di Kota Gorontalo tersebar berselang-seling dengan area permukiman. Sawah tersebar di antaranya pada daerah Kecamatan Dungingi, Kecamatan Kota Utara, Kecamatan Sipatana, Kecamatan Kota Tengah. - Semak Belukar Merupakan area denga vegetasi liar dan tidak dipotensialkan oleh masyarakat. Tersebar di Kecamatan hulonthalangi dan kecamatan Dumbo Raya, hal ini dikarenakan karakter relief di dua kecamatan ini adalah perbukitan.
29 Fakta ini tidaklah mengherankan ketika dilihat dari sudut pandang bahwa Kota Gorontalo merupakan pusat perkembangan perdagangan sampai pada pelayanan fasilitas publik. Berikut presentase penggunaan lahan di Kota Gorontalo dalam tabel 2. Sebaran penggunaan lahan di Kota Gorontalo. No Tabel 2. Sebaran Penggunaan Lahan di Kota Gorontalo Luas Penggunaan lahan (%) (Ha) 1 Permukiman 31,87 2127,48 2 Perkebunan 12,08 806,40 3 Perkebunan Campuran 1,05 70,09 4 Tegalan/Ladang 20,5 1368,47 5 Hutan Lahan Kering Sekunder 12,09 807,06 6 Pertambangan 5,31 354,46 7 Semak Belukar 3,29 219,62 8 Sawah 20,12 1343,11 Jumlah 100 7096,69 Sumber. Hasil Analisi Data 2013 Berdasarkan tabel 2 maka penggunaan lahan paling luas di Kota Gorontalo adalah permukiman dengan persentase luas wilayah sebesar 31,87 % dari luas wilayah Kota Gorontalo, selanjutnya penggunaan lahan untuk sawah seluas 25,12 % dari luas wilayah Kota Gorontalo, perkebunan dan perkebunan campuran dengan luas area sebesar 13,13 %, tegalan /ladang dengan luas 20,5 %, hutan
30 lahan kering sekunder seluas 12,09 %, pertambangan dan semak belukar masingmasing dengan luas area 5,31 % dan 3,29 %. Ketampakan penggunaan lahan seperti ditunjukkan pada gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Di Kota Gorontalo. Seiring berkembangnya Kota Gorontalo terjadi banyak pengalih fungsian lahan, biasanya lahan persawahan dijadikan sebagai lahan untuk mendirikan perumahan, perkantoran maupun pusat perbelanjaan. a. Kemiringan Lereng Kemiringan lereng merupakan perbandingan antara beda tinggi dua tempat dengan jarak mendatarnya. Wilayah penelitian yaitu Kota Gorontalo sebagian besar merupakan daerah dengan karakteristik kemiringan lereng landai atau hampir datar. Kenampakan kemiringan lereng Kota Gorontalo dapat dilihat pada gambar 4. Peta Kemiringan Lereng Kota Gorontalo. No Tabel 3. Kelas Kemiringan Lereng Kota Gorontalo Sudut Persentase Luas (Ha) Deskripsi Relief lereng Luas (%) 1 0 2 10 667,550 Datar Hampir Datar 2 2 8 20 1335,101 Bergelombang Miring 3 8 15 5 333,775 Bukit Bergelombang 4 15 25 25 1668,876 Perbukitan bergelombang 5 25 40 10 667,550 Bukit 6 >40 30 2002,651 Bukit Pegunungan Jumlah 100 6675,505 Sumber. Hasil Analisis Data 2013
31 4.1.3 Zonasi Rawan banjir Zonasi rawan banjir merupakan daerah yang memiliki potensi rawan terkena bencana banjir yang ada di Kota Gorontalo. Zonasi tersebut terbagi atas zona rawan tinggi, rawan rendah, dan zona aman. Zona aman terdapat pada daerah dengan nilai sudut kemiringan lerengnya diatas 8 %, yaitu mencakup Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Hulonthalangi, dan Kecamatan Dumbo Raya. Sementara untuk zona rawan rendah melingkupi Kecamatan Sipatana, Kecamatan Kota utara, Kecamatan Kota Tengah, sebelah utara Kecamatan Dungingi, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Dumbo Raya, Kecamatan Kota Barat, Kota Timur dan Kecamatan Hulonthalangi. Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk tinggi serta sudut kemiringan lereng yang menggambarkan relief datar termasuk ke dalam zona rawan tinggi bencana banjir. Daerah ini meliputi sebelah selatan Kecamatan Dungingi, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Timur, Kota Selatan, daerah memiliki sudut kemiringan lereng dibawah 2% dan beberapa area merupakan daerah yang dilewati oleh aliran sungai. Kenampakkan zona rawan banjir ditunjukkan pada gambar 5. Peta Zona Rawan Banjir Kota Gorontalo 4.1.4Pembuatan Buffer Sungai Proses pembuatan buffer sungaiini dilakukan untuk menentukan daerahdaerah yang masuk dalam zona genangan tingkat tinggi dengan menggunakan analisis buffer dalam program ArcMap. Secara sederhana, daerah-daerah yang termasuk dalam cakupan buffer merupakan zona genangan yang selanjutnya
32 disebut zona rawan banjir. Dan dari wilayah-wilayah rawan banjir tersebut yang kemudian akan dibuat jalur evakuasi menuju tempat evakuasi banjir yang ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.pembuatan buffer sungai ini memperhatikan beberapa indikator, diantaranya administrasi Kota Gorontalo, tingkat kemiringan lereng daerah, penggunaan lahan, zonasi banjir daerah Kota Gorontalo. Setelah dilakukan proses anlisis buffering maka didapatkan pembagian zona genangan tingkat tinggi dimaksud adalah sebagai berikut. Zona ini meliputi daerah-daerah yang ada di Kecamatan Kota Barat (Kelurahan Buladu, Kelurahan Molosipat W, sebelah utara Kelurahan Lekobalo, Pilolodaa, Buliide, dan tenilo), Kecamatan Hulonthalangi (Kelurahan Donggala, Siendeng, Tenda, dan sebelah timur Kelurahan Pohe), Kecamatan Dumbo Raya (Kelurahan Botu, Talumolo, dan sebelah barat Kelurahan leato), Kecamatan Kota Timur (Kelurahan Ipilo, Bugis, Heledulaa Selatan, Moodu, Padebuolo, Tamalate, dan sebelah selatan Kelurahan Heledulaa), Kecamatan Kota Selatan (Kelurahan Limba B, Biawu, dan Biawao), Kecamatan Dungingi (Kelurahan Tuladenggi, Kelurahan Huangobotu, Kelurahan Tomulabutao, sebelah barat Kelurahan Tomulabutao Timur, sebelah selatan Kelurahan Libou), Kecamatan Kota Tengah (sebelah barat Kelurahan Pulubala dan Kelurahan Paguyaman), Kecamatan Sipatana (Kelurahan Bulotadaa, sebelah barat Kelurahan Tapa, Molosipat U, dan Bulotadaa Timur), Kecamatan Kota Utara ( Kelurahan Dembe jaya, sebelah timur Kelurahan Dembe II dan Wongkaditi).
33 4.1.5 Pembuatan Jalur Evakuasi Sebelum menganalisis jalur yang akan dijadikan sebagai rute evakuasi korban bencana banjir terlebih dahulu ditentukan tempat-tempat yang akan menjadi titik evakuasi. Penentuan tempat ini bertujuan untuk mengarahkan rute yang akan dilalui oleh korban bencana banjir. Dalam penentuan tempat evakuasi digunakan anlisi buffer dengan menggunakan program ArcMap pada software ArcGis. Penentuan tempat evakuasi ini dengan menggunakan anlisi buffer pada program ArcMap. Buffer yang dibuat adalah sebesar 750 meter tegak lurus dengan aliran sungai. Berikut adalah daftar tempat yang menjadi titik evakuasi bersama koordinatnya. Tabel 4. Daftar Tempat Evakuasi No Titik Evakuasi Lokasi 1 Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kecamatan Kota Selatan 2 Taman Kota Kecamatan Kota Selatan 3 Gelora Nani Wartabone Kecamatan Kota Selatan 4 KOMPI Bantuan Liluwo Kecamatan Kota Tengah 5 POLSEK Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah 6 Benteng Otanaha Kecamatan Kota Barat Selanjutnya setelah ditentukan tempat evakuasi maka dilakukan proses analisis spasial dalam menentukan jalur untuk rute pengevakuasian korban bencana banjir di Kota Gorontalo. Analisis pembuatan jalur evakuasi ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagian pembahasan dalam bab IV.
34 4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Spasial Data Turunan Dalam proses ini, akan dianalisa data-data turunan yang telah di dapatkan pada proses pengolahan citra. Data-data turunan yang dimaksud adalah peta penggunaan lahan, data kemiringan lereng, peta administrasi, dan peta zonasi banjir. Data-data turunan ini kemudian di overlay dengan menggunakan software ArcGis dan kemudian hasilnya digunakan dalam menganalisa tempat-tempat yang memungkinkan masih bisa di gunakan sebagai tempat evakuasi yang ada di Kota Gorontalo. Berdasarkan fakta yang ada, hampir seluruh wilayah Kota Gorontalo termasuk dalam wilayah rawan banjir bahkan dari 9 kecamatan yang ada di Kota Gorontalo tidak satupun kecamatan yang benar-benar bebas dari ancaman banjir. Hal ini tentulah sangat memprihatinkan ketika melihat kedudukan Kota Gorontalo sebagai ibu Kota Provinsi Gorontalo. Hanya daerah bagian selatan dan barat saja yang masih termasuk dalam zona aman terhadap ancaman banjir. Sehingganya yang dapat dilakukan pada proses ini adalah melihat tempattempat yang masih mungkin digunakan untuk titik evakuasi korban bencana banjir. Titik-titik yang masih mungkin digunakan itu akan dilihat dan ditentukan pada proses analisis spasial ini dengan menggunakan data-data turunan yang dihasilkan sebelumnya pada proses pengolahan data. Akan tetapi mengingat fakta yang ada tentang ancaman bencana banjir di Kota Gorontalo, maka setelah dari proses analisis spasial ini, selanjutnya akan
35 dilakukan proses pembuatan buffer yang bertujuan memberi batasan terhadap daerah yang menjadi rawan banjir di Kota Gorontalo. Pembahasann buffer ini akan dibahas selanjutnya pada bagian pembuatan jalur evakuasi. 4.2.2 Penentuan Tempat Evakuasi Banjir Sebelum menentukan tempat evakuasi bagi para korban banjir, terlebih dahulu dilakukan proses analisa spasial menggunakan program ArcMap melalui overlay dan buffer. Pada proses ini dilakukan overlay terhadap data-data turunan yang telah didapatkan sebelumnya pada proses digitasi dan selanjutnya dilakukan proses buffer untuk membuat penyangga dengan nilai sebesar 750 meter tegak lurus dengan sungai, dalam artian cakupan wilayah buffer merupakan daerah yang terkena dampak limpasan air sungai ketika debit air sungai naik dan selanjutnya cakupan wilayah buffer tersebut dapat membantu dalam proses analisa penentuan dan pembuatan jalur evakuasi banjir di Kota Gorontalo. Selanjutnya dalam penentuan tempat evakuasi banjir dibagi berdasarkan kelas kecamatan yang daerahnya masih memungkinkan untuk dijadikan tempat evakuasi di Kota Gorontalo. Dari 9 kecamatan yang membagi daerah administrasi Kota Gorontalo semuanya termasuk dalam wilayah cakupan buffer yang dilakukan dengan menggunakan program ArcMap, adapun kecamatan-kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Hulonthalangi, Kecamatan Dumbo Raya, Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Dungingi, Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Sipatana, Kecamatan Kota Utara. Melihat fakta ini Kota Gorontalo merupakan daerah yang secara umum sangat
36 rawan terhadap bencana banjir dan dibutuhkan berbagai macam manipulasi bahkan simulasi dalam menanggapi resiko banjir di daerah yang merupakan ibu kota propinsi Gorontalo ini. Dalam hal ini, peneliti mencoba mensimulasi jalur evakuasi banjir dengan menggunakan sistem informasi geografi yang selanjutnya disebut dengan SIG. Setelah melakukan proses pengolahan data dengan menggunakan program ArcMap dan ArcCatalog di dalam software ArcGis yang merupakan tool dari SIG, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil atau data-data turunan yang didapatkan dari proses pengolahan data sebelumnya. Pembagian jalur yang berdasarkan kelas kecamatan yang ada di Kota Gorontalo bertujuan agar supaya informasi mengenai tempat evakuasi serta jalur evakuasi dapat diketahui secara jelas. Dalam menginformatifkan jalur evakuasi bencana banjir di Kota Gorontalo dilakukan pemilihan titik-titik yang menjadi daerah evakuasi. Penentuan titik ini dilakukan dengan proses analisis spasial peta penggunaan lahan, data kemiringan lereng serta proses buffering yang telah dilakukan sebelumnya. Peta penggunaan lahan digunakan untuk melihat kenampakan sebaran area permukiman di Kota Gorontalo, data kemiringan lereng digunakan sebagai pembanding dalam penentuan titik evakuasi, dan selanjutnya akan diinterpretasikan dalam analisis buffering. Setelah menggunakan ketiga data tersebut dalam interpretasi lokasi penelitian, maka selanjutnya dirumuskan kriteria dalam penentuan titik evakuasi bencana banjir. Berikut kriteria yang ditentukan dalam penentuan titik evakuasi, adalah :
37 a. Berjarak 750 meter dan/atau lebih tegak lurus dari sungai. b. Merupakan lahan terbuka seperti lapangan. c. Disesuaikan dengan sebaran area pemukiman d. Bisa berupa bangunan milik pemerintah Kota, Kecamatan dan/atau Kelurahan. Dengan menggunakan 4 kriteria pertimbangan tersebut, dan dengan melihat kenampakkan lokasi penelitian maka berikut merupakan hasil dari pemilihan tempat evakuasi banjir di beberapa kecamatan : a. Kecamatan Kota Barat Titik evakuasi yang bisa dituju adalah lapangan di depan SDN 03 Kota Barat, komplek Benteng Otanaha (Kelurahan Dembe I). Titik evakuasi ini dipilih dikarenakan berada pada daerah yang cukup tinggi dan pemukiman yang rendah disekitar lapangan. Lapangan ini memiliki luas sekitar 75 x 30 m dengan fungsi sebagai lapangan sepak bola warga sekitar. b. Kecamatan Kota Tengah Titik evakuasi yang bisa dituju adalah lapangan di depan kantor kepolisian sektor (POLSEK) Kota Tengah (Kelurahan Liluwo), lapangan sebelah barat markas Kompi B (Kelurahan Liluwo). Kedua titik ini dipilih dikarenakan terdapat diluar dari jangkauan buffer yang dilakukan dalam program ArcMap. Selain itu lokasi ini cukup luas untuk digunakan sebagai tempat penampung pengungsi dan juga bisa dijadikan sebagai pos evakuasi dikarenakan dikedua tempat ini masing-masing kepolisian sektor sebagai pelindung masyarakat dan KOMPI B sebagai satuan pembantu dalam melindungi masyarakat. c. Kecamatan Kota Selatan
38 Titik evakuasi yang bisa dituju adalah kantor Badan Penangggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Gorontalo, taman Kota Gorontalo, Gelanggang Olahraga Nani Wartabone. Sebagai kantor yang memiliki tanggung jawab dalam hal evakuasi korban bencana, maka pemilihan kantor badan penanggulangan bencana daerah sebagai tempat evakuasi tidaklah mengherankan, selain itu sebagai titik evakuasi kantor BPBD juga dapat dijadikan sebagai posko utama untuk evakuasi darurat korban banjir. Sedangkan gelanggang olahraga Nani Wartabone dan taman kota dipilih sebagai tempat evakuasi dengan alasan pemanfaatan luas area yang dimiliki oleh kedua tempat tersebut. Selain itu kedua tempat ini tidak dikelilingi sepenuhnya oleh pemukiman warga akan tetapi hanya dikelilingi oleh bangunan-bangunan sekolah dan perkantoran. Setelah menentukan tempat-tempat evakuasi tersebut maka selanjutnya dilakukan pengambilan titik koordinat tempat evakuasi. Berikut daftar koordinat yang telah diambil dengan menggunakan Global Positioning Sistem yang selanjutnya disebut GPS. Tabel 5. Koordinat Tempat Evakuasi No Titik Evakuasi Bujur Lintang 1 Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah 123 03' 29,7" 00 32' 59.0" 2 Taman Kota 123 03' 26,5" 00 33' 04,5" 3 Gelora Nani Wartabone 123 03' 23,9" 00 33' 06,0" 4 KOMPI Bantuan Liluwo 123 03' 02,2" 00 33' 47,1"
39 5 POLSEK Kota Tengah 123 03' 17,6" 00 34' 00,7" 6 Benteng Otanaha 123 00' 22,0" 00 32' 56,9" Selanjutnya data koordinat ini dimasukkan ke dalam peta jalur evakuasi melalui program ArcMap. Koordinat ini dimasukkan dalam format decimal degree agar dapat terlihat titik evakuasinya pada program ArcMap. 4.2.3 Pembuatan Jalur Evakuasi Bencana Banjir Dalam proses pembuatan jalur evakuasi ini ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan jalur evakuasi menuju tempat evakuasi. Adapun titik berangkat dimulai dari daerah yang merupakan rawan tinggi banjir yang termasuk dalam cakupan wilayah buffer yang telah dilakukan seblumnya pada program ArcMap. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan yaitu : a. Jalur yang dipilih merupakan jalan nasional, jalan propinsi dan jalan by pass sehingga akan memudahkan proses evakuasi. b. Jalur evakuasi dirancang menjauhi aliran sungai. c. Jalur evakuasi diusahakan tidak melintangi sungai atau jembatan. d. Supaya tidak terjadi penumpukan masa, dibuat jalur evakuasi paralel. e. Untuk daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok, dimana pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari kemacetan. Berikut jalur evakuasi yang sudah mempertimbangkan faktor-faktor diatas ; a. Kecamatan Kota Barat
40 Molosipat W - Buladu Pilolodaa Lekobalo Lapangan depan SDN 03 Kota Barat Dembe I. Tenilo Buliide Pilolodaa Lekobalo Lapangan SDN 03 Kota Barat Dembe I. b. Kecamatan Kota Tengah Paguyaman Pulubala POLSEK Kota Tengah. Paguyaman Pulubala Liluwo Lapangan KOMPI B. c. Kecamatan Kota Selatan Biawu Limba B Limba U II Taman Kota Gorontalo. Biawao Limba B Limba U I Kantor BPBD Kota Gorontalo. Biawu Limba B Limba U II Gelora Nani Wartabone. Selain jalur-jalur diatas, untuk memaksimalkan pembuatan jalur, maka peneliti selanjutnya membuat jalur alternatif lintas kecamatan. Jalur-jalur alternatif antar kecamatan diantaranya : Libuo (Kecamatan Dungingi) Limba U II (Kecamatan Kota Selatan) Gelora Nani Wartabone. Huangobotu (Kecamatan Dungingi) Dulalowo (Kecamatan Kota Tengah) Lapangan KOMPI B. Tenda Siendeng Donggala (Kecamatan Hulonthalangi) Tenilo Buliide Pilolodaa Lekobalo (Kecamatan Kota Barat) Lapangan SDN 03 Kota Barat Dembe I. Moodu Heledulaa (Kecamatan Kota Timur) Limba U I Kantor BPBD Kota Gorontalo.
41 Bugis Ipilo (Kecamatan Kota Timur) Biawao Limba B Limba U II (Kecamatan Kota Selatan) Gelora Nani Wartabone. Ada beberapa kendala yang ditemukan peneliti dalam penentuan jalur evakuasi ini, diantaranya adalah wilayah Kota Gorontalo sebagian besar merupakan daerah dengan karakteristik kemiringan lereng adalah landai. Selain itu antara wilayah yang rawan banjir dengan wilayah evakuasi dipisahkan oleh aliran sungai. Akibatnya tidak ada jalur lain selain tetap melintasi sungai.